Part 2

236K 20.6K 718
                                    

Suasana pagi hari di kediaman Widjaya sudah sangat ramai. Semua orang sibuk dengan kegiatan masing-masing. Mama Rita yang sedang ribut dengan suaminya perkara dasi. Allea yang berusaha menenangkan Nio yang sedari tadi menangis, dan Rara yang sedang konser di dapur sambil menggoreng ikan.

Sedangkan Bi Endang hanya bisa geleng-geleng kepala meliahat keributan yang selalu terjadi dikeluarga ini.

"Pak Suryooo tolong matiin keran di belakang." teriak Mama Rita.

Pak Suryo adalah tukang kebun, satpam, sekaligus supir di keluarga Widjaya. Beliau sudah bekerja disini selama 15 tahun, sejak Allea masih kecil.

"Siap, Nyonya." balas pak Suryo seraya mengangkat jempolnya.

"Teteh, ini bubur buat Nio ya. Mama taruh di meja makan." teriak Mama Rita lagi.

"Raraa, bisa diam tidak? Mama pusing denger suara kamu." geram Mama Rita saat mendengar Rara yang bernyanyi dengan sangat nyaring.

Dirinya benar-benar frustasi pagi ini. Bagaimana tidak? Dia sudah kesal dengan suaminya yang selalu teledor, ditambah lagi mendengar suara Rara yang seperti knalpot rusak. Apalagi, pagi ini cucu kesayangannya tidak bisa berhenti menangis karena badannya panas.

Rara hanya menatap malas kearah Mamanya. Dia kesal dengan Mamanya yang selalu menghina suaranya. Padahal Jika dia ikut Indonesian Idol, sudah bisa dipastikan bakal masuk ke Grand final.

"Udah ya Nak, nangisnya. Sekarang Nio makan dulu, biar cepet sembuh." ucap Allea sambil berusaha menyuapi Nio.

"Nggak mau! Huaaaaa."

Nio semakin mengencangkan tangisnya, mulutnya di tutup menggunakan tangan kecilnya, membuat Allea kesusahan untuk menyuapinya.

"Buna nangis nih, kalau Nio nggak mau makan." ancam Allea.

Jujur saja, dia sedikit capek. Semalaman dia tidak bisa tidur karena harus menjaga Nio. Dan paginya, keadaan Nio semakin parah. Panasnya semakin tinggi dan tangisannya tak kunjung reda.

"Bawa kerumah sakit aja ya teh. Takutnya nanti kenapa-napa, kalau nggak cepet-cepet di bawa ke Dokter." ucap Papanya, yang tiba-tiba muncul dari arah belakang Allea sambil menenteng tas kerjanya.

Arman Widjaya, seorang pengusaha makanan yang terkenal dengan kekayaannya. Suatu kebanggaan bagi Allea dan Rara, bisa mempunyai Papa yang hebat dan penyayang seperti Arman. Meskipun sempat terjadi cekcok antara dirinya dan juga Allea, mereka tetap menyayangi satu sama lain. Apapun itu alasannya, tidak ada yang bisa mengubah rasa sayang orang tua kepada anaknya. Begitu juga sebaliknya.

"Jangan dulu, nunggu sampai siang aja. Kalau panasnya belum juga turun, baru dibawa ke Rumah Sakit." sahut Mama Rita dari arah dapur.

"Oh, yaudah. Nanti telfon Papa ya kalau ada apa-apa. Papa berangkat dulu, Assalamualaikum." pamitnya seraya mencium kepala Nio dan kening Allea.

"Waalaikumsalam."

"Raaa, beliin koolfever di Apotek depan Komplek."

Rara yang sedang menikmati gorengan kesukaannya langsung mendengus ketika sang Mama meneriaki namanya.

"Mana duitnya?" ujar Rara sambil menodongkan tangan kearah sang Mama.

"Ambil didalem case hp Teteh, disitu ada duit dua puluh ribu." sahut Allea.

"Kembaliannya buat Rara yaa." ucapnya yang hanya di angguki Allea, dia sudah hafal dengan tabiat adeknya yang selalu minta upah.

Tanpa berlama-lama lagi, Rara langsung berjalan keluar rumah dan menaiki scoopy kesayangannya untuk pergi ke apotik.

RemarryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang