Quartet

63 0 0
                                    

Kopi itu nama

Namaku tercipta dari nyokapku yang sedang hamil. Lahir ketika hari mulai gelap dan suara hentakan nafas pun mulai terasa. Hari yang ditunggu-tunggu semua umat didunia lebih tepatnya umat manusia yang sekarang rumahnya dijalan karasak lama no -32. saat itu dilahirkan dan diberikan sebuah nama yaitu Opi, Lebih tepatnya Kopi Anjaswara Bima, Aku adalah orang Balikpapan.

Pernah ada cerita saat melahirkan, Nyokap mengidam yang aneh aneh, seperti ingin memelihara Beo, ingin bermain catur, ingin durian yang baru matang dari pohon, ingin meminum kopi hitam ala kuli bangunan dan yang paling aneh adalah ingin mendaki gunung puntang. Itulah kenapa kopi lahir dengan kulit orang asia walau ga ada hubungannya. Kulit yang bewarna seperti kopi ,orang lebih mengenalnya dengan kulit bewarna sawo matang, cukup manis untuk dilihat. Tapi akan menyesal kalau sudah mengenal.

Dari TK, SD, SMP, sampai SMA tinggal di Bandung. Itulah kenapa aksen sunda sudah melekat pada diriku. Ceritanya saat kecil sering mengidap yang namanya panas dan radang tenggorokan disebabkan memakan makanan jalanan di SD. Yah, makanan emang-emang pinggir jalan yang iri dengki dan benci sehingga mereka memasukan banyak sekali es dan MSG yang membuat bego sampai sekarang. Dan sekarang ditambah dengan absurd.

Saya adalah anak yang bisa dibilang cupu. Hidupnya membosankan, mukanya biasa aja, Saya pernah berpikir bahwasannya saya bau bawang. Menurutku sekolah itu membosankan, setiap hari Cuma berjalan dijalan yang sama , berada di kelas "gitu-gitu" aja dan guru yang sering memberikan tugas kelompak. Sekarang kurikulum melatih murid untuk bisa mandiri. Belajar dan mencari ilmu sendiri. Bukan berarti guru jadi jarang menerangkan.

Saat itu, SD-ku sekolah swasta bukan berarti jelek. Mukaku tembem, saudara-saudariku mengatakan diriku gendut, bagiku itu hal yang biasa. Teman pertama yang kumiliki namanya Akbar. Kala itu aku tidak tau apa-apa, bagaimana bisa awal memulai kehidupan adalah bangun dari tempat tidur. Tidak pernah tau waktu sebelumnya ngapain aja atau apa yang kulakukan. Yang jelas bagun dari tempat tidur, dan kelaparan.

Aku dan Akbar bermain bersama kala itu. Kami sering bermain game tembak-tembakan PS 1 di rumahku. Seperti biasa aku suka sekali dengan yang namanya senjata laras panjang dan memiliki scope. Tampak keren menjadi seorang sniper. Ketika TK Setiap pagi menonton teletabis lalu dilanjut menonton dora the explorer. Teman dekatku di SD namanya Raka. Namanya cukup mudah diingat tapi itu bukan nama asli, itu hanya sebutan untuk seorang kaka. Tempat Tinggal kita hanya berseling satu rumah.

Aku dan Raka adalah dua orang manusia yang berbeda keyakinan. Bukan berarti kami harus saling memusuhi. Karena itu bukanlah hal yang patut untuk dipermasalahkan. Sikap toleran yang harusnya ada pada diri kami berdua. Kita bermain bola setiap sore bersama dengan anak-anak yang sekomplek. Hari-hari yang indah. Bau keringat dan bau matahari yang ada saat itu.

Ketika kelas lima SD. Aku diberikan seekor kelinci dengan pola bewarna cokelat seperti tulang punggung di punggunya yang diberi oleh tukang sayur langganan Nyokap. Kelinci yang gemay nan lucu, dan juga menjadi teman curhat terbaiku. Aku yang selalu memberikan makannya setiap harinya. Terkadang aku memberika pelet. Ketika suara kantong pelet berbunyi ia akan berlari menghampiri dengan tergesa.

Aku dan Raka pergi dan pulang sekolah bersama-sama. Kami sering bermain catur dan yang membuat seru adalah aku dan dia adalah lawan yang seimbang. Aku menyukai semua pelajaran saat SD. Setiap pulang kami sering berjalan kaki dan mampir sebentar ke dekat balong dekat rumah. Membuat kapal-kapalan. Yang paling tahan air yang menang. Sampai akhirnya kami kelas enam. Ujian nasional semakin dekat. Pernah Aku menanyakan tentang kedepannya

"rak, maneh rek daftar sakolah dimana?" tanya ku

"teuing euy, jigana mah rek sakolah di Bali" Jawab Raka

Coffee's TheoryWhere stories live. Discover now