BC(S) : NABUNG

3K 144 14
                                    

Alohaloo gengs... Ada yang masih mantengin cerita ini? Jangan dihapus dulu dari perpustakaan atau daftar bacaan kalian yaaa soalnya nanti ii mau aktif lagi di lapak ini membawa misi rahasia dari Pak Bagas dan Anna. Wkwkwkk 😆😆😆😆😆

Nah sambil nunggu kelanjutan cerita 'Pak Dosen, I Love You!' -yang merupakan sekuel cerita ini- atau nunggu cerita ii lainnya kayak Ex, Calon Bunda, dll kalian baca dulu aja ya part sampingan ini. Heheee... inget, cerita 'Pak Doktor, Acc Dong!' udah selesai. Kalau ada up lagi itu cuma cerita sampingan doang yaaaa yang waktu kejadiannya sebelum di cerita 'Pak Dosen, I Love You!'. 😙😙😙

So, jangan lups divomment ya. Haturnuhuuun sadayanaaa.

🌚HappyReadingGengs🌚

Cklek...

Pintu dibuka seseorang. Muncullah sesosok Tutup Panci dari balik daun pintu itu. Dia baru aja pulang dari kampus. Mukanya udah lusuh banget. Kemejanya juga udah gak serapi tadi pagi. Tapi meski begitu, dia tetep cakep kok. Perutnya yang eum agak bucit, terlihat lucu.

Sebagai istri yang baik, tentu gue bakalan menyambut kedatangannya dengan penuh suka cita. Bahkan gue udah menyiapkan karpet merah dan taburan kembang tujuh rupa. Enggak deng, emang mau nyambut dukun. Ini Tutup Panci loh, yang jakunnya minimalis banget itu.

"Mas..." Gue berlari kecil menghampiri dia.

Senyum manisnya langsung merekah, tapi detik selanjutnya langsung jadi tawa keras gara-gara gue terpeleset. Lupa, gue baru aja ngepel ini lantai dan belum kering. Sambil mengusap-usap dada karena kaget tiba-tiba ngejengkang, gue pun senyam-senyum minta disun.

"Hati-hati dong, Yang," ujarnya di sela-sela tawa. "kebiasaan."

Gue mengerucutkan bibir, lalu langsung balik arah gak jadi nyambut dia, pura-pura ngambek.

"Eh... eh... kok malah balik lagi sih? Gak mau peluk dulu?"

"Gak! Bau!"

"Hahahaa," tiba-tiba dia udah ada di samping gue. Merangkul bahu gue dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya menenteng sepatu yang diisi kaos kaki hitamnya.

"Gak usah ketawa! Gak usah rangkul-rangkul juga." Gue menepis tangannya yang melingkar di bahu gue.

"Ya ampun kenapa sih marah-marah mulu? Lagi dapet ya?"

Gue menatap dia dengan binir yang masih manyun. "Abis ngetawain terus!"

"Ya maaf, abis kamu lucu suka ceroboh! Udah dong jangan ngambek mulu, saya punya sesuatu buat kamu."

"Apa?"

Dia melirik ranselnya yang tersampir di belakang punggungnya. Ngeliriknya gak sampe belakang juga sih, cuma ngelirik dikit doang sambil senyum-senyum mencurigakan.

"Mas bawa apa?"

"Ada deh," jawabnya sok misterius sambil masuk ke dalam karung, kamar maksud gue, Bung.

"Iiih apaan sih? Jangan bikin kepo." Gue mengekori dia sambil menarik-natik ujung ranselnya.

"Mau tahu?" tanyanya seraya duduk di tepi kasur. Dia melepas ranselnya lalu disimpen di atas pangkuannya sambil ditepuk-tepuk.

Gue mengangguk kayak bocah lagi diiming-imingin permen sama om-om.

"Sun dulu dong." Jari-jari Tutup Panci sekarang mengetuk-etuk pipinya. Gue menyerngit sebal.

"Ogah! Belum mandi."

"Ya udah gak bakalan saya kasih tahu."

"Ya udah bakalan saya buka sendiri."

Pak Doktor, ACC Dong! ✔Where stories live. Discover now