chapter 12

3K 338 197
                                    

Sebelum kejadian [Name] berdarah.

"Makanan rumah sakit tidak enak." Gerutu [Name].

"Tapi kau harus makan." Kata Shinsuke. [Name] cemberut. Walau begitu ia tetap lanjut makan. Mau bagaimana lagi kan?

Dering ponsel berbunyi. Shinsuke mengambil ponselnya. Ia menatap [Name].

"[Name], aku pergi dulu." Izin Shinsuke. [Name] mengangguk, mengizinkannya. [Name] memakan makanannya dengan diam sambil diperhatikan Suna. Agak risih, namun [Name] lapar. Biarkan saja.

"Jika kau disuruh dipilih salah satu dari kami kau ingin memilih siapa?" Tanya Suna. [Name] seketika tersedak. Suna langsung mengambilkan [Name] air putih.

"Maaf." Katanya dengan lembut. Mulut Suna mengatakan itu begitu saja tanpa berpikir. Pertama kalinya Suna begini.

"Apa maksudmu?" Tanyanya. [Name] memang sudah agak baikan dibanding dulu. Walau terkadang suka lupa tapi tidak separah sebelumnya.

"Tidak. Lupakan saja." Kata Suna. Dia mengacak rambut [Name] lalu menatap jendela.

"Baiklah." Kata [Name]. [Name] mulai menghabiskan makanannya.

"Atsumu... Dan uh... Siapa pria itu? Kembaran dari atsumu...?" Tanya [Name].

"Osamu." Balaa Suna membenarkan. [Name] mengangguk.

"Iya itu. Mereka kemana?" Tanya [Name]. Suna menggaruk tengkuknya sambil melihat kearah lain. Disaat [Name] berduaan dia malah membicarakan dua rubah itu.

Suna merasa ia agak cemburu.

Ah, tidak. Dia sangat cemburu.

"Entah." Balas Suna. Dia menurunkan tangannya kembali dan menatap [Name].

"Makan obatnya." Kata Suna mengingat kannya. [Name] mengangguk. Suna memberi [Name] obatnya dan air putih.

"Terimakasih." Kata [Name]. Dia meminum obatnya.

"Istirahatlah. Aku akan keluar. Aku tidak akan mengganggumu." Kata Suna. Obatnya memang memberikan efek ngantuk. [Name] mengangguk. Ia tidak ingin tidur kembali dan ingin berbicara dengan Suna, tapi kondisinya menolak keinginan [Name] sendiri.

"Iya." Balas [Name]. [Name] mulai menidurkan dirinya dan memejankan matanya. Suna berjalan keluar. Takut jika ia terus-menerus berada dikamar ia akan mengganggunya.

Suna berjalan entah kemana. Ia hanya ingin sendirian saja saat ini.

[Name] membuka matanya. Ia menghela nafas. Emosinya mulai terasa tidak stabil lagi. [Name] sangat tidak suka menahan emosinya. Untunglah Suna pergi. Selama ini [Name] pura-pura tidur senatural mungkin.

[Name] melempar obatnya ke lantai. Obatnya berserakan. Nafasnya tersengal-sengal saking emosinya. Air matanya berlinangan.

"Sial, sial, sial." Umpatnya. Penyakitnya tidak kunjung sembuh. Ah, kepalanya jadi sakit.

[Name] memukul kepalanya dengan keras berulang kali, lalu [Name] mulai menjambak rambutnya. Rasanya [Name] sudah tidak tahan. Tangan sebelahnya mencengkram lengan sebelahnya. Ia cengkram hingga taj sengaja menyakar dirinya sendiri.

[Name] jadi mencakar dirinya di lengannya hingga terluka. Rasanya... Rasanya [Name] ingin pergi dari dunia ini dengan cepat.

[Name] berdiri. Berjalan menuju laci. [Name] membuka lacinya. [Name] mengambil talinya. Ia menggantungkannya di tempat tinggi. Ia mengambil kursi dan berdiri diatasnya. Tatapannya sudah kosong namun ia masih mengeluarkan air matanya.

[Name] mulai menggantungkan dirinya.

Hingga beberapa menit, saat nyawanya akan terambil. Ada pria datang menyelamatkannya. Pria lembut yang selalu setia padanya.

Inarizaki School [Inarizaki Team X Reader] (Tamat)Where stories live. Discover now