[S2] Bagian 64 - Mysterious Message

Start from the beginning
                                    

"Bakal apa??"

"Mima? Bakal apa?"

Kejora terduduk di ranjang kamar Daffin sementara Daffin yang masih lengkap mengenakan jaket beserta topinya itu masih melekat disana. Dia baru saja pulang lima menit yang lalu. Doyoung dan Kejora tidak mengetahui bahwa hari ini anak - anaknya pulang berbeda arah. Memiliki rencana masing masing, dan mereka juga rupanya sudah mempersiapkan pakaian untuk pergi. Kalau mereka harus pulang dulu, pasti dikawal dengan supir pribadi mereka, tapi itu bukan bentuk kebebasan yang Jingga dan Daffin harapkan. Bisa bermain dengan teman temannya tanpa ada yang membatasi ataupun mengawasi.

"Mima harus jelasin sama Daffin, sebenernya ada apa sama keluarga kita."

Dan Kejora baru ingat, Daffin tidak ada dalam dialog dirinya dengan Athalla, Zidane maupun Sharrel.

Bercerita penuh runtut dan detail. Bagai berbicara dengan cara yang dewasa, bersama orang yang sebentarlagi pun akan dewasa. Kejora menjelaskan secara lengkap dan mendetail kepada anak sulungnya. Kepalan tangan memupuk di ujung kesabarannya.

Sepenuhnya ini bukan kesalahan siapapun, hanya saja Doyoung mudah terpengaruh dengan omongan Shara yang menuntut bahwa anak gadisnya memiliki penyakit yang cukup serius dan membuat dirinya seperti orang bodoh karena mempercayainya. Bahkan sampai sekarang, Doyoung belum tau kebenaran tentang semua itu. Dirinya masih dalam kekangan Shara atas semua bukti yang wanita itu miliki.

"Jingga.."

Dia buru buru mengecek handphonenya dan melihat jam berapa adiknya itu masih aktif. Dan baru saja lima menit yang lalu. Tanpa pikir panjang dia langsung segera menelpon Jingga.

Namun, Jingga belum mengangkatnya, membuat sang kakak kelimpungan dengan ribuan rasa khawatir membuat gemuruh didadanya semakin besar.

"Mima?" Panggil Doyoung yang memunculkan kepalanya pada celah pintu yang sedikit terbuka dan dinding yang melekat diantaranya.

"Ayah laper. Masakin dong." Pinta Doyoung pada istrinya.

"Daffin mau makan juga?"

Meletakan jaket dan penutup kepalanya, Daffin menolak ajakan sang Ayah. Dia berusaha menahan emosi yang masih melekat dan belum bisa dia salurkan.

"Ayah tunggu di kamar ya. Mima masak dulu." Piyama panjang Kejora menggarap setengah ranjang Daffin. Sebelum itu Kejora kembali mengingatkan Daffin untuk selalu mewaspadai keberadaan adiknya.

***

"Lamaran ini Pak?" Tanya Athalla yang bertanya tanya tentang penggelaran sebuah pesta yang menyewa seluruh tempat itu.

"Iya lamaran. Kok bisa ya orang orang ngelakuin hal seperti itu?" Tanya Jefry balik.

"Ya bisa lah. Pak Jef ini kayak nggak pernah jatuh cinta aja. Tiba tiba punya anak gitu ya Pak?"

Jefry terkekeh mendengar pengutaraan Athalla padanya. "Saya lupa, kapan saya terakhir jatuh cinta. Orang katanya saya tiba tiba aja sakit, koma, terus.. kata Papah saya, saya amnesia.."

"Papah? Kok Pak Jef gak pernah cerita sama saya kalo Pak Jef masih punya keluarga? Saya kira ..."

"Emang kamu pacar saya? Segala urusan saya kamu tau, ada ada aja kamu tuh." Sinis Jefry pada Athalla.

"Iya juga sih Pak..."

Sementara Sharrel kini sedang sibuk - sibuknya menata gelas kaca kembali ke tempatnya semula. Sebelum para tamu semakin banyak.

PRANG

Bunyi dua gelas kaca berjatuhan membuat atensi seluruh pengunjung tertuju pada Sharrel. Sharrel langsung berjongkok dan memunguti pecahan beling itu sambil membawa nampannya. Tapi apa daya, tangannya malah tertusuk serpihan paling tajam dan dalam dari pecahan kaca itu, sehingga darahnya mengucur keluar.

SIR | DoyoungWhere stories live. Discover now