🍂 28 🍂

257 51 127
                                    

"Jadi, kamu satu-satunya saksi?" tanya Dong Hae.

"Iya, saya menjadi saksi mereka berdua." Felix berkata sambil mengusap sudut matanya. Dia menangis.

Dong Hae mengusap wajahnya kasar dan mengodekan pada anak buahnya untuk segera menuju ruang introgasi. Dia sendiri cukup terkejut dengan Felix yang tiba-tiba datang ke kantor polisi yang mengaku sebagai saksi.

Sesampainya di ruangan introgasi, Dong Hae menyiapkan buku catatannya beserta sebuah voice recorder.

"Baik, Felix, kamu hanya perlu tenang dan menceritakan semua sesuai yang kamu lihat saja. Tidak perlu ditambah-tambahkan, apalagi dikurangi."

Felix mengangguk.

"Apa kamu teman salah satu dari mereka?"

"Iya, aku teman dari korban, Seo Chang Bin." Felix sedikit terisak.

"Apa kedua orang itu sebelumnya adalah musuh?"

Sekali lagi, Felix mengangguk.

"Felix, pintu menuju rooftop terkunci selama kejadian berlangsung, kamu melihat darimana?"

"Aku melihat mereka melalui jendela kamar mandi pria," Felix mencoba berbicara di sela-sela isakan tangisnya, tenggorokannya begitu sakit setiap kali ia mencoba mengucapkan sesuatu.

"Kelasmu di lantai tiga, untuk apa kamu menggunakan kamar mandi di lantai lima?"

"Sebelumnya, aku memang sedang berada di rooftop. Jujur, hampir setiap hari aku ke sana."

"Apa yang kamu lakukan?" Dong Hae memicingkan matanya.

"Aku mengambil dompetku yang ketinggalan. Hari sebelumnya, aku ke sana sepulang sekolah dan aku tidak sadar dompetku jatuh. Hari itu, pintu menuju rooftop sedang dikunci, jadi aku meminjam kuncinya pada seorang bapak cleaning service." Felix tersedak setelah berbicara begitu panjang.

"Pelan-pelan saja," Dong Hae menenangkan, "bisa kamu jelaskan ciri-ciri bapak cleaning service itu?"

"Dia sedikit bungkuk dan memiliki banyak uban, dia cleaning service paling tua di sekolah."

"Apa kamu berhasil menemukan dompetmu?" Dong Hae memicingkan mata di antara helaian rambut yang sedikit menutupi wajahnya.

"Ya, seperti yang kubilang tadi, rooftop sangat sepi," Felix mengeluarkan dompetnya sebagai bukti.

"Saat aku keluar, aku melihat Chang Bin dan Min Ho menuju ke arahku. Saat kutanya, mereka tidak menjawab dan malah merampas kunci rooftop dari tanganku," tangis Felix semakin pecah.

Dong Hae mendekatkan sekotak tisu pada Felix.

"Terima kasih." Felix mengambil selembar dan mengelap wajahnya.

"Setelah itu, aku panik dan mencoba melihat melalui jendela kamar mandi. Sesuai dugaanku, mereka berkelahi."

"Lalu, kamu diam saja atau memanggil guru?"

"Aku segera berlari turun, tapi, fisikku memang lemah sejak dulu, lariku sangat lambat. Aku baru saja sampai di depan ruang guru sampai akhirnya ada seorang anak yang teriak histeris dari dalam kelas," Felix menarik napas yang panjang dan berat.

"Aku pikir, mereka sedang bercanda, nyatanya, saat aku melihat ke bawah, aku ..."

Felix tidak mampu melanjutkan kalimatnya, dia begitu terpukul dengan kejadian ini. Kejadian yang hampir merengut nyawa temannya.

"Aku ... melihat tubuh Chang Bin."

Dong Hae mengencangkan rahangnya. Semua yang dibilang Felix tidak ada yang janggal dari apa yang dikatan Min Ho. Hanya saja, Min Ho tidak pernah membahas soal merampas kunci rooftop dari Felix.

Phobia || Lee Minho {SUDAH TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang