11. Kencan Pertama

Start from the beginning
                                    

Dalam hati Kak Jef merasa sangat senang bisa mendapatkan Mira yang lugu dan polos. Bukan berarti ia ingin menodainya, tidak, Mira adalah kriteria gadis yang selalu ia panjatkan dalam doanya di sepertiga malam. Ia ingin lebih mengenal gadis itu. Muncul ide baru untuk mengado Mira komik favoritnya, mungkin ia bisa bertanya pada sahabat Mira, kalau tidak salah namanya Serhan. Sepertinya itu ide yang buruk mengingat Serhan nampak membencinya.

"Mir, aku antar pulang ya?" Tawar Kak Jef.

"Huh?" Mira terkejut membuat tukang parkir ikut terperanjat. Mereka ada di depan rental buku, Mira celingukan, 'Gue nggak pernah bawa cowok ke rumah, cuma Serhan doang.'

"Terus motor aku gimana?"
"Eh iya juga. Aku ikutin dari belakang aja deh... ini udah gelap Mir, nanti kalau ada apa-apa."

'Ya Allah semoga Ibu nggak tanya aneh-aneh.'

"Kita balik ke kampus dulu ambil motorku Kak." Tutur Mira. Kak Jef naik motornya diikuti Mira yang duduk menyamping berhubung ia mengenakan rok.

-

"Terimakasih Kak. Nggak mampir dulu Kak?" Mira membuka pagar besi rumahnya.
"Maaf menolak Mir, masih ada urusan lain yang harus diselesaikan."
"Hati-hati Kak."

Sang ibu yang mendengar pintu pagar tertutup membuka pintu ruang tamu.
"Kok malem banget pulangnya?"
"Khilaf cari buku Ma."
"Cepet masuk," tutur sang ibu dengan lembut.

Setelah Mira memasukkan motornya ke garasi, ia pun pergi menuju kamar, siap-siap mandi. Saat ke luar dari kamar, ibunya berdiri di depan pintunya.
"Itu tadi siapa?"
"Yang mana, Ma?"
"Cowok yang nganterin kamu,"
"Oh, Kak jef. Kenapa Ma?" Jawab Mira takut-taku.
"Kapan-kapan suruh mampir, kasian udah nganterin." Mira mengaguk paham. Bernapas lega tidak ditanyai macam-macam.

Sesudah menyelesaikan ritual mandi, badanya segar kembali. Mira merebahkan tubuhnya di atas kasur.

Mira: Kak sudah sampai?

Kak Jef: Sudah Mir. Kamu lagi ngapain?

Mira: Tiduran di kasur, Kak Jef?

Kak Jef: Ngerjain makalah.

Mira: Semangat Kak. Aku mau tidur dulu.

Kak Jef: Oke. Met bobok.

Mira memainkan ponselnya, tanpa sadar ia merindukan sahabatnya. Hampir satu minggu Serhan tidak menghubungi, egoiskah ia menginginkan Serhan tetap bersamanya setelah apa yang telah terjadi di antara mereka? Mira bagai seorang penjahat, penyebab Serhan sakit hati. Ia ingin meminta maaf secara langsung pada Serhan, masalahnya Serhan menghindari Mira. Apa sebaiknya ia biarkan saja, bisa jadi Serhan dalam fase move on. Meskipun begitu ia merindukannya. Ketidak hadiran Serhan terasa ganjil, ia terbiasa saling berhubungan, entah itu bercanda, hunting makanan, bahkan membeli buku dan ke rentalan. Tidak mungkin ia menari di atas penderitaan sahabatnya. Kira-kira apa yang dilakukan Serhan sekarang ya?

Main game?

Futsal?

Nongkrong?

Entahlah. Ia harap bisa berbaikan secepat mungkin. Ia kangen masakan Ibu Serhan. Dulu setiap Serhan mengajaknya berkunjung, ibu Serhan selalu membuat matcha cookis, sejak itu matcha menjadi rasa favoritnya.

-

"Halo gue Serhan kali ini gue akan resensi salah satu buku terfavorit yang pernah gue baca,"

"Jadi buku ini bercerita tentang sosok gadis yang terkenal, dia punya segala hal yang nggak orang lain punya,"

"Cowok ganteng dia embat semua. Prestasi cewek ini juga cemerlang, hampir nggak ada minus dari cewek ini..." Serhan mengambil napas sejenak.

"Tapi lama kelamaan dia bosan. Seolah lagu Ariana Grande, I want it I got it membuatnya muak. Terdasar hatinya selama ini kosong, ia pun mencari kesenangan lain,"

"Tak ada yang berubah, lalu di sana ia tatap satu cowok penyendiri membaca buku, cewek itu mendekatinya. Memperkenalkan diri. Lambat laun mereka akrab, cewek ini bercerita banyak hal dan cowok ini sebagai pendengar. Inilah yang ia cari, sosok yang mau menerima dia, mendengarnya, bukan karena dia cantik, kaya, pintar, maupun apapun itu." Serhan berhenti merecording. Mengulang kembali membaca hingga merasa pas. Ia ingin menampilkan yang terbaik. Mungkin ia terlalu ambisius. Serhan mencoret-coret kertas bacaan, mengganti serta menambahi kata-kata yang dirasa kurang. Waktu tersisa 3 hari pengumpulan trailer dan naskah resensi.


TBC

A/N: Maaf kalau di chapter ini agak membosankan, di next chap akan aku usahakan lebih baik lagi. Aku gak ada pengalaman ngedate, ini pun cari2 referensi dari imajinasi. But thank to you all for reading this book. Leave a vote and a comment :) <3

Dear My Friend (On-Going)Where stories live. Discover now