8. Klub Sastra

16 0 0
                                    

Karma pepatah persahabatan antar lawan jenis akan berakhir salah satunya jatuh cinta telah mendatanginya. Sulit berada di posisi Serhan saat ini. Mari lupakan sejenak.  Serhan menunggu kedatangan Kak Jef. Berlatar belakang kampus yang sepi, hanya segelintir mahasiswa aktif yang tinggal.

"Maaf membuatmu menunggu lama,"
"Serhan kan?"
Mengagukkan kepala, "Kapan lomba resensi bukunya?" Tanya Serhan
"Di pamflet ada keterangan pada tanggal 5 Juni. Kamu nggak baca?"
"Gimana mau baca kalau bentuk pamfletnya aja nggak tau."

"Lho belum saya kirim ke kamukah kemarin malam?
"Belum."
"Hehehe saya share langsung."

Menggeser lock screen. Serhan cermati perlahan. Sebelum itu ia harus menentukan buku yang akan diresensi. Boleh dari penerbit manapun asalkan bertema self improvement. Mengirimkan dokumentasi serta trailer resensi berupa audio MP3, durasi minimal 3 menit maksimal 5 menit.

"Kak, ini daftar sendiri atau didaftarkan?"
"Oh... saya yang akan mendaftarkannya. Kamu tinggal list nama, NIM, dan prodi." Kak Jef memberikan kertas kepada Serhan.
"Thanks." Ucap Serhan mengembalikan kertas yang sudah ia isi. Kemudian pergi tanpa berbalik badan.

Siapa sangka Serhan yang terkenal sosok bersosial, mudah bergaul, penuh canda bertingkah dingin padanya. Perasaan Kak Jef tidak pernah sedikit pun mencari masalah dengan Serhan. Merapatkan jaket, sesekali menggesekkan kedua telapak tangan  udara malam yang dingin menusuk. 'Sialan Jef,' rutuk Serhan, mengecek jam tangan memunculkan angka pukul 20.00. Ibunya pasti marah ia telat pulang.

Serhan menghampiri Vario yang terparkir di basemant kampus. Menstater. Berkendara bersama angin malam, tanpa berhenti memikirkan rancangan resensi buku. Ia mempersiapkannya matang-matang. Ambisi besar meraih juara pertama demi perhatian Mira. Bolehlah ia memperjuangkan gadis impiannya, bonus mendapat pengalaman yang akan berguna di masa mendatang, menambah lembaran kosong di CV kelak. Untung jalanan tidak terlalu macet sehingga ia sampai ke rumah lebih cepat. Ketika ia hendak membuka gerbang, Serhan dikejutkan sosok sang ibu yang berkacak pinggang.

"Kamu nggak lihat jam apa?" Serhan membisu seribu bahasa.

"Kamu pikir bisa seenaknya kelayapan nggak jelas. MASUK!"

"Astagfirullah Bu, jangan su'udzon dulu. Serhan tadi masih nunggu kating bermaksud mewakili UKM di perlombaan."

"Oh, maafin Ibu ya," Menutup mulut agar tak kelepasan lagi. Mendengarkan penjelasan sang anak. Sang ibu mengelus punggung Serhan, "Yaudah masuk. Kamu pasti lelah, ibu siapkan teh hangat dulu." Serhan memutar bola mata. Menuntun motornya masuk. Hafal betul kelakuan ibu-ibu yang selalu menyerang terlebih dulu sebelum tahu permasalahannya. Tak mau mengalah.

-

Mira: Cit, gue suka Kak Jef.

Citra: Sudah kuduga pasti ada sesuatu di antara kalian.

Berpindah posisi tidur menyamping, Mira membalas.

Mira: Duh kasih gue pencerahan.

Citra: wkwkwk yang lagi kasmaran bingung ya. Tembak langsung dong!

Mira: Takut ditolak.

Citra: Dicoba dulu, ditolak urusan belakang.

Mira: Ok. Doain gue.

Citra: 👍

Dada Mira berbunga-bunga. Sesak akan kupu-kupu yang beterbangan. Nama Kak Jef mendominasi pikiran. Tidur pun sulit. Tengkurap, ia buka kontak  Kak Jef. Menatap lamat-lamat foto profil. Tiba-tiba ponsel berdering.
'Tumben Kak Jef telepon malam.' Paniknya.
"Ha, halo. Ada apa Kak?"

Dear My Friend (On-Going)Where stories live. Discover now