11. Kencan Pertama

9 0 0
                                    

Semakin dewasa Mira berubah, ia bukanlah gadis introvert yang tertutup lagi. Sedikit demi sedikit ia mulai membuka diri. Bisa saja circle pertemanan yang mendorongnya untuk berubah. Walaupun cara Mira mendekati membuat salah paham, mengira ia gadis ketus dan sombong, namun lambat laun teman yang ia dekati tersebut mengerti karakter Mira justru menjadi akrab. Sosok Kak Jef yang hadir dikehidupannya pun mengubah hidupnya, ia tampak lebih berwarna. Laki-laki seperti Kak Jef mengajarkannya menghadapi dunia sosial yang dulu sangat ia hindari. Pertama kali bergabung Klub Sastra karena Mira suka membaca buku ditambah sosok Kak Jef sebagai ketua UKM yang baik. Bolehkan ia berharap tinggi untuk bersama Kak Jef sampai ke pelaminan?

Mira terlalu berpikir jauh, dia saja baru menginjak semester 4, sedangkan Kak Jef semester 6. Memang tak ada yang melarang mahasiswa untuk menikah, tetapi mereka belum siap menghadapi konsekuensi yang akan datang. Kak Jef pasti lebih mementingkan pendidikannya terlebih dahulu kemudian berkarir barulah menikah. Lagipula Ibu Mira juga melarang putrinya untuk menikah di usia muda, sang ibu ingin putrinya menitih karir terlebih dahulu.

"Mir kok melamun terus." Kak Jef menyadarkan Mira.

"Maaf. Gimana Kak?"

"Udah paham belum sama penjelasan say-"

"Kak pakai aku-kamu ajalah, kalau pakai saya berasa ngomong sama dosen," Saran Mira membuat Kak Jef menggaruk tengkuknya.

"Iya deh. Sampai sini udah jelas belum?"

"Jujur Kak- nggak paham hitung-hitungan model ginian." Mira meletakkan wajahnya di atas meja. Kak Jef menyentuh tangan Mira.

"Kamu kayaknya butu refreshing deh," Mira menyebikkan bibir mengiyakan kata Kak Jef.

"Mau ke Gramedia?" Seketika Mira menegakkan tubuhnya, "Ayo Kak!" Kak Jef tersenyum.

-

Mira lebih memilih pergi ke tempat menyewa buku gegara tidak membawa cukup uang. Gengsi memakai uang Kak Jef. Tempatnya tidak terlalu luas, tapi di dalamnya lautan buku. Aroma khas membangkitkan bibliofilia. Berbagai novel hingga komik tertata rapi di rak. Mira dan Kak Jef berpencar mencari buku masing-masing. Kak Jef yang sudah mendapatkan buku mencari keberadaan Mira. Melewati tiap rak, akhirnya ia menemukan sosok Mira yang jongkok di depan rak. Gadis itu nampak berpikir keras.

"Mir," Kak Jef memanggil Mira, yang dipanggil terperanjat. Gadis itu langsung berdiri.

"Udah dapet?" Mira menggeleng. Kak Jef menggandeng Mira, tapi gadis itu menyeret kakinya.

"Kamu kenapa Mir?" Mereka berhenti.

"Gapapa Kak," senyumnya terpaksa.

"Jujur aja Mir. Aku nggak akan marah kok." Mira menatap kebelakang di mana deretan komik berjajar. Kak Jef yang paham menarik Mira ke arah komik berada.

"Pilih mana saja yang kamu mau," suruh Kak Jef

"Aku nggak mau keliatan kekanakan di depan Kak Jef." Mira dengan pasrah mengambil komik yang ingin ia baca.

"Gak lah Mir... Orang yang punya hobi membaca gak boleh dijudge, semua punya genrenya masing-masing. Merdeka membaca berarti menyukai komik, dark romance, misteri atau apapun itu terserah mereka. Gak ada halangan untuk membaca," Kak Jef menasihati Mira sekaligus menenangkannya.

"Kalau kamu suka, aku bisa beliin komik yang kamu mau kok. Gak perlu rental."

"Nggak usah Kak. Lain kali aja,"

"lho kan beliin pacar gapapa."

"Malu Kak, udah terbiasa mandiri. Nabung dulu baru beli."

"Yaudah kalau begitu. Bangga deh punya pacar mandiri kayak kamu."

Dear My Friend (On-Going)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora