"I can't write one song that's not about you"

"Can't drink without thinkin' about you"

"Is it too late to tell you that"

"Everything means nothing if I can-"

Brak

Menghentikan nyanyian merdu. Sesosok laki-laki mirip Serhan berdiri di ambang pintu. Semakin mendekat. Menyodorkan buku tepat di wajah Serhan.

"Kak bantu kerjain tugas dong..."

"... Ketok pintu dulu! Apa gunanya lo disekolahin, Vid? Kalau ujungnya gak tau tata krama."

"Sekolah gak menjamin orang berakhlak."

"Kok gitu?"

David duduk di atas ranjang, "Pejabat sekolah tinggi sampai ke luar negeri buktinya korupsi. Tutup telinga saat rakyat berteriak minta tolong." Titahnya. Fix dia adik kandung Serhan, pandai bersilat lidah. Serhan membatin, 'Gak berkah ilmunya'.

"Iya sini. Disuruh ngapain nih?"

"Buat puisi bebas. Kakak jago kalo buat ginian, jadi mohon dikerjain semuanya ya."

'Dasar bocah. Mau enaknya doang."

Mengambil pena. Menorehkan kata per kata segenap perasaan. Tidak ada salahnya kalau ia tuangkan cerita tragedi cinta. Maka Serhan rangkai. Alangkah malang ditolak sekaligus bersyukur telah mengenal gadis itu. Memohon untuk tidak berhenti mencinta, bersamanya, jujur padanya. Berharap suatu saat nama Serhan dan Mira terukir sampai ke langit tujuh. Biar dikata masokis, berkali-kali Mira menolak tak menyurutkan perjuangan Serhan.

"Sudah selesai."

"Mana? liat dulu."

David membaca hasil karya kakaknya. Bermuka masam, ia lemparkan buku itu ke arah Serhan, semburat kemerahan merekah di pipi.

"Cih aku gak mau puisi kayak ini. Nanti dikira guruku anak alay." Kata David menggunakan basis aku/kamu. Dia berbeda dengan Serhan, anak gaul, sang adik introvert bin sopan. Pergaulan dia terbatas. Pilih-pilih teman. Anehnya tetap ada banyak yang mendekati David dikarenakan ia santun serta suka menolong. David termasuk kategori introvert sosial, sehingga ia tampak seperti seorang ekstrovert, akan tetapi energinya akan mudah terkuras apabila berinteraksi dengan orang asing terlalu lama.

Serhan bersungut-sungut marah, "Lo bilang puisi bebas. Sebagai penulis terserah gue, kalau gak suka gak usah minta ke gue. Lo buat aja puisi tentang Doraemon."

"Buatin lagi," lirih David

"Apa?"

"Buatin lagi. Nanti aku belikan mie ayam. Plis,"

Sangat menggiurkan, "Eits kali ini jangan buat NTR. Aku gak mau ada kisah halu Kakak seperti Doraemon nikung Nobita." Memutar bola matanya. Serhan mengaguk malas.

-

Selesai sudah kewajiban Serhan. Tiba-tiba ia ingin curhat. Berbagi kisah sedih. Ponsel menampilkan Whatsapp Group di layar. Darimanakah ia harus memulai? Serhan menimang-nimang. Muncullah ide untuk menyebarkan foto puisi yang ia buat tadi. Puisi itu berbunyi:

~Layang-Layang~

Karya: Abrissam Serhan Fahmi

Kuikuti arahan Tok Dalang

Sambil bersenandung lagu anak-anak

Kuambil buluh sebatang

Teringat bayangmu

Kupotong sama panjang

Sama seperti yang kau lakukakan padaku

Kuraut dan Kuikat dengan benang

Kumemperlakukanmu spesial

Kujadikan layang-layang

Bagai harapanku terbang bersama angin

Bermain berlari

Membawaku ke dalam euforia

Membayangkan dirimu selalu di sampingku

Habiskan ribuan detik bersamaku

Bibir berucap mencintaiku

Bermain layang-layang

Berlari kubawa ke tanah lapang

Hati riang dan senang

-

Notifikasin centang dua terpampang. Hening sesaat. Kemudian ponsel Serhan dipenuhi notifikasi berisi kementar-komentar ketiga kawannya. Dari yang memuji dirinya sebagai laki-laki puitis sampai mengolok dengan stiker tak senonoh. Tangan Serhan mulai mengetik, menanggapi komentar, berbalas stiker. Setelah lelah bercanda gurau, Serhan curhat tentang Mira.

Nauval: Kasian banget sih😢

Farid: Ingat kata-kata gue, Han.

Serhan: Udah cuy. Enggak mempan😔

Erza: Semua butuh waktu Han. Ditekuni dulu.

Nauval: Wkwkwk lo kira pekerjaan apa, harus ditekuni.

Serhan: Enam tahun bro. HAMPIR ENAM TAHUN.

Farid: 🗿

Nauval: 🏃‍♀️💨

Erza: Kesempatan lo dapetin Mira masih besar Han. Selama janur belum melengkung.

Semangat Serhan seketika kembali. Masih ada waktu. Ia tak akan menyerah begitu saja. Akan ia ungkapkan lagi, lagi, dan lagi. Walaupun Mira berlari menjauh, sampai ujung dunia pun akan ia kejar. Rencana selanjutnya buat Mira terkesan dengan cara unjuk gigi di kegiatan Klub Sastra berikutnya. Kali ini dia akan berusaha tidak bolos. Memenangkan lomba Resensi Buku. Petama-tama menghubungi Kak Jef.



TBC

Dear My Friend (On-Going)Where stories live. Discover now