Aku baru saja tiba di bandara Incheon beberapa menit lalu dan kini tengah menunggu orang suruhan dari pihak kampus untuk menjemputku.
Ah lama sekali orang itu menjemputku, perutku sudah bernyanyi dari tadi, apa aku cari makan dulu ya sebelum orang itu datang? Okelah, daripada kelaparan kan. Batinku.
Baru beberapa langkah aku meninggalkan tempatku semula, aku melihat seorang pria dengan mengangkat poster bertuliskan namaku diatas kepalanya. Apakah mungkin orang itu yang disuruh menjemputku? Kalau bukan bagaimana? Kalau nanti tiba-tiba ginjal, jantung dan organ tubuhku yang lain diambil bagaimana? Masa iya baru beberapa menit datang di Korea udah berhenti nafas sih, mataku kan belum sempat lihat gedung SM apalagi artisnya. Kalau boleh sih mau lihat idol sama aktor yang lain dulu deh gak apa-apa. Ayolah.. Jaebal..
Astaghfirullah, sempat-sempatnya otakku berpikir seperti itu. Yang harus aku lakukan sebelum meninggal itu menebus dosa dengan kebaikan dan taat kepada Allah.
Enggak, minimal aku harus ketemu dulu sama Kyungsoo, Chanyeol, Jungwoo, Jaemin, Jisoo, om Leeteuk, Taehyung, V, Nam jo hyuk sama Jisungie lah. Mbak IU kalau mau ketemu juga bolehlah..
Ayolah, kenapa berdebat sama diri sendiri sih? Kalaupun sempat ketemu sama mereka ya Alhamdulillah, kalau enggak ya harus ketemu. Masa iya udah satu negara juga masih gak bisa ketemu.
Udah udah please.. Fokus! Jangan halu sana sini.
Tersadar dari pikiran absurd itu, aku memberanikan diri mendatangi orang tadi.
Dengan kemampuanku berbahasa Korea yang aku dapatkan dari drama korea yang selama ini aku tonton, aku sangat percaya diri sekali memperkenalkan diriku saat sampai dihadapannya.
"Annyeong haseyeo, Mina imnida. " ucapku sambil membungkukan badan tak lupa senyuman ramahku.
Bukan sapaan balik yang aku dapatkan saat berdiri tegak. Namun raut wajah bingung yang aku terima pertama kali darinya.
Bukankah benar yang aku katakan tadi? Kenapa raut wajahnya seperti itu? Atau mungkin posisi jilbabku salah? Pakaian? Barang bawaanku? Atau mungkinkah dia tahu tas yang aku pakai ini kw? Sedetail itukah dia memperhatikan tasku?. Batinku.
Ah. Mungkin dia lelah?
Orang itu langsung merubah ekspresi wajahnya dengan tenang saat aku tersenyum prihatin kearahnya dan menyuruhku mengikutinya menggunakan bahasa Inggris sambil menggeret koperku.
Lantas akupun mengikutinya dengan membawa satu koper kecil sedangkan orang itu membawa dua koper. Tadinya sih sebelum aku turun dari pesawat aku sudah berniat akan menyuruh orang yang menjemputku membawa ketiga koperku, namun saat aku tahu dia kelelahan ketika aku menyapanya, kuurungkan niatku tadi karena koperku lumayan besar dan berat. Ah tapi tetap saja, orang itu tetap membawa beban berat.
Aku sungguh minta maaf ahjusi.
Setelah koperku dimasukkan kedalam bagasi dengan selamat, akupun langsung duduk di jok belakang dan memakai seatbelt dengan tenang
"Apakah perjalanan menuju apartemen masih jauh, ahjusi?. " tanyaku.
"Sekitar 30 menit lagi. " ucapnya.
Kupejamkan mataku setelah mendengar jawaban ahjusi tadi karena perjalanan perdanaku keluar negri yang cukup melelahkan dan membosankan.
Setelah beberapa menit aku memejamkan mata, aku tersadar akan raut wajah yang ditampilkan ahjusi saat aku menyapanya di bandara tadi.
Bukan bingung akan tas yang aku pakai maksud ahjusi tadi saat dibandara, melainkan tingkahku tadi yang menyapanya secara tiba-tiba dan mungkin kalimat yang aku gunakan tadi salah.
Mataku langsung terbuka dan menatap ahjusi dari belakang saat menyadari betapa memalukannya aku tadi. Terlebih aku senyum prihatin kearahnya saat dibandara. Ottoke?
Anggap saja tadi itu percakapannya pake bahasa Inggris yaa.
KAMU SEDANG MEMBACA
BERTEMU (On Going)
Fiksi PenggemarMenganggap Kyungsoo dan yang lain sebagai tetanggaku ternyata tidak membuahkan hasil apa-apa untukku. Mereka menjalani hidup seperti biasanya tanpa mengetahui kalau aku ada disini. Bahkan seperti nya mereka tidak tahu kalau aku adalah bagian dari...
