Kadang Mira juga berpikir, sifat ambisiusnya ini lah yang membuat ia buta terhadap keadaan sekeliling. Terlalu fokus pada tujuan yang ingin ia raih, sehingga terkadang mengorbankan hal-hal penting di sekitarnya. Oleh karena itu, kini Mira memutuskan untuk pergi ke rumah Vivi. Meminta maaf sudah ia niatkan kala menekan tombol order pada aplikasi ojek online.

Vivi sendiri yang memang tak ada kegiatan itu kini tengah sibuk memandikan mobilnya. Vivi sebenarnya bukan tipikal gadis yang rajin, hanya saja ia butuh pelampiasan untuk mengalihkan pikirannya akan Mira. Jujur, ia masih marah dan kecewa dengan pacarnya itu. Harus sampai kapan ia terus menjadi nomer dua, begitulah yang ada di benaknya.

"Vi.." suara lirih terdengar di telinga Vivi.

Memecah proyeksi pada otaknya yang tengah memutar kejadian semalam. Vivi berbalik, melihat Mira yant berdiri disana sambil tertunduk. Tentu saja Vivi heran, kenapa ada Mira disini. Padahal mesin mobilnya saja masih terasa hangat sehabis mengantarnya tadi.

"Mira?" ucapnya.

Vivi lantas mematikan keran air, menaruh lap dan selang yang sedari tadi ia pegang. Berjalan menghampirinya. Vivi memang lemah kalau harus berurusan dengan Mira. Semarah atau sekesal apapun padanya, jika Mira bersedih di depannya, Vivi bisa apa?

"Kamu kok ada disin...ni?" omongan Vivi terbata, Mira terlalu cepat memeluknya.

"Maafin aku. Aku egois banget sama kamu. Aku salah sama kamu. Aku bukan pacar yang baik buat kamu. Maaf," memang Mira tak menangis, tapi suaranya terdengar bergetar.

Vivi tersenyum, ia balas pelukan kekasihnya itu.

"Harusnya aku marah sama kamu, tapi aku sayang sama kamu. Aku terlalu cinta sama kamu, aku maafin kamu, Mir,"

Keduanya berpelukan dalam beberapa saat, hingga akhirnya, "Vi.."

"Hmm?"

"Laper.."

Vivi melepaskan pelukannya, tertawa sambil melihat Mira yang menunduk. Pipinya memerah dan bibirnya ia manyunkan, Vivi tangkup kedua pipi Mira. Memaksanya agar kedua mata mereka bertemu.

cup

Satu kecupan singkat mendarat tepat di bibir tebal Mira.

Vivi tersenyum melihat Mira yang tampaknya masih terkejut dengan adegan barusan.

"Kamu mau aku masakin atau mesen?" tanya Vivi.

"Emang kamu bisa masak?"

"Tergantung kamu mau makan apa? Mie? Telor ceplok? Telor dadar? Atau..." tiba-tiba Vivi menghentikan ucapannya.

"Atau apa?"

Bibir Vivi mendekat ke telinga Mira, "..atau mau makan aku?" ucap Vivi seduktif.

Muka merah Mira yang baru saja mereda itu lantas kembali memerah. Vivi yang sadar akan kena amuk kekasihnya itu lantas berlari masuk ke dalam rumah.

"VIVI ih!!!" sesuai dugaan Mira  berteriak dan mulai berlari mengejarnya.

*

Ayam dan kentang goreng yang berasal dari brand ternama akhirnya menjadi pilihan Vivi dan Mira untuk makan siang kali ini. Diiringi dengan tawa lepas, mereka berdua terlihat bahagia sekali. Rasanya sudah lama mereka tak berbagi cerita yang menghadirkan canda tawa, karena 

kesibukan dan permasalahan yang ada di hubungan mereka akhir-akhir ini.

"Tar sore mau jalan gak?" Tanya Vivi saat sudah berhasil menelan kentang gorengnya. Mira mengangguk dengan antusias dengan pipi yang penuh dengan makanan, membuat Vivi gemas 

TortuousDonde viven las historias. Descúbrelo ahora