37 : affirmation

En başından başla
                                        

"Iya."

Beomgyu gak langsung menjawab. "...iya sih, kita beneran jarang ketemu semenjak tahun kedua. Mungkin karena bener-bener udah fokus kuliah masing-masing ya, beda pas masih tahun pertama, mungkin karena baru masuk masih—"

"I really miss you."

"...."

"Gue kangen elo—kangen momen yang gue lakuin sama elo. Kangen lo yang ngerecokin. Kangen... kangen masa-masa dulu, when we really close to each other. Like a best friends."

"Taehyun, gue—"

"It because I used to like you."

Hela napas panjang terdengar di antara senyap malam. Sedangkan Beomgyu sendiri mungkin telah menahan napasnya pada sepersekian sekon kendati dia telah mengetahuinya. Namun tak ayal keterkejutan itu tak terelakkan.

"Enggak juga—gue... berusaha seakan gue pernah suka sama lo, tapi gak bisa, karena selama ini gue selalu menyukai elo.

"Padahal gue punya kehidupan sendiri, lo juga punya kehidupan sendiri, dan seharusnya dengan kehidupan kita yang berbeda itu jadi kesempatan buat gue fokus sama kesibukkan gue.

"Gue bisa, gue bisa fokus pada kesibukkan itu. Tapi..." Taehyun membuang napasnya perlahan. "...gue selalu ingat lo. Selalu ingat apa yang udah kita lakuin. Padahal ada yang kita lakuin juga gak jauh beda sama yang lo lakuin ke yang lain. Ke Ryujin, ke Jeongin—

"—gue jadi orang dongo kalau ingat betapa cemburunya gue sama dia. Lo dekat banget sama dia. Di antara teman-teman yang lain, dia ada tempat khusus buat lo tapi gak lebih dari sahabat tapi juga gak sekadar teman. Dan gue dengan tololnya iri sama dia.

"Gue gak mau kehilangan elo, Beomgyu, tapi di satu sisi tiap kali gue ingat kalau kita cuman teman rasanya mengesalkan. Kenapa gue cuman teman? Gue bisa berdiri di samping lo tapi gue gak bisa jadi orang yang menggandeng tangan lo bersama.

"Ini nyebelin dan gue gak tahan. Maaf," kepaa Taehyun tertunduk sedikit. "dengan ini mungkin kita gak bakal bisa lagi kayak dulu. Maaf, gue egois. Maaf—"

"No," sela Beomgyu cepat. "N-no need to be sorry, elo—" Beomgyu kepayahan merangkai ucap kata dalam kepalanya, yang ada cuman racau tak jelas.

Beomgyu nyaris berkata kalau itu bukan salah Taehyun dan dia berhak untuk merasakan itu. Tapi masalahnya, Beomgyu tidak bisa bertanggungjawab atas afeksi lebih darinya itu.

Kendati tiap tumpukkan 'maaf' dari Taehyun membuat Beomgyu sesak, Beomgyu merasa dia tidak berhak menolaknya.

Beomgyu kira, Taehyun bakal menyerah seperti yang Beomgyu lakukan. Tetapi tidak, mungkin merenggangkan hubungan yang telah ada dengan menyatakan perasaan sesungguhnya jauh lebih baik ketimbang...

...ketimbang itu tetap berakhir renggang tanpa ada pengakuan.

Kalau mengingat apa yang dilakukan Beomgyu lebih egois lagi, Taehyun tidak layak disalahkan.

"Gue—" tangan Beomgyu mengepal di sisi tubuhnya. "—ng-nggak tahu harus gimana... s-soal ini, g-gue... gak berani memutuskan. I-itu—"

"Iya, gue ngerti." sela Taehyun karena dia sadar Beomgyu telah kehilangan pikirannya sebagian.

"Gue udah mempertimbangkan ini. Gue rasa ini saatnya yang tepat buat gue—dan elo juga—buat bener-bener fokus pada diri masing-masing." ditatapnya temannya itu, "Jadi gue minta jarak, untuk sekarang dan beberapa waktu ke depan. Supaya ketika kita kembali lagi, kita bisa mengulang kenangan itu dalam cerita."

Setelah mengatakan itu, perlahan Taehyun beranjak.

"Once again, I'm so sorry and thank you. Thank you for be a good friend to me."

Click On ╏ C. Beomgyu (ON HOLD)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin