Taehyun mengembuskan napas yang membuat kepul asap menabrak wajahnya. "Waktu itu lo pernah bilang mau ambil jurusan yang sama kayak kakak lo..."

"Not really wanted, but just interested because it looks so much fun." sahutnya, "Tapi gue mikir lagi, gue sama kak Yeonjun itu beda. I can adore him but I can't be like him."

"Kalau lo ragu sama pilihan lo sekarang, kayaknya masih bisa dipertimangkan—"

"I can, but I don't wanna." sela Beomgyu. "Tepatnya, gue gak bisa. Soalnya kalau gue pertimangkan lagi... gue malah semakin ragu.

"Taehyun, sebenarnya gue gak tahu gue mau ngapain. Betul-betul gak tahu. Entah yang membuat gue begini apakah karena kondisi keluarga gue atau justru gue sendiri yang gak yakin dengan kemampuan gue sendiri. Gue mungkin kelihatan pintar di akademik, tapi gue yakin banyak orang yang lebih pintar daripada gue. Tapi juga ada orang yang gak pintar, tapi dia beruntung dan dia bisa meraih apa yang dia mau karena dia sangat beruntung.

"Mama sama Papa gue gak nuntut gue harus jadi apa, even kak Yeonjun, dan itu bikin gue tambah bingung. Gue berakhir cuman ngikutin apa kata orang lain. Mereka bilang di jurusan ini tuh susah jadi gak banyak yang masuk ke sini, jadi gak ada salahnya mencoba karena mereka bilang gue pasti mampu.

"Tapi masalahnya, kalau enggak gimana? Gue mau jadi apa? Gue nggak tahu.

"Tapi kalau disuruh langsung nikah juga gue gak mau sih, meski pun gue dijodohin. Masih mau ngelayap. Gue mau cobain rasanya jalan-jalan buat buang-buang duit." Beomgyu menatap Taehyun serius buat pernyataannya yang terakhir.

"Ya gak gitu juga, ahelah." Taehyun tergelak setengah hati membuat Beomgyu meringis sambil nyengir.

"HABIS GUE BENERAN BINGUNG, TAPI—ya udahlah."

"Terus... jadinya lo mau gimana?"

"Yah..." Beomgyu mengambil jeda buat menghela napas pelan sebelum menatap Taehyun lagi. "Just try it? If I try I'll get two choice, but if not I just get one choice; nothing."

Taehyun tahu, Beomgyu tidak akan berhenti di sana kendati dia harus berjalan sendiri. Meski pada akhirnya Jeongin mengikutinya sih.

Sejak saat itu Beomgyu sadar kalau dia hanya hidup mengikuti apa yang ada di depannya hingga mencapai sekarang. Dan itu membuatnya melupakan beberapa hal lampau demi menaruh seluruh perhatiannya pada yang dikerjakan yang sekarang. Dia meletakkan beberapa hal bukan lagi prioritas awal. Beomgyu bertemu banyak orang baru. Memiliki kesibukan lain. Menemukan tempat lain untuk bersandar.

Dan Beomgyu sadar, selama ini, meski pun selama di SMA Beomgyu paling banyak menghabiskan waktu bersama Taehyun, tapi dia gak memberikan bagian dirinya seutuhnya. Hanya... memberikan balik apa yang Taehyun berikan ketika dia mampu dan menjadi tempat bersandar sebaliknya juga bagi pemuda Kang itu.

Taehyun telah menjadi teman yang baik selama waktu itu, bagi Beomgyu.

Sampai sekarang.

Akhirnya mereka meninggalkan kamar dan menuju pelataran belakang guesthouse yang kebetulan letaknya dekat dengan kamar mereka. Hanya beberapa meter berjarak lorong dan terpisah oleh sekat pintu geser.

Beomgyu duduk di pinggir dengan kaki terlipat. Pandangannya langsung dihadapkan bentangan langit malam dengan bintik bintang acak. Pemandangan yang jarang ditemui di pusat kota yang padat.

Taehyun menyusul duduk di sampingnya.

"Gue kangen." Taehyun yang duluan bicara.

Beomgyu menoleh. "Kangen siapa? Gue?"

Click On ╏ C. Beomgyu (ON HOLD)Where stories live. Discover now