Part 36

85.3K 12.5K 4.6K
                                    


FOLLOW sebelum membaca biar gak ada part error nantinya-!

Kalau masih error, caranya :
- Hapus cerita ini dari perpustakaan kamu terlebih dahulu.
- Cari akun authornya lalu follow.
- Setelah follow baru tambahkan kembali cerita My Best Enemy ke perpustakaan kalian-!

Jangan lupa Vote + Komen❗


(Sekali-kali foto uwu, lah, ya😌 stok opening membagongkan menipis😌)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Sekali-kali foto uwu, lah, ya😌 stok opening membagongkan menipis😌)

Happy Reading 👀❤️
.

***

Menyusuri koridor sekolah, iris mata dilapisi lensa kontak itu berjalan dengan dagu terangkat. Banyak pasang mata yang memperhatikan perubahannya.

Erika, gadis yang dulu nya cupu dan tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitar, kini berjalan angkuh melewati orang-orang yang dulu sering menghinanya.

"Eh, itu Erika, bukan?" tanya salah seorang siswi dengan bando warna warni di kepalanya.

"Iya. Erika. Kok bisa jadi cantik gitu?"

"Mana gue tau."

"Mungkin dibantuin om-om buat jadi cantik."

"Kata orang sih, dia perawatan dibantu Zeva."

"Zeva? Si cewek bar-bar plus tolol itu?"

Erika menghentikan langkah kakinya. Tangannya terkepal erat. Sesaat kemudian, ia melanjutkan langkahnya pelan agar tetap bisa mendengar pembicaraan geng sosialita yang tidak jauh darinya.

"Sttt... Suaranya jangan digedein. Ntar si Erika ngelapor ke Zeva. Dia kan, babu nya Zeva sekarang."

Sudut bibir kiri Erika terangkat. Beraninya ngomong di belakang, pikirnya.

"Biarin. Gue juga kurang suka sama Zeva, dia anaknya suka main sama cowok. Apalagi sama cogan nya XII IPS. Zidan, Alan, Xavi."

"Oh, ya?" tanya Vivi kurang yakin.

"Iya. Gue yakin, sih, Zeva udah ga perawan. Pasti tubuhnya bergilir buat dipakai cowok-cowok."

"Benar. Gue setuju sama Laily, tiap hari Zeva suka gonta-ganti boncengan," sahut Wiwit.

"Tuhkan! Wiwit aja setuju sama gue. Masa lo ga percaya sama gue sih, Vi?" ucap Laily.

Erika menggelengkan kepalanya pelan. Sebelum menghampiri orang-orang yang menjelek-jelekkan Zeva dan dirinya, ia menutup matanya sejenak lalu menghembuskan nafas terakhir eh, pelan.

Bibirnya menyunggingkan senyum sinis yang samar. Erika berjalan mendekat ke arah mereka.

"Heh, cupu! Ngapain lo jalan sambil ngangkat dagu, gitu? Udah berasa paling cantik lo?" hardik Laily.

MY BEST ENEMY ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang