"Enggak!" bantah Afi. "Ini sudah malam, jam sebelas! Ini jalan sepi yang gue nggak tau. Ini malam, Gi, malam!"
"Terus kenapa?" Gio terlihat sangat frustrasi menghadapi Afi yang tak kalah keras kepala. "KELUAR!" bentaknya dengan memukul kemudi.
Afi seketika bungkam. Tubuhnya semakin bergetar hebat ketika melihat sisi lain dari diri Gio muncul. Ini pertama kalinya, dia melihat Gio yang penuh emosi. "Gi, jangan begitu," bujuknya.
Gio menggeretakkan gigi dan lantas meninjukan tangannya ke dashboard lalu kembali menatap Afi. "Nggak keluar, lo kelar Fi!"
"Biar!" tantang Afi.
Gio menghela napas kasar dan mengacak rambutnya. Dia terdiam sebentar.
Tak butuh waktu lama, Gio mendekat ke Afi, perlahan. Tangannya terulur untuk membuka pintu sebelah Afi. "Keluar sebentar aja." Nada perintah Gio berubah seketika, kali ini sedikit lebih lembut.
Afi terlihat ragu-ragu, masih tidak mau bangkit dari tempat duduknya. "Lo mau apa?"
"Gue nggak mau lo jadi samsak gue, Fi." Rahang Gio terlihat kembali mengeras, ada emosi yang sedang ditahan-tahan.
"Keluar sekarang, tolong!"
"Gue keluar, tapi lo jangan tinggalin gue. Janji?"
Gio mengangguk.
Dengan berat hati, Afi pun melangkah keluar dari mobil dengan perasaan tidak enak. Entah mengapa, dia memiliki firasat bahwa Gio akan meninggalkannya di sini.
"Nggak! Nggak mungkin." Afi kontan menggelengkan kepala ketika pemikiran itu lewat. Gio tidak akan mungkin mengingkari janji, Afi sudah kembali percaya kepadanya.
Bunyi benturan kepalan tangan Gio ke dashboard terdengar lagi, kali ini lebih keras dan kembali membuat Afi merinding seketika. Cewek itu kontan menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan, lantas mengalihkan pandangan ke jalan sepi di depan.
Afi takut.
Takut jika firasatnya benar.
Gio kembali menyalakan mesin mobilnya, menandakan bahwa mungkin dia sudah bisa mengendalikan emosi. Afi bersiap untuk masuk lagi.
Namun, mobil tiba-tiba berjalan perlahan, membuat ketakutan Afi semakin sempurna. "Gi!" panggil Afi sambil mengikuti jalannya mobil dan menepuk-nepuk jendela, berharap pintu segera dibuka. "Lo udah janji!"
Alangkah berdebarnya jantung Afi saat Gio malah melajukan mobil begitu saja dan meninggalkannya sendirian. Refleks, Afi berlari mengejar mobil itu sambil meneriakkan nama Gio amat keras.
Dia berlari dan terus berlari sampai kakinya terasa mati rasa, disusul suaranya yang serak karena berteriak.
Tak mungkin digapai.
Cewek itu berhenti berlari dan mengatur napas. Mobil Gio sudah hilang dari pandangan. Afi merutuki kebodohannya dan menyesal. Tubuhnya lagi-lagi bergetar ketakutan, napasnya memburu, dan matanya panas, ingin menangis.
"Gue suka lihat lo senyum, Fi."
Kalimat yang sering Gio ucapkan itu seketika lewat di kepala Afi, membuatnya frustrasi. "Tapi lucunya sekarang ini, lo malah hampir buat gue nangis, Gi."
Afi kontan memukul kepala dan mengusap kasar ujung matanya. "Jangan nangis, jangan nangis, jangan nangis!"
Kembali, tubuhnya bergetar hebat. Afi merasakan sesuatu menusuk perasaannya. Sakit. Sulit rasanya percaya dengan apa yang terjadi sekarang, seakan ini hanyalah mimpi. Jauh dalam hati, Afi masih percaya Gio kembali.
Namun, tak ada satu pun tanda.
Dengan rasa kecewa, cewek itu memutuskan untuk melangkah ke arah sebaliknya dari arah mobil Gio pergi. Mungkin jalan sebaliknya akan mengantarnya menuju deretan rumah warga. Afi harus bisa keluar sendiri kali ini, tanpa mengemis bantuan siapa pun.
Dalam hati dia berdoa, semoga selama di perjalanan dia tidak menemukan apa pun yang membuatnya semakin takut.
"Gue benci Giofi," tutur Afi sambil terus menarik dan membuang napas agar air matanya tidak keluar. Dia tidak ingin terlihat lemah, walau di jalan ini hanya ada dia sendiri.
Tak sudi dirinya menangis untuk cowok pengkhianat seperti Gio.
Jika waktu bisa diputar, Afi lebih memilih untuk tidak berkenalan dengan Gio.
= GIOFI =
Hi guys! GIOFI versi terbaru akhirnya aku rilis di tanggal 22-02-2022.
Dipublikasikan ulang pada tanggal 20 Juli 2024.
Aku sarankan dulu untuk baca 15 sampai 20 part, karena menurutku cerita ini nggak kalah seru dari ceritaku yang lain. Semoga kalian suka, Aamiin.
Tetap tinggalkam vote dan komentar. Percayalah, aku bahagia terima notif dari kalian. Terima kasih.💝
YOU ARE READING
GIOFI (TERBIT)
Teen FictionSyafika dituntut untuk menjadi seperti kakaknya yang sukses di dunia kerja. Dia harus meraih nilai sempurna, peringkat satu setiap semester, dan mempertahankan beasiswa. Tentu saja dia merasa tertekan. Sisi monster dalam dirinya ingin mengamuk, teta...
● PROLOG ●
Start from the beginning
