CELAKA!!

41 32 11
                                    

"Mampus! Salahnya motor lo pake acara mogok segala," Umpat Senja saat melihat Fajar telah sampai di halte bus setelahnya dengan napas tersengal karena mencoba mengejar Senja.

Fajar tidak menanggapi serius perkataan Senja, ia menanggap semua cercaan dari Senja ke dirinya adalah sebuah pujian agar hidupnya tidak buruk buruk sekali dalam menjalani hari di dekat Senja.

"Bus kapan dateng?"

"Jangan tanya gue," Ujar Fajar yang segera mengalihkan pandangannya agar tidak ditanyai oleh Senja.

Lah? Tumben sok lucu

"Lucu lo gitu? Kek anak kecil ngambek lo," Dumel Senja seraya mengerucutkan bibirnya.

Merasa bosan berdiri terus karena bus yang tidak datang datang, Senja melirik ke sebelah Fajar yang hanya menyisakan spasi untuk tempat duduk. Dengan terpaksa Senja duduk disitu walaupun harus sedikit berdempetan dengan Fajar.

"Ngapain lo?" Ketus Fajar yang langsung berdiri saat merasakan sisi kiri tubuh Senja hampir menempel dengan tangannya. Tiba tiba saja sengatan kecil kembali terasa saat kulit Senja bersentuhan dengannya, membuatnya harus sedikit memberi jarak.

Senja mendongak melihat bingung Fajar, namun saat ingin melihat Fajar cahaya matahari membuatnya mengurungkan niatnya, "Apa? Gue capek berdiri terus," Jawabnya yang meluruskan kakinya pegal.

Senja yang masih terkena paparan sinar matahari siang itu hanya bisa diam sambil menutupi wajahnya dengan tangannya, "silau banget perasaan hari ini," Gumamnya yang penasaran karena hari ini tidak seperti biasanya.

Fajar yang mengerti arah pembicaraan Senja mengangguk paham sekarang, sayangnya hari ini ia tidak membawa payung. Dengan perlahan, Fajar dengan langkah kecilnya segera berjalan ke depan Senja yang terkena sinar matahari membuat tubuhnya seperti seakan akan sedang melindungi Senja dari Terima panas matahari.

"Ngapain di depan gue?"

Fajar yang gelagapan segera melirik ke arah lain, mencari sebuah alasan yang sedikit masuk akal, "Liat bus udah dateng atau belum," Jawabnya. Pfft! Kentara sekali gerak gerik Fajar yang sedang gelapan saat ini, Senja hanya bisa menahan tawanya yang bibirnya sudah berkedut untuk tertawa lepas.

Dikira gue gak ngeh apa ya?

"Lo kenapa lepas kendali kemaren dulu?" Tanya Fajar membuka pembicaraan saat keduanya dihinggapi keheningan.

Merasa ditanya, Senja menoleh melihat Fajar, "Susah dijelasin gimana perasaan campur aduk gue kemaren," Jawab Senja yang sama sama bingung untuk dideskripsikan. Perasaanya tidak lebih hanya seperti benang yang tidak memiliki ujung yang jelas.

"Lo capek?"

"He'em, capek gue. Kesel, marah, muak, benci, capek, nyesel, sedih semuanya gue rasain sekaligus kemaren. Kalau lo jadi gue, lo juga gak bakal dan gak mungkin malah buat gak ngeluarin air mata saking gak kuatnya bertahan di kondisi yang berada di titik terendah hidup lo," Terang Senja yang menjelaskannya dengan seadanya.

"Kenapa lo masih 'disini' kalau itu cuman buat lo makin kacau?"

"Karena gue masih belum tau akhir hidup lo itu berakhir buruk atau bahagia, ngerti sekarang?" Tanya Senja menatap Fajar penuh ambisi dalam dirinya untuk membuat Fajar berakhir bahagia di penghujung akhir hayatnya.

Segitu ambisnya lo buat hidup gue jadi lebih baik, sekalipun menentang buku takdir gue dengan diri lo sebagi taruhannya?

Gue bakal selalu jamin hidup lo penuh warna dari yang sebelumnya, gak ada kesedihan yang bakal buat lo terpuruk kayak dulu sebelum gue dateng 'kesini'

LAUTAN LASHITDär berättelser lever. Upptäck nu