Part 6 -- Sial? Atau....

Start from the beginning
                                        

"Arghh..ya ampun.Kenapa harus bahasa itu?!Aku kan sama sekali ti...Ah! Bodoh.Memangnya apa gunanya aku bawa handphone lengkap dengan kuotanya?"

Tanganku merogoh saku celanaku dan mengeluarkan ponselku dari dalamnya.Sial,SOS.

Pasrah,aku kembali duduk disamping kasur tempat Nada tidur.Ya ampun,mimpi apa dia?bukannya tadi dia..senyum-senyum?Sekarang lihat,sudah wajahnya pucat,berkeringat, ditambah lagi dengan air mata yang meluncur menuruni pipinya dengan mulus itu.

Entah kekuatan macam apa yang mendorongku melakukan ini,tapi ya.Sekarang tanganku sudah terulur kearah rambut Nada dan mengelusnya pelan.Ya ampun,kenapa aku ini.Baru kali ini aku begitu peduli dan perhatian pada seorang gadis(kecuali ibu,nenek,dan tanteku).Aku jadi merasa seperti ibu-ibu sekarang ini,sungguh.Ah,tapi memang ini yang harusnya kulakukan,masa iya melihat temanku tergeletak sakit aku diam saja.

Beberapa menit setelah aku mengusap kepalanya lembut,Nada mulai tenang lagi.Ah,untunglah.Aku memandanginya lekat-lekat.Seulas senyum tipis tercetak jelas di wajahku.Tangan kananku terulur ke pipinya dan mengusap bekas air mata yang tadi meluncur lincah disana.

'Kriukk'

Terdengar suara memalukan yang bersumber dari perutku.Ya ampun,merusak suasana saja.Tapi memang aku lapar.Pantas saja,ternyata ini sudah jam 11 pagi dan aku belum makan apapun sejak pagi.Ya sebetulnya tadi pagi itu aku sedang dalam perjalanan menuju tempat breakfast hotel.Tapi...kalian tau lah,tragedi Nada pingsan di jalan itu membuatku lupa namanya lapar.

Oh,tunggu.Kurasa Nada sendiri belum makan tadi.Pasti dia akan sangat lapar saat bangun.Tapi,aku kan buta soal masak-memasak,lagipula apa dia punya bahan makanan disini?Apa sebaiknya aku keluar beli makanan untuknya ya?

Oke.Aku keluar.Aku rasa...Nada akan baik-baik saja jika hanya kutinggal beberapa menit,semoga.

----

"Hmm?"

"Eh?kau sudah bangun?"Tanyaku sambil membuka kemasan bubur yang baru kubeli dari depot diseberang hotel.

Nada mengerjapkan matanya dan berusaha bangkit dari tidurnya.

Selang dua menit,Nada baru sepenuhnya sadar,bahkan kompres air dingin yang kuyakin sudah sama sekali tidak dingin itu masih melekat didahinya.

"Hahah,lepas dulu itu kompres,kamu jadi mirip vampire lho."Gurauku sambil terkekeh pelan dihadapannya.

"Aaaaaaaaa!!!!!!"

"Hahh?Kenapa Nad?"Tanyaku panik setelah mendengar jeritan lemah lolos dari bibir pucatnya.

"Kam...kamu....ngapain disini hahh?Aku dimana ini?"

"Hei hei sst.Santai Nad,hahah.Di cottagemu kan.Tadi kamu tiba-tiba pingsan di jalan,badanmu panas.Ya aku bawa ke kamarmu,oh ya ini makan.Aku juga sudah beli obat."

"Aah....eh yaampun,ini jam 11.30?!Jadi aku sudah tidur...4jam?Dan selama itu juga kamu ada disini?"Ucapnya dengan mata membulat.

"Yap,kenapa?Udah makan dulu nih,aku juga makan kok.Masih panas nggak badanmu?"Tanyaku sambil mengulurkan semangkuk bubur ayam ke tangan Nada.

Ia menerima mangkuk yang kuberikan dengan wajah datar.

Kemudian tangan kananku menyentuh pipinya untuk mengetes apa dia masih panas atau tidak.Begitu tanganku menentuh dahinya,dia langsung tersentak dan ternganga sambil memandangiku. Kedua pipinya bersemu merah,ya meskipun bibirnya masih pucat dan matanya masih terlihat sayu,dia tetap terlihat cantik sekarang ini.

"Oh,sudah tidak sepanas tadi.Eh yaampun ini kain betah banget ya nempel di dahimu ahaha,biar aku lepas dulu hm?"

Ia mengangguk lemah--masih dengan pipi merah-- menanggapi pertanyaanku tadi.Aku segera melepas kain dari dahinya dan mengambil makanan milikku kemudian memakannya bersama Nada.

Heart StringsWhere stories live. Discover now