3| Abyqian Allana

77 37 58
                                    

"kalau suka ya bilang, jangan cuma diliatin dari kejauhan doang." kata Aby tanpa menatap lawan bicaranya.

"dihh sok tau!"

Jawabannya memang menentang, tapi siapa yang tahu hatinya? Abyqian bisa melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana mata orang yang berada disampingnya ini menatap seseorang yang tengah berdiri ditengah lapangan sana dengan sorot kekaguman.

"eh ko bisa ngomong gitu?" tanya Riana penasaran. Sudah susah payah dia menutupi apa yang dirasakannya selama ini, masa orang disampingnya ini dengan mudah mengatakannya. Walaupun belum bisa dipastikan apa nama 'rasa' itu yang jelas orang itu memiliki ruang yang berbeda dihatinya. Ada perasaan aneh ketika melihatnya.

Seakan tidak menggubris apa yang dikatakan Riana, matanya masih fokus mengikuti bagaimana bola volly melambung lalu mendarat di telapak tangan yang digenggam atau di daerah lengan bawah, kemudian melambung lagi. apa permainan volly dibawah sana lebih penting dari pertanyaan Riana?

Kalau dilihat dari samping begini, temannya ini memiliki pahatan yang sempurna. Lihat saja bagaimana kacamata itu bertengger manis dihidungnya yang mancung.

"ih, jawab Aby!" tekannya sambil mengguncangkan tangan kiri Abyqian yang terbebas dari buku paket.

Aby menatap Riana, "apa?"

"itu, ko bisa ngomong gitu?"

"ngomong apa?"

"tau ah!"

Seperti biasa, Riana tetaplah Riana yang tidak akan pernah mau membahas perasaannya lebih jauh dengan siapapun. Dia meninggalkan Aby seorang diri dibalkon depan perpustakaan. Persetan dengan sepatunya yang masih ada disana, dia bisa mengambilnya waktu istirahat nanti.

Sebenernya Riana dan Abyqian berniat mengambil buku paket yang dibutuhkan kelompoknya guna mengerjakan tugas sejarah. Tapi waktu tahu ada anak kelas 12 IPA 1 yang lagi berolahraga, mereka memutuskan sedikit lambat untuk kembali ke kelas.

"MATA LO YANG BILANG RI."

Mendengar suara Aby yang lumayan keras membuatnya sedikit malu. Bisa-bisanya dia bicara sekeras itu di koridor ini.

Untung sepi.

Kalau sampai tuh anak ngomong macem-macem ditempat umum gini, lihat saja nanti. Hatinya terus menggerutu sibuk memikirkan hukuman yang pantas untuk teman sekelasnya itu. Riana juga baru tahu waktu habis penggalangan dana itu kalau dia dan Abyqian ternyata sekelas.

Bagi Riana Abyqian itu orang yang seru sekaligus aneh. Satu bulan memang bukan waktu yang lama untuk mengenal seseorang, tapi dari kesehariannya Riana bisa tahu orang seperti apa dia.

Dia bisa menjadi teman yang didambakan banyak orang, tapi sikapnya yang tidak terbuka disemua orang membuat mereka mengundurkan diri untuk menjadi teman. Kalau memang Abyqian ingin mempunyai banyak relasi, bisa saja dengan mudah dia untuk mendapatkannya.

Dari pemahaman Riana tentang Abyqian membuatnya bersikap berbeda. Jika banyak orang mereka hanya akan bersikap sewajarnya, tapi jika sedang berdua saja, mereka akan berbicara ngawur kemana-mana.

Abyqian bukan termasuk anak yang malas dalam belajar. Jika dibandingkan dengan Riana, cowok itu lebih baik dalam menguasai pelajaran. Sedangkan Riana, dia hanya menyukai beberapa mata pelajaran saja. Sisanya dia ikuti karena nilai.

Riana Ziyya (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang