"Tidak. Aku tidak yakin." Kata [Name]. Tangan [Name] gemetaran. Ia memeluk dirinya sendiri dengan erat. Kepalanya ia tundukan bersamaan dengan air matanya yang keluar. Shinsuke yang melihat ini rasanya sakit.

"Aku pasti akan mati kan? Ahh, apa salahku hingga mempunyai penyakit seperti ini? Aku benci. Jika tahu akan semenyakitkan ini, kenapa dari dulu aku tidak dibunuh saja?"

"[Name]!" Teriak Shinsuke. Kedua tangannya memegang kedua bahu [Name]. [Name] mengangkat kepalanya sendiri menatap Shinsuke. Terlihat luka dimata Shinsuke.

"Jangan pernah bekata begitu. Kau pasti akan sembuh. Percayalah." Kata Shinsuke. Lalu ia memeluk [Name]. Sekali lagi [Name] mengeluarkan air matanya. Bahu Shinsuke basah karena tangisan [Name]. Shinsuke tidak peduli bajunya basah karena tangisan [Name], jadi ia membiarkan [Name] menangis di bahunya.

"Jika aku meninggalkan dunia ini bagaimana?" Tanya [Name] dengan suara rendah. Shinsuke melirik wajah [Name]. Tangannya mengelus kepala [Name] kembali.

"Aku akan ikut denganmu."

Ceklek

Suara pintu terbuka terdengar. Shinsuke dengan pelan melepas pelukan. Ia menatap sang pelaku yang membuka pintu tanpa mengetuk pintu.

"Suna, kenapa tidak mengetuk pintu?" Tanya Shinsuke. Suna melirik makanan yang ia bawa lalu menatap Shinsuke secara bergantian.

"Uh, maaf. Aku lupa." Kata Suna beralasan.

"Baiklah." Kata Shinsuke.

Padahal hal yang sebenernya terjadi karena Suna kaget pada jawaban Shinsuke hingga tanpa sengaja membuka pintu. Suna tidak menyangka orang sedewasa Shinsuke bisa mengatakan hal itu.

"Makanan untuk [Name], ya?" Tanya Shinsuke. Suna mengangguk. Dia berjalan mendekati [Name]. Dia memberi makanannya pada [Name] yang diterima oleh [Name].

"Terimakasih." Kata [Name].

┅┅┅┅▓╬⌠ꦽ⃟𖧷̷۪۪ᰰ᪇🍁༘᪇𖧷̷۪۪ᰰ⃟ꦽ⃟⌡╬▓┅┅┅┅

"Tsumu! Kau kemana saja hah!?" Teriak Osamu. Sedari tadi ia mencari Atsumu yang tiba-tiba menghilang. Apalagi dia pergi begitu saja tanpa mengabari Osamu. Osamu tidak akan mengakui dia khawatir dengan Atsumu, tapi sesungguhnya ia khawatir.

Siapa tahu kan jika Atsumu akan melakukan hal yang aneh-aneh?

"Memang apa urusannya denganmu, 'Samu?" Osamu berdecak kesal. Bisa-bisanya Atsumu mengatakan itu disaat Osamu susah-susah mencarinya.

"Kau tidak ingin menemui [Name] hari ini karena hatimu sakit kan saat melihatnya? Sakit melihatnya karena dirinya sakit bahkan bisa saja dia--" Atsumu tidak membiarkan Osamu melanjutkan kata-katanya. Atsumu langsung saja memukul wajah Osamu. Osamu juga tidak tinggal diam. Osamu membalasnya dengan mendorongnya hingga tertabrak tembok.

Osamu menarik kerah Atsumu. Menatapnya dingin. Padahal minatnya baik untuk menemui Atsumu.

"Mulutmu memang tidak bisa diam ya!?"

"Hah!? Tapi kenyatannya begitu kan!?" Atsumu tidak membalas. Perkataan Osamu memang benar. Atsumu mendorong Osamu lalu pergi begitu saja.

"Hei! Kau mau kemana!?" Teriaknya. Osamu menarik baju Atsumu hingga dirinya terjatuh.

"Apa-apaan kau ini!?" Teriak Atsumu. Bongkongnya sakit sekali saat menyentuh lantai. Mereka bahkan tidak peduli ada beberapa tatapan memerhatikan perkelahian mereka.

"Selama dia masih hidup jangan meninggalkannya seperti ini. Kau akan menyesal nantinya, dasar otak udang." Kata Osamu sambil menatap Atsumu dingin.

Atsumu mendengus kasar. Ia bangkit dan berdecih. Tidak ingin menatap wajah Osamu, jadi ia tak menatapnya lalu pergi meninggalkan Osamu. Kali ini ia berjalan menuju ruangan [Name]. Jadi Osamu membiarkannya.

Atsumu memang tidak berkata bahwa perkataan Osamu benar. Egonya mengatakan jangan mengatakannya. Apalagi ia dinasehati oleh kembarannya. Tapi walau tak berkata begitu, Atsumu tahu jika Osamu benar. Atsumu akui dengan berat hati mengatakan jika Osamu benar.

"Apa!? Kenapa dia bisa berdarah! Ya ampun banyak sekali!! Cepat bawakan [your blood type]!!"

Atsumu membulatkan matanya terkejut. Ia tidak masuk kedalam ruangannya. Namun ia dapat melihat dari luar ruangan bahwa terdapat darah di lengan [Name] dan goresan di leher [Name].

Wajah [Name] benar-benar pucat.

Inarizaki School [Inarizaki Team X Reader] (Tamat)Where stories live. Discover now