[17] ≡^ˇ^≡

800 49 1
                                        

"Termasuk sih. Asal Kakak mintanya ke orang tua Eli aja. Jangan ngomong ke Eli, soalnya Eli bingung, mau nerima Kakak apa cowok lainnya." canda Eli sambil bermain dengan Laila.

Adi memberhentikan mobilnya di depan pagar kostan Eli, "Ok." gumamnya yakin.

Eli mendongak menatap luar mobil, "Dah, sana kamu bocil ke ayah kamu tuh." seru Eli sambil mencium pipi gembul Laila lalu menyerahkan pada Adi.

"Gak usah turun." tegas Eli membuat adi menghentikan tangannya yqng hendak membuka pintu mobil.

Adi mengangguk. Eli keluar dari mobil Adi dengan bibir menahan senyum dan wajah yang terasa hampir terbakar.

Jangan menganggap Eli sedari tadi biasa-biasa saja. Karena nyatanya, di sedari di dalam mobil sudah kelimpungan menahan rasa membuncahnya karena percakapannya tadi.

"Aaaa! Dasar tukang bikin anak orang baper aja!!" teriak geram Eli di depan pintu kostannya.

Beberapa hari kemudian pun, setelah Adi membuat hati Eli baper sebapernya. Dia justru tak ada kabar dan tak pernah membalas chat Eli.

"Setan! Kelakuannya cowok gini nih!" gerutu Eli sambil melempar ponselnya ke meja di ruang ganti toko alat tulis tempat dia bekerja.

Dia kembali mengambil ponselnya dan tasnya juga. Karena hari sudah sore, Eli bergegas keluar toko untuk pulang karena dia sudah di jemput oleh Toto.

Eli menaiki motor matic Toto dan menepuk bahunya, "Ayo!" serunya semangat karena ia malam ini di minta ibu untuk menginap.

"Ibu pulang kapan Kak? Kok nelfon Eli buat nginep di rumah sih?"

"Dari dua hari yang lalu. Cie... Eli udah ada yang minta ke mamah tahu~" goda Toto.

Eli mengernyit, "Siapa lagi Kak?"

"Sok banget siapa lagi kamu El. Ini juga baru yang pertama! Kaya laku aja kamu El!" sungut Toto membuat tawa Eli menguar.

Mereka sampai ke rumah saat adzan maghrib berkumandang. Eli bergegas ke kamar Leli untuk mandi dan shalat maghrib berja'amaah.

Mereka sekeluarga shalat berjama'ah di meshollah dalam rumah dekat dapur. Setelah shalat, Eli dan Leli derres ngaji ke ayah sebentar lalu derres ngaji sendiri seperti yang lainnya.

Mereka derres ngaji hingga adzan isya' berkumandang, lalu mereka shalat berjama'ah kembali.

"Ayo makan! Makan! Makan!" seru lantang Leli dan Eli berlari ke meja makan bersama yang lainnya.

Makanan beragam jenis tersedia yang masih hangat mengepulkan asap. Semua makanan itu tentunya di siapkan oleh pembantu.

"Eli kerjanya masih di tempat yang dulu ya?" tanya ayah yang baru saja selesai makan dan mengambil buah jeruk.

Eli mengangguk sambil menggigit apelnya, "Iyo Yah. Masih tetep di sana." ucapnya pelan sopan.

Meski dia sudah menjadi ayah tirinya sejak tiga tahun yang lalu, tetap saja ia segan.

Selesai makan Leli beranjak ke dalam kamar karena PR nya banyak. Toto pun beranjak ke kamarnya karena kerjaannya ia bawa dari kantor ke rumah.

Maryami menahan tangan Eli yang hendak mengambil piring kotor, "Ikut ibu aja yuk ke ruang keluarga." ajaknya lembut.

Mereka berdua duduk di sofa depan televisi besar itu. Maryami menyalakan televisi.

Eli mengernyit melihat tingkah ibunya yang sok dekat itu, "Ada apa sih bu?" tanyanya jengah.

Maryami menebar cengirannya, "Anak ibu udah gede banget ya. Uang aja bisa nyari sendiri." basa-basi Maryami.

Eli memutar bola matanya jengah, "Apa sih Bu? Apa? Apa coba? Mau ngomong apa?"

"Eli, kemarin. Adi nyamperin ibu. Dia bilang, dia minta kamu buat jadi istrinya. Kalo ibu sih setuju-setuju aja, kan Adi sugih, lumayan buat bank cadangan."









Alhamdulillah
Semoga suka, jangan lupa ngaji teman...

I love you♥

Adi, My Duda Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt