"Oh? Ini beneran rumah kamu El?" pertanyaan Adi menyinggung ego Eli yang tetap mengecap rumah Leli adalah rumahnya.
"Ya emang kenapa?! Gak percaya?! Ya udah sih ih!" sentak Eli sambil membuka pintu mobil Adi yang sudah berada di depan gerbang rumah Leli.
Adi hanya mengumbar senyum hambar. Dia kenal dengan pemilik rumah itu, tapi dia tidak ingin mengungkapkan pada Eli yang sekarang tengah berlari masuk ke dalam rumah mewah besar itu.
"Aku selama ini mencari kamu. Ternyata kamu gak jauh dariku selama ini El." lirih Adi lalu melajukan mobilnya meninggalkan rumah mewah itu.
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh!" salam Eli pada Leli dan sang kakak yang tengah kumpul di ruang keluarga samping ruang tamu.
"Wa'alaikumsalam." jawab mereka berbarengan dan Eli sudah duduk di tengah-tengah mereka.
"Mau Cacak anter pulang?" tanya Toto sambil menarik kerudung Eli kebelakang membuat sebagian rambut Eli keluar sedikit.
PLAK!
"Nakal banget jadi orang!" sentak Eli pada Toto yang hanya di balas cengiran.
"Dapet?" tanya Leli sambil menyandarkan kepalanya di bahu Eli.
"Enggak. Pacarnya Putra ngelabrak." sahut Eli lesu, "Tapi tadi aku ketemu lagi sama Kakak ganteng yang nyari krayon dulu itu tahu!" sambung Eli kembali ceria.
"Oh? Dapet nomor WhatsAppnya sekarang?" tanya Leli mendapat anggukan dari Eli.
"Iya. Udah gitu, aku ketahuan lagi baru dapet KTP. Padahal itu KTP baru keluar udah bikin satu mangsa tahu umur asli aku." gerutu Eli ikut menopang kepala di kepalanya Leli yang menyandar di bahunya.
"Hahaha karma itu mah. Suruh siapa gebetin cowok banyak tapi ngakunya udah umur 21 lah. Padahal baru dapet KTP juga sekarang." sambar Toto yang sedari tadi mendengarkan curhatan Eli yang sudah dia anggap Adik kandungnya.
"Udah ah. Males. Yok anterin aku pulang aja yuk Cak." ajak Eli seraya berdiri dan menarik lengan baju pendek Toto.
Leli memasang cemberut membuat Eli mulai waspada, "Nginep aja sih El." keluh Leli membuat Toto menoyor kepala Leli.
"Kemarin Eli udah nginep. Lagian besok dia kan kerja pagi-pagi. Takutnya telat kalo dari sini berangkatnya." penjelasan Toto membuat Leli mendesah kesal.
"Lagian! Kenapa Eli gak ikut sekolah bareng aku aja sih! Kan enak nanti kita bareng-bareng mulu." seloroh Leli tak memikirkan perasaan Eli.
Eli sudah terbiasa mendengar gerutuan Leli yang memaksa dirinya untuk ikut sekolah seperti dia. Eli bukannya tak ingin sekolah, hanya saja, dia sadar diri.
"Udah-udah. Ayo El." ajak Toto memberhentikan percakapan yang menurut dia cukup sensitif untuk Eli dengar.
"Ibu sama ayah kemana Cak?" tanya Eli dengan suara yang di kencangkan karena angin malam dan lajuan motor gede Toto.
"Hah?! Oh, mamah nemenin ayah ke jakarta ada apa gitu yang harus di urus di sana." jelas Toto membuat wajah Eli kembali murung.
Eli rindu pada ibu yang sudah melahirkannya itu. Sudah hampir dua bulan mereka tak berkomunikasi. Apalagi bertatap muka, mungkin hampir setengah tahun mereka tak bertemu dengan nyata.
"Eli uang jajannya kurang?" tanya Toto sambil memberhentikan motornya di depan gerbang kost-annya Eli.
Eli turun dari motor Toto sedikit kesudahan karena tinggi badannya yang kurang memadai, "Enggak kok Cak." balas Eli dengan cengirannya, "Tapi kalo mau bagi uang. Beneran! Eli gak nolak." papar Eli yang mendapat elusan di kepalanya.
"Nanti Cacak suruh mamah nelfon, ok?"
"Ok!" balas Eli dengan ceria kembali.
Eli melambaikan tangannya pada Toto–sang kakak tiri yang melajukan motornya pergi.
Alhamdulillah
Semoga suka, jangan lupa ngaji teman...
I love you♥
YOU ARE READING
Adi, My Duda
Random"Udah duda punya buntut wahid! Masih aja ngeselin, t-tapi Engkok terro ka kakeh."-Eli "Saya kira kamu udah dewasa. Ternyata masih bocah baru dapet KTP, t-tapi saya bahagia hanya melihat wajah kamu."-Adi _____________________________ "Whahaha gitu. T...
