[4] Again

19 2 0
                                    

"Kyaaaa...," Sarah tidak berhenti berteriak kegirangan sejak tadi. Mei Ya hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah sahabatnya itu yang sedari tadi berguling-guling di kasur sambil melihat galeri handphonenya.

"Kau sudah hampir satu jam hanya melihat galeri itu sambil berteriak-teriak," kata Mei Ya sambil mengunyah camilan. Malam ini ia memang menginap di apartemen Sarah. 

"Mei Ya, tidakkah kau tahu bagaimana perasaan kita jika bertemu sosok yg kita idolakan? Kau pasti belum pernah merasakannya kan?? Aahh aku merasa sangat beruntung hari ini," ujar Sarah tersenyum sambil memejamkan mata dan menjejak-jejakkan kakinya gemas.

Mei Ya geleng-geleng kepala. "Bagaimana bisa sehari tadi kau tampak elegan dengan menjaga penampilanmu, tapi detik ini kau seperti orang gila saja. Hahahaha," Mei Ya tertawa heran. "Hmm, Army di seluruh dunia ada jutaan, dan kau salah satu yang beruntung memang. Sejak kapan kau menyukai mereka? Apa di Indonesia orang-orang menyukai mereka juga?" tanya Mei Ya penasaran.

"Mmmm, sejak kapan ya? Aku lupa, pokoknya sudah lama. Di Indonesia yang suka mereka sangat banyak. Apa kabar mereka ya, kalau foto ini aku posting?" kata Sarah sambil tertawa kecil. 

"Kenapa tidak? Kau bisa membuat Army Indonesia iri dan ngomel-ngomel kepadamu," timpal Mei Ya yang asyik bermain handphone. 

"Hahahaha. Betul juga. Emmm, tapi... Tidaklah. Aku menghargai privasi Bangtan, dan juga privasiku."

Mei Ya melirik sekilas. "Oh ya? Tapi Jae Minh baru saja mengupload-nya di twitter, dan dia menandaimu," kata Mei Ya sambil terkekeh menunjukkan tampilan twitter di handphone-nya.

"Jinjjayeo?? Mana ku lihat," kata Sarah terkejut. Ia lekas meminta handphone Mei Ya. "Ohh ya ampun anak itu. Dia juga menandai akun twitter BTS," kata Sarah menepuk jidatnya panik.

"Hahahaha. Dan aku rasa Army di seluruh dunia sedang meributkan keberuntunganmu yang bisa berfoto bersama Bangtan, di sebelah Suga lagi. Kau tahu? Suga sangat diidolakan di sini. "

"Hahahaaa. Benar katamu. Tapi sejujurnya aku inginnya bukan di sebelah Suga. Tapi, dalam keadaan seperti itu, bagaimana aku tidak gugup? Mana sempat mengatur posisi. Hahahaa," kata Sarah sembari mengedikkan bahu.

"Memang siapa biasmu?" tanya Mei Ya penasaran.

"Jungkook," jawab Sarah sambil tertawa renyah. Mei Ya melongo heran. "Kau tahu? Ekspresi Jungkook saat Jae Minh bilang aku dari Indonesia? Sangat lucu. Aku sampai gemas. Hahaha," ujar Sarah lagi. 

"Dasar kau, inginnya sama yang muda-muda. Ingat umur, kau lebih cocok dengan Jae Minh yang lebih dewasa," kata Mei Ya tersenyum penuh arti.

"Apa?....." Belum sempat Sarah melanjutkan kata-katanya, terdengar dering handphone milik Sarah. Mama meneleponnya.

"Halo, Ma...... " kata Sarah mengangkat telepon itu.

***

Sarah, dengan long coat, syal tebal yang melilit hangat di lehernya, rambut hitam ikal tergerai, menyesap segelas Frapuccino panas di sebuah sudut cafe yang sepi. Matanya menatap ke jalanan di seberang sana. Salju mulai turun. Menambah dinginnya suasana malam itu. Ia melirik jam di tangan kirinya. Sudah setengah jam ia menunggu disini. Yang ditunggu tak kunjung datang. Ia ambil hp dari dalam tasnya, men-dial satu nomor kontak di handphonenya tapi hanya bunyi dering sambungan telepon yang dia dengar. Bibirnya mulai mengerucut tanda kesal. 

"Anyyeong, boleh aku duduk disini?" sapa seseorang sambil menarik kursi di hadapan Sarah.

Sarah kaget. Matanya seketika terkejut mengetahui seorang pria bermasker dengan topi, jaket, dan rambut yang hampir menutupi seluruh wajahnya duduk begitu saja di hadapannya.

HEARTBEATWhere stories live. Discover now