Because, my little Babu #1

116 10 6
                                    

" Daddy.. Bisa gendong aku? "

Yurina yang tidak sengaja mendengar hal itu mendadak terhenti, ia menoleh kearah seorang anak laki-laki yang terlihat bersama Ayahnya. Melihat bagaimana anak laki-laki itu terlihat begitu senang ketika ayahnya menggendongnya di atas pundak.

Tatapan Yurina terlihat sayu melihat hal tersebut. Memi yang menyadari Yurina tidak lagi menggandeng tangannya pun menoleh dimana Yurina tampak terdiam sembari menundukkan kepalanya. Memi terlihat terheran kenapa Yurina berhenti, Memi menghanpiri Yurina kemudian berjongkok menyamakan tingginya dengan anaknya itu.

" Sayang.. ''

Yurina mengangkat kepalanya yang sejak tadi menunduk. Menatap wajah Memi sebentar lalu tangan kecil itu melingkar di leher Memi, menenggelamkan wajahnya di antara ceruk leher Memi. Memi sedikit terheran dengan tingkah Yurina apalagi Memi mendengar isakan kecil dari Yurina.

" Hei.. Kamu kenapa? "

Memi membawa Yurina kedalam gendongannya, mengusap-usap pelan punggungnya untuk menenangkan sang anak. Memi tidak mengerti apa yang terjadi, pelukan tangan Yurina di lehernya pun semakin mengerat. Isakanpun belum juga terhenti.

" Cupp.. dong... kita pulang ya... atau Yurina mau es krim? "

Yurina menggeleng pelan, Memi hanya mampu menghela nafas pelan dan terus menenangkan Yurina di sepanjang jalan mereka pulang, tapi tak sampai setengah jalan isakan itu terhenti di ganti dengan deru nafas yang teratur. Mungkin karena lelah, Yurina jadi tertidur.

***

Techi memperhatikan bagaimana Risao tampak begitu telaten memenuhi apa yang di perintahkan oleh anak kecil yang sering Risao sebut sebagai boss kecilnya. Karena ya, apapun yang diinginkannya harus di penuhi saat itu juga.

" Kenapa kamu senyum-senyum sendiri ''
Techi menoleh kearah seseorang wanita yang telah mengambil duduk di sebelahnya.

" Bukan apa-apa.. ''

" Hmm? "

" Kenapa wajahmu seperti itu? " Techi mengangkat alisnya saat melihat bagaimana reaksi yang diberikan oleh sang wanita

" Tidak... ''

Setelah itu, keduanya diam dalam keheningan hingga sang wanitalah yang akhirnya memilih membunuh keheningan diantara mereka.

" Masih belum tau keberadaan Memi? "

Techi menghela nafas, dengan kepala yang di tundukkannya lemas ia menggeleng.

Sang wanita tersenyum simpul, tangannya terangkat memberikan usapan di rambut cepak milik sang laki-laki.

" Kamu jangan berhenti ya, semua pasti ada waktunya ''

" Tapi sampai kapan? Sampai kapan Neru? Bahkan, aku rasanya sudah lelah.. ''

" Hei.. Kamu tidak boleh seperti itu.. ''

" Bagaimana jika hanya aku saja yang mencarinya? Bagaimana jika dia sama sekali tidak memperdulikanku? Atau- ''

" - dia sudah memiliki keluarga.. ''

" Semua hal yang aku lakukan selama ini akan sia-sia.. ''

" Te-chi- ''

" Aku bahkan tidak tau, apa sekarang Memi masih memikirkanku atau tidak.. Sudah memaafkanku atau tidak.. Aku bahkan tidak tau semua itu '' Deru nafas Techi terdengar menggebu-gebu... Jujur saja, hal itu selalu dirasakan olehnya.

Mungkinkah Memi masih memikirkan tentangnya?

Mungkinkah Memi memaafkannya?

Neru yang mendengar isakan dari Techi dengan spontan membawa tubuh Techi untuk dipeluknya.

Risao yang berada tidak jauh dari tempat keduanya tampak memicing. Namun saat melihat Neru mengangguk pelan, seolah mengerti Risaopun hanya tersenyum lembut dan kembali menemani anaknya bermain.

***

Memi yang baru saja selesai menyiapkan makan malam kini berlalu hendak menghampiri Yurina yang berada di dalam kamar, Memi tersenyum saat melihat Yurina tengah sibuk menggambar di atas ranjang. Setelah Memi mendekat, ia duduk dipinggir ranjang sembari mengusap pelan rambut pendek sebahu Yurina.

" Mama.. '' panggil Yurina sembari terus menyelesaikan gambarnya

" Hmm? " respon Memi atas panggilan Yurina

" Emm.. Yurina boleh tanya sesuatu? "

Memi menghentikan usapannya di kepala Yurina, merasa sang mama terdiam, lantas Yurina menatap kearah Memi.

" Tapi.. mama jangan marah ya sama Yurina ''

" Ada apa sayang? "

" Janji dulu.. ''

Memi mengerutkan keningnya, penasaran dengan hal apa yang akan ditanyakan oleh Yurina. Memipun tanpa ragu menganggukkan kepala.

" Um... Siapa Papa Yurina yang sebenarnya? "

Deg !

Detak jantung Memi seolah terhenti ketika mendengar pertanyaan yang selama ini tidak pernah dipertanyakan oleh Yurina. Pertanyaan Yurina tersebut mendadak membuat hatinya terasa tertusuk. Bahkan kini pikiran Memi tertuju pada Techi.

" Yurina ingin tau.. Siapa papa Yurina.... ''

Yurina menunduk sedih, bahkan Yurina terlihat mengusap air matanya.

Dengan helaan nafas pelan, Memi kembali mengusap kepala Yurina.

" Yurina benar-benar ingin tau siapa papa Yurina yang sebenarnya? "

Yurina dengan cepat mengangkat wajahnya, dengan cepat ia berdiri kemudian mengangguk dengan cepat.

" Yurina ingin bertemu dengan papa ''

" Apa Yurina bisa bertemu dengan papa? "

Memi menggigit bibir bawahnya. Kata-kata Kagepun mulai terngiang-ngiang di dalam otak Memi. Melihat bagaimana Yurina tampak begitu antusias, membuat Memi tidak ingin membunuh kesenangan sang anak.

Dengan senyuman hangat, Memi mengangguk pasti. Senyum cerah semakin tercipta di bibir Yurina. Dengan begitu semangatnya Yurina memeluk Memi.

Yurina menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Memi, berharap jika ia seperti anak-anak yang ditemuinya, memiliki keluarga yang sempurna.

--

--

--

--

--

「TechiMemi」Love Story [ Complete ✔ ]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora