BAB 1

691 247 193
                                    

Sorot tajam yang perlahan sayu begitu kentara di ruangan bernuansa putih ruangan rumah sakit. Suara decakan serta helaan nafas terdengar saling bersahutan. Sedikit disimpulkan sang empu tengah menahan kesal. "Lagi Ken, lagi!"

"Ck! Budek lo?!"

"Bukan yang itu, tapi yang merah." Tunjuk seorang laki-laki ke arah bingkisan yang berisi buah-buahan.

Seseorang yang dipanggil Ken berdecak kesal. Merasa lelah dengan permintaan laki-laki berambut hitam legam yang sedang bersandar memakan beng-beng.

"Lo dibantu kok ngelunjak. Gak tau terima kasihnya jadi makhluk...!" Kenzo menatap horor dalang dibalik kekesalannya itu.

Cklek

Laki-laki bertubuh tinggi nan tampan memasuki ruangan tempat kedua insan yang tengah bercecok adu mulut. Ia memandang malas ke duanya, sedikit heran, kenapa dirinya bisa memilik sahabat yang dikaruniai otak setengah seperti mereka.

"Lo tahu sendiri kalo gue sakit. Lagian kapan lagi coba, lo bantuin gue kaya gini?"

Kenzo memutar mata malas. Menarik nafas dalam, mencoba mengontrol emosinya. Sabar Ken, orang baik kudu sabar.

Memilih acuh, akhirnya Kenzo melangkah mengambil apel dimeja sebrang tanpa menghiraukan laki-laki yang baru saja datang.

"Ken, minta tolong sekalian dikupas disana!" laki-laki itu mengulum senyum. Ia tahu jika sahabatnya sebentar lagi akan meledak.

"Lo." Telunjuknya ia arahkan pada Rangga yang sedang menatapnya dengan tatapan polos. Oke sabar lagi nggak papa kali ya?

Memilih mengupas apel dengan telaten, Kenzo berkata, "Besok-besok kalau lo sakit gue mau ngilang aja rasanya. Balik ke planet mars gue mah."

Tepat setelah menyelesaikan kalimat itu, Kenzo merasakan bantal mendarat di bagian belakang kepalanya. Membalikkan badan, Rangga lah pelakunya.

"Kayak lo tau aja tentang mars. Disuruh sebut ciri-cirinya aja lo kelimpungan. Jadi," Rangga bersedekap dada. "Nggak usah sok ye Munaroh!"

Kenzo berdecih kemudian tersenyum miring. "Kayak ada yang ngomong tapi bukan setan. Kayak ada yang minta tolong tapi keterlaluan."

Jleb

Rangga menganga. Sedikit merasa tersindir membuat hati mungilnya ikut tersentil. Ingat orang sakit kudu ngomong baik-baik. Gak boleh dibales pakai umpatan spesial dari mulut cogan kayak Rangga.

Rangga mah apa atuh?

Berdehem sebentar, laki-laki berambut hitam legam itu memperbaiki posisinya. "Sebagai cowok sholeh, gue maafin kata-kata lo yang tentunya kagak bener baik dilihat dari sisi manapun itu."

"Sorry ya Ranggacing, gue kagak niat minta maaf dan juga kagak berharap maaf dari lo."

"Wah-wah." Rangga menggelengkan kepala dramatis. "Ampuni dosa teman hamba Ya Allah."

Kenzo berdecak kesal. Kentara sekali jika Rangga hanya berniat memancing emosinya. Tidak tahu diri memang.

"Gini loh y--" Kalimat selanjutnya yang akan keluar dari mulut Kenzo hanya berakhir di tenggorokan. Bersemayam disana, seolah Tuhan tidak mengizinkannya untuk membalas kala perkataannya terpotong oleh suara bariton milik laki-laki yang sejak tadi fokus pada ponselnya.

"Kalian berdua kalau mau debat keluar sana! gak habis pikir gue, kenapa mulut kalian lemes bener. Kayak perempuan tahu gak!" lerai seseorang yang perlahan berdiri dari sofa.

Suara itu mengalihkan perhatian ke duanya.

"Kapan dateng? kayak Jelangkung aja. Datang tak diantar pulang tak dijemput?"

REZVANWhere stories live. Discover now