Hanya Padam Tidak Pudar

91 52 141
                                    

Aku menutup telinga ku rapat rapat karena kicauan suara seorang wanita bernama Fiza Angguna yang sangat memekakkan telinga, dia sedang menceramahi ku karena aku memutuskan untuk tidak ikut acara yang diadakan Fiza dengan teman teman ku lainnya seb...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku menutup telinga ku rapat rapat karena kicauan suara seorang wanita bernama Fiza Angguna yang sangat memekakkan telinga, dia sedang menceramahi ku karena aku memutuskan untuk tidak ikut acara yang diadakan Fiza dengan teman teman ku lainnya sebelum hari-H wisuda dilaksanakan yaitu mengunjungi pantai dan menginap selama 2 hari disana.

Aku sudah jelaskan kepada dia jika aku adalah orang yang sangat tidak menyukai pantai karena ombaknya yang menyeramkan ditambah lagi waktu kecil dulu aku pernah terbawa ombak yang menyebabkan aku meminum air asin itu hingga mata ku seperti terkena sambal, sangat perih. Tetapi Fiza tetap saja memaksa ku untuk ikut karena ia ingin mengenalkan pacarnya kepada ku.

"Ayolah Gis, pleaseeee ikut yaaaa" Ucap nya dengan memajukan bibirnya dan menampilkan puppy eyesnya.

"Fiii aku udah bilang aku males ikut acara kaya gitu ih, udah deh kamu aja yang pergi sama yang lain, berapa kali sih aku bilang sama kamu aku ga minat, Fizaaa"

"Ini acara terakhir kita lho Gis sama anak anak yang lain, ga seru banget ih masa kamu ga ikut siiii"

"Fizaa, aku ikut atau engga pun tetep seru kok kan ada Ilham yang suka ngelawak, Fahmy yang sering gombal, terus Aldi yang suka nyanyi, itu udah paket komplit tau, bener kan?"

"Tapi kalo ga ada kamu yang suka makan banyak ga seru Gisss, nanti uang Aldi gak ada yang abisin"

Fiza terus saja memasang wajah melasnya sampai aku tidak tega melihatnya karena sangat jelek jika ia memelas seperti itu.

"Biar nanti ku bicarakan dulu dengan ibu dan ayah" Putus ku untuk membuatnya tidak menampilkan wajah melasnya, benar saja kini ia sumringah lalu memegang kedua pundak ku lalu memeluk ku erat sampai aku sesak nafas seperti tenggelam dipantai kala itu.

"Oh iya, sepulang nanti kamu gak perlu bicarain ini semua kepada ibu dan ayah kamu karena mereka sudah setuju kalau kamu ikut, aku dan yang lain sudah pelet ibu dan ayah kamu" Ucap nya seraya tertawa terbahak bahak aku hanya melotot keheranan "engga kok bercanda, Gis" lanjutnya.

"Kapan kamu dan yang lain ke rumah ku? Aku kan selalu dirumah, hari ini saja aku diajak ke cafe sama kamu"

"Jadi kemarin itu aku ngabarin ibu kamu lewat telpon rumah dan tepat sekali beliau yang mengangkatnya lalu langsung aku ajak ketemuan deh di kedai kopi yang biasa, disana ibu kamu setuju asal ada aku dan oh iya jangan berbuat yang kurang baik disana katanya, setelah meminta izin sama ibu kamu, aku dan yang lain hanya tinggal meminta izin ke ayah kamu kata ibu kamu "kita telpon aja" setelah itu, tau gak ayah kamu bilang apa?"

"Apa?"

"Katanya "Oh boleh kok boleh asal pulangnya bawa oleh oleh yaaa. oh iya satu lagi, tolong ambilin batu koral sama pasir ya buat hiasan akuarium dirumah biar ikannya berasa bener bener tinggal dilaut hehehe" gitu katanya, Gis"

Fiza tertawa terbahak bahak sedangkan aku hanya mengurut kening mendengar permintaan ayah, apa jadinya aku nanti sepulang dari pantai? Ah bisa bisa ditertawakan oleh teman teman karena membawa kantung plastik yang isinya pasir dan batu, ah Fiza memang sangat menyebalkan, ibu juga kenapa bersekongkol dengan Fiza yang rese itu, Ya Tuhan.

Hanya Padam Tidak PudarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang