| CHAPTER 7 | RUANG KELAS |

Start from the beginning
                                    

Cakrawala menoleh ke kanan. Di sampingnya, Moa masih senantiasa memejamkan mata di atas kedua tangan yang dilipat dan ia jadikan bantal. Beberapa anak rambut menutupi wajah mulus Moa.

Ingin rasanya Cakrawala menyentuh wajah Moa untuk menyingkirkan anak rambut tersebut. Apa muka Moa tidak gatal? Begitu pikir Cakrawala.

"M-" Cakrawala hendak membangunkan Moa, namun ia masih ragu.

Tangan Cakrawala beberapa kali terulur untuk menyentuh pundak Moa. "M... Mo—" Namun lagi-lagi belum sempat ia menyentuh Moa, tangannya ia tarik kembali.

Cakrawala mengembuskan napas panjang. Ia tidak tega untuk membangunkan Moa. Gadis itu terlihat begitu tenang saat tidur. Tanpa sadar senyuman di bibir Cakrawala mengembang.

"Kamu kalo sedang tidur begini cantik," ujarnya pelan seraya menatap Moa yang tengah memejamkan mata.

Cakrawala membereskan semua buku Moa yang berserakan di atas meja. Ia memasukan barang-barang Moa ke dalam tas gadis itu, tanpa terkecuali.

Cakrawala meminjam pulpen Moa dan meninggalkan sebuah note untuk Moa di atas meja. Sebenarnya itu pulpen milik Cakrawala, tapi tidak dikembalikan oleh Moa. Setelah selesai dengan pekerjaannya itu, Cakrawala melangkah keluar kelas meninggalkan Moa yang masih tertidur.

Sekarang Cakrawala berada di pos satpam.

"Pak Somat, Cakra minta tolong, nanti ruang kelas Cakra jangan dikunci dulu ya Pak," pinta Cakrawala kepada Pak Somat.

Pak Somat yang saat ini sedang duduk di pos satpam sebelah gerbang SMA Elang pun dibuat bingung. "Lho, kok nggak boleh dikunci..., nanti kalau ada maling yang masuk gimana?"

"Gini aja Pak, biar Cakrawala nanti yang ngunci kelasnya. Ya Pak, ya...?" Cakrawala memohon.

Pak Somat akhirnya memberikan kunci ruang kelas tersebut kepada Cakrawala. Selain menjaga gerbang, Pak Somat juga bertugas membuka serta mengunci setiap ruang kelas.

"Makasih, ya, Pak Somat yang paling ganteng!" Seru Cakrawala seraya tersenyum. Ia mengantungi kunci tersebut ke dalam saku celana.

"Yoi," jawab Pak Somat layaknya anak muda, ia kemudian tertawa kecil menyadari tingkahnya yang sok gaul itu.

Cakrawala hanya khawatir bagaimana jika nanti Moa masih tidur dan kelas tiba-tiba di kunci.

Cakrawala melangkah menuju laboratorium matematika, tempat di mana ia dengan murid-murid lainnya mempersiapkan diri untuk menjadi yang terbaik, supaya dapat mewakili SMA Elang dalam kompetisi bergengsi olimpiade matematika.

Tok tok tok

Perhatian beberapa murid di dalam laboratorium beralih pada Cakrawala yang baru saja mengetuk pintu, pun dengan wanita bersurai hitam yang berdiri di depan papan tulis.

"Permisi Buk," Cakrawala menunduk selama beberapa detik sebelum kemudian melangkah masuk.

Cakrawala menyalami tangan seorang guru yang belum ia ketahui siapa itu. Sepertinya itu guru baru karena biasanya Pak Haecan yang mengajar kelas tambahan khusus untuk para peserta seleksi olimpiade matematika ini.

2. NOT ME ✔️ Where stories live. Discover now