⸙ 08

4.6K 778 163
                                    

(Y/n) mengalihkan pandangannya dari Nanami. Semburat merah menguasai pipi dan cuping telinganya. Tubuhnya ditahan Nanami di dinding, tanpa celah yang bisa dia lalui.

Tetesan air menetes menuruni rambut pirang Nanami dan mengenai bahu (y/n). (Y/n) semakin merona mencium aroma musk dan citrus lembut yang menguar dari kulit Nanami yang tak tertutupi apapun. Hanya sebuah handuk yang menutupi dari pinggang hingga lutut.

Kedua tangan (y/n) menahan dada Nanami agar tetap memberi jarak darinya. Tapi Nanami malah semakin menunduk hingga hidung Nanami hampir bersentuhan dengan pipi (y/n).

"Kenapa kau kabur waktu itu?" tanya Nanami.

Nafas (y/n) sedikit tercekat mendengar suara maskulin Nanami. Aroma musk lembut tercium perlahan. (Y/n) menahan mati-matian tangannya agar tidak mengusap juntaian rambut pirang yang basah dan mengkilat karena ditimpa cahaya lampu.

Keberadaan Nanami setelah malam itu, nyatanya mampu membangkitkan gairah pada tubuh (y/n). Serangan lembut dan ingatan jeritan lenguhan kembali membayang. (Y/n) menggeleng cepat, menghapus pikiran mesum dari otaknya.

"Ti-tidak itu... A-aku.."

(Y/n) menjadi gagap dihadapan Nanami. Sedikit mencoba menggeser tubuh, pahanya malah berakhir bergesekan dengan paha Nanami.

(Y/n) menunduk saat Nanami mengembangkan senyumannya. "To-tolong beri aku sedikit ruang." lirih (y/n) takut.

Nanami menjadi terlalu menakutkan untuk jantungnya. Debaran keras didada mulai ditakuti (y/n), takut kalau pria didepannya mendengar debaran keras itu.

Nanami memeluk pinggang (y/n). Membawanya semakin dekat, tangannya yang lain mulai menjelajahi rambut (h/c) yang diikat asal, meninggalkan anak rambut yang membingkai wajah (y/n).

"Kau meninggalkanku, kau juga tak menjawab panggilanku." ucap Nanami. "Sejenak aku merasa kehilangan, (y/n)-san."

Nanami menatap tepat dimata (e/c) yang mulai tergenang. Seulas senyum lembut tersampir dibibir Nanami, "kau tahu maksudnya itu, (y/n)-san?"

(Y/n) menggeleng, salahkan dia yang awam tentang perihal hubungan lawan jenis. Nanami adalah yang pertama untuknya. Kini ibu jari Nanami mengusap bibir merah muda (y/n). Menunduk sedikit dan menyesapnya perlahan.

Nanami melepas tautan bibirnya, menatap mata (e/c) tajam, lebih tajam dari yang biasa. Buas, dan sangat mendominasi.

"Itu artinya aku menyukaimu, (y/n)-san."

.
.
.

(Y/n) terduduk diatas kursi sofa. Menunggu Nanami memakai pakaiannya dengan benar, bukan hanya handuk saja seperti tadi. Nanami sangat tidak bagus untuk kesehatan jantung (y/n).

Matanya menatap siluet Nanami yang sudah berpakaian normal. Mencoba menormalkan detak jantung juga menghapus rona merah hangat dipipinya.

Wajah datar Nanami terlihat menatap (y/n). Sungguh, (y/n) benar-benar ingin menangis ditatap intens seperti itu.

"Jadi?" tanya Nanami mengawali pembicaraan setelah tahu (y/n) tak akan memulai pembicaraan karena kelewat malu.

Alis mata (y/n) bertautan. Takut mengatakan apa yang ada dipikirannya, "itu... Aku takut." cicit (y/n).

Nanami mencondongkan tubuhnya kedepan. Keduanya dipisahkan oleh sebuah meja kaca petak dengan hiasan kecil. "Takut kenapa?"

Manik mata (y/c) meliar, "aku takut kau... Membenciku karena membuatmu terpaksa tidur denganku..."

Nanami menatap (y/n) bingung. Dia sangat bingung, karena bisa dibilang Nanami cukup menikmati malam keduanya. Nanami menunduk menangkup kedua tangannya didepan wajah.

Cahaya matahari yang sudah tergelincir dari tahtanya, menyemburatkan warna kemerahan halus dilangit. Nanami menghela nafas, "sudah sore, mau makan dulu?" tawar Nanami.

Matanya menatap (y/n) yang bergerak gelisah, "ada apa?"

"Aku belum mengunci rumah kaca."

Nanami kini tahu ada hal yang lebih membuat (y/n) gelisah selain kejadian malam keduanya. Sebuah toko berkedok rumah kaca ternyata lebih berharga dari pada pengalaman pertama (y/n) dan Nanami. Nanami terasa seperti dianak tirikan saat ini.

"Ah sial." umpat Nanami pelan.

"Ya?"

.
.
.

Nanami memutuskan mengantar (y/n) kembali kerumah kacanya. Tangannya membuka tempat duduk penumpang dan membantu (y/n) keluar dari mobil. Tangannya yang besar melingkupi secara penuh tangan mungil (y/n), membuat perempuan itu kembali merona merah.

Nanami ikut masuk kedalam rumah kaca dan menatap kesekeliling. Masih terawat seperti biasanya. (Y/n) ternyata sangat mencintai rumah kaca beserta isinya. Nanami merasa sedikit cemburu.

Lampu-lampu sewarna kunang-kunang kuning muda memenuhi setiap sudut tempat. Nanami melihat (y/n) yang ditimpa cahaya kuning lembut. Mata Nanami tak lepas dari pandangan itu.

(Y/n) sendiri memilih berjalan kebelakang. Mencoba menghalau perasaan kasmaran bak remaja tengah jatuh cinta. Jatuh cinta? Dia mungkin sudah gila. Rasanya jatuh cinta adalah kata-kata yang sangat jauh dari (y/n). Sangat sulit digapai.

Tangan (y/n) menyentuh bunga anggrek. Bunga pelambang cinta dan keanggunan itu terasa sangat segar, apalagi bulir air yang menetes dikelopak putihnya.

"Anggrek," sebuah suara tepat disamping telinga kanan (y/n) terdengar cukup mengejutkan. Nanami ikut menatap anggrek bulan berwarna putih yang ada didepan keduanya. Tanpa sadar, tangan Nanami sudah melingkar diperut (y/n). Mengirimkan rasa geli didalam perutnya.

"Ran berarti anggrek kan?" tanya Nanami.

(Y/n) mengangguk, semburat merah tipis kembali muncul, "iya."

Tangan Nanami lepas dari perut (y/n). Nanami kembali berdiri disamping (y/n) dan mengambil tangannya. Menutup matanya dan mengecup pelan punggung tangan (y/n).

(Y/n) seketika membeku merasakan bibir Nanami dipunggung tangannya, "ke-Kento-san?!" pekiknya pelan.

"Anggrekku." ucap Nanami menatap langsung kemata (y/n) dengan senyum tipis dibibirnya.

.
.
.

.
.
.

T
B
C

.
.
.

.
.
.

San: astaga Nanamin siapa yg ngajarin ngegombal?! 😳 bye mau mojok dulu, pesona Nanamin terlalu asdghjkl 😳😳

.
.
.

.
.
.

See you next chapter 😳

29 Januari 2021

✔ ⸙ Hanataba (N.Kento x Reader)Where stories live. Discover now