⸙ 03

4.9K 878 120
                                    

Nanami pias, matanya menatap datar gedung kaca yang tertutup rapat dan bertuliskan 'close' yang cukup besar dipintu masuk.

Nanami sedikit kesal karena tak bisa berjumpa dengan (y/n). Menunduk menatap kerikil jalanan, Nanami berbalik. Memperhatikan mobil dan motor yang melaju dijalanan.

Nanami menghela nafas dan memilih kembali. Hari pertama, dia gagal. Bisakah hari kedua dia mendapatkan hasil bagus?

Seorang wanita dengan menggendong anaknya terlihat sedikit prihatin melihat wajah Nanami yang seperti habis dilanda bencana.

"Tuan," ucap wanita itu. "Aku turut belasungkawa."

Nanami mengerutkan kening tanda tak mengerti, "hai'?"

"Kau terlihat frustasi, jadi aku berbelasungkawa." jelas wanita itu lagi.

Nanami menggeleng, "ah, tidak nyonya. Saya hanya sedikit sedih karena tidak bisa bertemu seseorang."

"Seseorang?"

Nanami menatap pintu gedung kaca, "(y/n)-san. Saya mencari (y/n)-san."

"Ha! Nak (y/n) toh, dia tidak memberitahu kapan akan pulang. Ada acara keluarga katanya." ucap wanita itu. "Apa nak (y/n) tak memberitahumu? Sepertinya kau dan nak (y/n) cukup dekat."

Nanami menggeleng, sedikit mengecap kecut karena dia dan (y/n) belum dekat hingga harus memberi kabar satu sama lain. Bahkan bertukar nomor pun belum terlaksana dengan baik.

Wanita itu menepuk pelan bahu Nanami, mengasihani pria itu, "kalau kau mau aku bisa memberikan nomor ponselnya."

Seulas senyum cerah terpampang, kesempatan yang tentu saja tidak akan disia-siakan Nanami.

"Tolong beri saya, nyonya." kata Nanami menyodorkan ponselnya.

Wanita itu tertawa pelan dan mengeluarkan ponselnya, mengirim nomor (y/n) pada Nanami. "Hai' itu dia nomor nak (y/n)." Wanita itu mengulas senyum lebar, "semoga kau berhasil ya, (y/n) itu sangat jarang berinteraksi dengan laki-laki, dan kau yang terlama dan tersering berinteraksi dengannya sejauh yang kulihat."

Nanami mengangguk, rasa hangat sedikit menyapu pipinya. Merasa bangga bahwa dialah laki-laki yang terlama dan paling sering berinteraksi dengan (y/n). Bolehkan, Nanami berbangga diri?

.
.
.

Masalah pertama berhasil diatasi, sekarang masuk kemasalah kedua. Nanami tak pernah mengirim pesan dengan perempuan kecuali dengan kakak kelasnya Shoko Ieiri.

Matanya menatap kopi pekat yang ada dicangkir. Otaknya berputar bagaimana harus mengawali percakapan. Garpu yang ada ditangan kanan ditusuk ke waffle dengan buah diatasnya. Merasakan rasa segar buah dilidah dan kembali memfokuskan diri untuk memulai pembicaraan.

Tuuut... Tuuuut...

Dua kali nada dering, dua kali lipat juga jantung Nanami berdetak kencang.

"Moshi moshi. Ini siapa?"

Suara laki-laki dari seberang sana membuat Nanami tak sengaja melepaskan sendoknya. Wajahnya terkejut dan pias hingga lupa harus berucap apa.

"Anoo... Salah sambung ya? Yasudah kututup ya."

Nanami langsung menggenggam teleponnya, sedikit gugup, "tunggu!"

"Hai'? Ini siapa?"

Nanami berdehem membersihkan tenggorokannya, "ini Nanami Kento, apa saya bisa berbicara dengan Ran (y/n)?"

✔ ⸙ Hanataba (N.Kento x Reader)Where stories live. Discover now