⸙ 05

5K 803 218
                                    

Langkah kaki keduanya mengundang banyak tatapan ingin tahu. Beberapa orang terlihat berjalan menuju keduanya. Senyum lebar yang mereka berikan hingga membuat (y/n) sedikit gugup.

Tubuhnya sedikit mendekat kearah Nanami, menarik pelan baju yang dikenakan laki-laki itu. Nanami berinisiatif mencoba menunduk dan mendengarkan apa yang hendak disebutkan (y/n).

"Mereka... Tak tahu kita ber....ciuman diteraskan?" tanya (y/n) gugup. Wajahnya sedikit memerah mengingat apa yang dia dan Nanami lakukan beberapa menit lalu.

Nanami terbatuk sebentar membersihkan tenggorokannya. Mata Nanami menatap langsung kearah mata (e/c), "kurasa tidak ada yang tahu seharusnya. Tapi...." ucap Nanami menggantung. Nanami menatap pijar khawatir dimata (e/c). "Ada satu orang bermasalah yang mungkin diam-diam mengintip."

Mata (y/n) membulat mendengar itu, "siapa orang kurang kerjaan yang menonton kegiatan orang lain itu?"

Nanami menatap kedepan, ketempat gerombolan banyak laki-laki lalu kembali menatap (y/n), "kau lihat laki-laki berambut putih itu? Dia meresahkan dihampir semua buku--"

Tarikan kencang didapati (y/n). Punggungnya menghantam dada orang yang menariknya kencang.

"Permisi?" tanya Nanami tak suka. Matanya menatap tajam laki-laki yang sepertinya berusia tak jauh dari (y/n). "Jangan menarik tangan perempuan seperti itu. Kau menyakitinya."

Lirikan tajam dan pegangan kuat membuat (y/n) sedikit kesal, "Ken! Apa-apaan kau ini? Lepas!"

"Kakak diam!" ucap Ken tajam. "Apa yang dia lakukan padamu kak? Kalian menghilang hampir satu jam, apa yang kalian lakukan?!"

Kening (y/n) berdenyut, sementara itu Nanami terlihat masih tenang meski menatap Ken tajam.

"Ran Kenichi! Itu bukan urusanmu untuk tahu apa yang orang dewasa lakukan!" ucap (y/n) tajam. Tangannya melepaskan pelukan erat Ken dari pinggangnya. "Anak SMA sepertimu tidak perlu tahu apa yang aku lakukan."

Ken yang tidak terima tangannya dilepaskan (y/n), langsung mengejar gadis itu cepat. "Apa?! Apa hubungannya dengan usia?! Kakak, aku sudah tujuh belas jadi aku berhak tahu apa saja yang kakak lakukan!"

"Kamu masih bocah! Pergi sana sama pacarmu! Dia pasti sudah menunggumu, aku mau ketoilet dan jangan mengikuti ku!" kata (y/n).

.
.
.

Berdiri tak jauh dari toilet perempuan, Nanami menunggu perempuan yang sejak tadi masuk kedalam sana dalam keadaan kening berkerut kesal.

Pintu toilet terbuka menampakkan gadis bergaun hitam. Rambut (y/n) yang tadi terurai dijalin rapi dibelakang punggung. Nanami berjalan mendekat membawa jas ditangannya.

"Kau tak apa-apa?"

Tersentak pelan, (y/n) menatap Nanami yang berdiri tak jauh darinya. Bibirnya mengulas senyum dan langsung berjalan kesamping Nanami. "Ya, aku tidak apa-apa. Adikku hanya sedikit protektif saja padaku."

Keheningan menerpa keduanya. Selama diperjalanan menuju ruangan pesta, baik Nanami maupun (y/n) sibuk dalam pikiran mereka masing-masing.

"Sepertinya akan sedikit sulit." ujar Nanami tanpa sadar.

"Huh? Sulit apa?" tanya (y/n).

Nanami menggelengkan kepalanya pelan. "Bukan apa-apa." keduanya sampai ditempat pesta dan berdiri ditepi ruangan. Menatap banyak pasangan yang berdansa dengan segelas champagne ditangan Nanami dan (y/n).

"Kau yakin meminum itu?" tanya Nanami. "Kalau kau mau aku bisa mengambilkan jus untukmu."

Gelengan halus dari (y/n) membuat Nanami tak lagi menawarkan minuman lain selain alkohol. "Aku tidak akan mabuk hanya dengan segelas alkohol saja, Kento-san."

Nanami berdiri diam disamping gadis itu. Mengamati setiap pasangan, seseorang berambut putih platina datang kearahnya. "Orang paling bermasalah muncul." ucap Nanami membatin.

Senyum lebar dari pemilik rambut putih membuatnya merasa aneh. Laki-laki itu menunjuk minuman yang ada ditangannya lalu menunjuk (y/n) yang ada disampingnya.

Bruk.

Tubuh gadis itu oleng dan langsung ditangkap Nanami. "(Y/n)-san?"

Nanami menepuk pelan pipi merah (y/n). Tatapan sayu menatapnya, kedua tangan (y/n) mengalung dileher Nanami.

"Panas." bisik (y/n) pelan ditelinga Nanami.

Nafas berat (y/n) membuat Nanami langsung menatap orang yang menjadi pelaku. Matanya menatap tajam Gojou Satoru yang tertawa dan berteriak menyemangatinya. "Perusuh."

Nanami menggendong (y/n) setelah meletakkan minuman keduanya diatas meja yang ada tak jauh dari tempat keduanya.

Nanami melangkah mencari kamar yang kosong dilantai yang sama dengan tempat pesta pernikahan. Setelah bertemu, Nanami masuk membawa (y/n) yang gelisah digendongannya.

"(Y/n)-san, tolong tahan sebentar."

"Panas, Kento-san~" lirih (y/n).

Nanami menidurkan gadis itu keatas kasur dan mengusap wajahnya frustasi. Gojou sudah keterlaluan, apa yang dia masukkan pada minuman (y/n)?

"Bajingan itu..." umpat Nanami.

Tarikan kecil dibajunya membuat Nanami memandang (y/n) yang menatapnya sayu.

"Aku tidak tahu harus melakukan apa, (y/n)-san."

Rengekan kecil keluar dari bibir (y/n). "Panaass!!"

Nanami menahan kedua tangan (y/n) disamping kepalanya karena (y/n) terlihat hendak melepas gaun yang dia gunakan.

Keduanya bertatapan, Nanami sedikit gugup ditatap intens oleh (y/n). "(Y/n)-san?"

.
.
.

.
.
.

T
B
C

.
.
.

.
.
.

San: siapa kemarin minta lebih njir? Astaga 🤣🤣🤣

.
.
.

.
.
.

See you next chapter 😌

18 Januari 2021

✔ ⸙ Hanataba (N.Kento x Reader)Where stories live. Discover now