⸙ 06

5.2K 769 163
                                    

Nanami menatap (y/n) yang terus bergerak gelisah. Kedua tangannya masih setia mengunci pergelangan tangan (y/n). Nanami tahu, dia pasti akan dikecam banyak orang jika melakukannya sekarang. Tapi wajah (y/n) yang memelas membuatnya tak punya pilihan lain.

"(Y/n)-san," panggil Nanami. "Sebelumnya, maafkan aku."

Nanami menunduk mengecup bibir (y/n) perlahan. Kecupan pelan berubah jadi ciuman, Nanami mulai menjelajahi mulut (y/n). Tangannya yang bebas mengusap punggung (y/n) yang tak tertutup. Usapan pelan yang membuat punggung (y/n) melengkung keatas karena menahan rasa aneh yang muncul.

Ciuman keduanya terlepas, Nanami menatap wajah merah (y/n) yang ada dibawahnya.

Nanami kembali menunduk dan mulai mengecupi leher jenjang (y/n). Tangannya perlahan turun hingga kepaha (y/n). Menyingkap sedikit dan bergerak halus disana. Tangan kasar Nanami mendadak sehalus bulu ketika menyentuh kulit pualam (y/n) membuai gadis itu hingga melenguh dan meremas pelan rambut Nanami.

Nanami yang merasa (y/n) tak lagi melawan, duduk diantar dua kaki (y/n). Memijat pelan perut rata (y/n) dan membuka gaun (y/n).

Sentuhan Nanami terasa sangat halus bagi (y/n). Akal sehatnya dibuat buyar oleh Nanami. Tubuhnya menuntut Nanami melakukan hal lebih dari sekedar usapan dan ciuman. (Y/n) tak tahu saja, Nanami menahan dirinya mati-matian karena masih menghormati perempuan itu.

(Y/n) merengek pelan dan langsung menerjang Nanami. Mencumbu bibir tipis Nanami dan mengecap seluruh mulutnya.

Aroma alkohol tercium, baik (y/n) maupun Nanami keduanya perlahan dimabuk kesenangan duniawi.

.
.
.

Manik (e/c) mengerjap pelan tatkala wajahnya diterpa sinar matahari pagi yang muncul malu-malu disela kain gorden. Keningnya berkerut mendapati atap yang tidak familiar.

Pinggangnya terasa berat, terlebih tubuhnya terasa sangat pegal dan lengket dimana-mana.

Pertanyaan yang sama terus berputar diotaknya. Apa dia tidur dalam keadaan berkeringat? Kalau iya, dia pasti mengutuk keteledorannya sendiri.

(Y/n) duduk diatas kasur dengan alas putih. Bercak merah diatas kasur membuatnya membulatkan mata.

"Si-sial..." bisiknya pelan. Ingatan akan semalam terputar diotaknya. Tangannya mencengkram bagian kanan dan kiri rambut. Sedikit meringis mengingat dia yang menyerang Nanami duluan.

(Y/n) sedikit meringis ketika berdiri. Tangannya menutup sebelah wajah dan mengambil gaunnya yang semalam. Dengan cepat (y/n) memakai gaun itu dan menatap Nanami yang masih tertidur pulas diranjang.

Tangannya mengambil kertas kecil yang selalu disediakan dihotel. Menulis seuntai kata maaf pada Nanami karena sudah menyerang Nanami tadi malam.

Tangannya membuka pintu dan langsung keluar dari kamar. Membiarkan Nanami seorang diri, terlelap dan tidak partnernya sudah kabur duluan.

(Y/n) berjalan dilorong ditemani tatapan ingin tahu banyak pegawai gedung hotel yang disewa keluarga sepupunya. Tangannya mengurut pelan kepala yang sakit. Kakinya gontai berjalan menuju ruangan yang disewa oleh adiknya untuk dirinya.

Didalam kamar, (y/n) merutuki diri. Membersihkan tubuh dan lanjut makan sarapan pagi yang diantar oleh pegawai hotel kedepan pintu kamarnya seolah tidak terjadi apa-apa tadi malam.

(Y/n) memutuskan melupakan kejadian semalam dengan Nanami.

.
.
.

Nanami tidak menyangka dia tidur dalam keadaan bagian lain kasur yang dia tiduri, mendingin. Tangannya mencengkram erat selimut memikirkan bagaimana langkah selanjutnya yang harus dia lakukan.

Dia meniduri (y/n), sudah pasti (y/n) tentunya harus menikah dengan Nanami. Tapi masalahnya, perempuan itu malah pergi begitu saja meninggalkan Nanami dilema dengan pemikirannya sendiri.

Matanya tertuju pada secarik kertas bertulisan diatas meja. Tangannya langsung merobek kertas itu menjadi beberapa bagian.

"Apa maksudnya dari kata tidak usah bertanggungjawab? Apa dia gila?" Nanami tak habis pikir, kenapa pula (y/n) menuliskan kata maaf padahal Nanami lah paling sering mengambil alih alur tadi malam.

Nanami mengambil pakaiannya yang berserakan dilantai. Nanami memasang pakaiannya dan menatap kasur yang bernoda merah. Nanami langsung merona mengingat dia yang mengambil mahkota (y/n).

"Sial."

.
.
.

Tangan Nanami memukul dashboard mobilnya. (Y/n) sudah pergi bersama adiknya entah kemana. Nanami kesal karena dia gagal bertemu dengan (y/n) dan membahas masalah semalam.

Apa (y/n) menjauh darinya? Nanami tak habis pikir, kenapa (y/n) menjauh darinya disaat seharusnya (y/n) meminta pertanggungjawaban Nanami.

Tangannya melepas kancing teratas bajunya. Rambutnya turun berantakan kearah bawah.

 Rambutnya turun berantakan kearah bawah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Helaan nafas keluar dari bibir Nanami. Matanya menatap parkiran yang ramai. Tidak ada tanda-tanda kehadiran (y/n) sama sekali dan itu sukses membuat Nanami semakin pusing.

Nanami memutuskan pergi dari parkiran hotel dan langsung tancap gas pulang menuju rumahnya. Dia butuh menenangkan diri dan bersiap-siap.

.
.
.

.
.
.

T
B
C

.
.
.

.
.
.

San: konflik yuk? 😌
Udah mau selesai malah baru masuk konfliknya 🤣🤣🤣 ya emang sih, sengaja konfliknya diakhir 🤣🤣

.
.
.

Credit art: @/mkmysr10 on twt

.
.
.

.
.
.

See you next chapter 👀👄👀

21 Januari 2021

✔ ⸙ Hanataba (N.Kento x Reader)Where stories live. Discover now