sembilan

1.3K 137 46
                                    

Gracia menatap datar kedua remaja dihadapannya ini, sedangkan yang ditatap cuma nunduk doang, gak berani ngeliat perempuan yang berstatus sebagai maminya Chika itu. "Kalian tau salah kalian dimana?" Tanyanya sambil membuka satu kotak brownis yang sengaja dipesannya untuk cemilan dua remaja itu.

Chika dan Mira mengangguk pelan. Mereka sadar banget salahnya dimana.

Ketauan ciuman. Mana bukan ciuman yang nempel doang lagi, tapi udah saling ngecap satu sama lain, bahkan ada pertukaran disana. Astaga. Udahlah rasanya Mira mau punya kekuatan biar bisa menghilang dari sini sekarang juga.

Tiba-tiba ekspresi datar Gracia berubah menjadi cemberut dengan bibir yang mengerucut, Gracia menggerutu pada kedua remaja itu. "Kalo mau ciuman gitu di kunci dulu dong pintunya, biar mami gak liat."

Mira yang sedari tadi udah tegang, pas denger reaksi santai Gracia langsung menghela napas leganya. Dia kira hari ini akan berakhir dengan tragis ternyata itu cuma pikiran buruknya aja. Sedangkan Chika yang udah tau sifat maminya itu akhirnya cuma bisa mutar bola matanya malas sambil mencibir kecil, maminya itu memang gak bisa ditebak.

Harusnya Chika gak usah terlalu tegang tadi.

"Kan gak niat ngelakuin itu, mi." Ucap Chika yang membuat Gracia mencebikkan bibir bawahnya. "Tapi namanya rejeki ya gak bisa dilewatkan begitu aja."

Kali ini, Gracia yang mencibir. "Mami jadi kangen papi kamu nih. Huhu, Frans mana sih lama banget pulang kantornya, kan mami pengen juga." Rengeknya tetap sambil mengunyah Brownis yang menyisakan remahan di sekitar bibirnya.

Mendengar itu, rahang Mira rasanya mau jatuh aja. Astaga, emang bener ya kata Chika kalo maminya itu random banget. Disaat mungkin orangtua lainnya marah karena anaknya beda, Gracia malah sesantai ini. Apalagi sikapnya yang malah terkesan lebih anak-anak dibandingnya anaknya sendiri.

Udahlah, Mira mau daftar jadi anaknya Gracia aja.

Eh, tapi kalo dia jadi anaknya Gracia, dia bakalan jadi kakanya Chika dong? Kalo saudaraan gak boleh pacaran dong?

Yah, enggak dulu deh. Dia masih pengen pacaran sama Chika. Masih pengen pegangan tangan sambil kecup-kecup punggung tangan gadisnya itu. Masih pengen pelukan juga sampe rasanya ada yang tertekan sangking eratnya mereka pelukan. Belum lagi dia juga masih pengen cium-cium manja dan ngelakuin hal lainnya bareng sama Chika.

"Mi, ada kak Mira jangan gitu dong, ih." Ucap Chika sambil menatap maminya malas. "Jaga image dong depan calon mantu."

Gracia memajukan bibirnya, gak ada niatan buat ngejawab ucapan anak gadisnya itu. Sedangkan Chika akhirnya lebih milih buat ikut nyemilin brownis yang maminya itu beli. "Enak mi, beli dimana?" Tanyanya setelah menggigit satu potong kue berwarna coklat pekat itu.

"Di tempat bunda Anin, dia baru aja buka toko kue dan sebagai teman yang baik, mami langsung pesen." Jawab Gracia sambil menepuk-nepukan tangannya untuk membersihkan sisa brownis yang menempel. "Mira diem aja, sariawan dadakan ya kamu?"

Mira yang lagi asik ngelamun, langsung gelagapan pas ditanya begitu. "Ah, enggak kok tante. Gak lagi sariawan." Jawabnya sambil menunjukkan cengiran, gugup.

Gracia mengangguk-anggukan kepalanya. "Untung deh, soalnya saya gak mau Chika ketularan sariawan juga karena kamu." Ucapnya santai yang membuat kedua remaja ini mengernyitkan dahinya, bingung. "Iya, soalnya setau saya, ciuman bisa menularkan segala macem penyakit, soalnya kan ada pertukaran disana. Jadi, saya takut Chika ikutan sariawan juga kalo kamu sariawan."

"Mami ih, harus banget dijelasin gitu? Gak liat apa, kak Mira udah merah banget mukanya kayak kepiting rebus." Ucap Chika sambil menatap sang mami.

CHIMI | ENDWhere stories live. Discover now