delapan

1K 129 53
                                    

Adel dan Fiony memandang ke arah Mira dengan tatapan tajam. Bahkan sejak pertama kali gadis berbehel itu melangkahkan kakinya masuk ke area kelas Chika. Mira meneguk ludahnya pelan, saat mendekat ke arah mereka berdua untuk bertanya soal keberadaannya Chika.

"Ngapain Kak Mira kesini?" Tanya Adel yang diangguki oleh Fiony.

Mira menggaruk pelipisnya pelan, mencoba menenangkan jantungnya yang sudah berdebar, takut. "Mau ketemu sama Chika." Jawabnya yang langsung dibalas gelengan keras oleh kedua sahabat dekat mantan pacarnya itu. "Gak boleh?"

Keduanya mengangguk. "Iyalah gak boleh. Ngapain lagi Kak Mira ketemu sama Chika? Mau nyakitin hatinya lagi?" Tanya Fiony tajam.

Adel mendengus. "Atau mau ngebohongin Chika lagi?"

Mira merasa terpojokkan sama dua manusia yang berstatus sebagai adik kelasnya itu. "Gak gitu, itu cuma salah paham doang." Jawab Mira, mencoba untuk terlihat biasa aja. Padahal aslinya mah, ketar ketir juga.

Adel dan Fiony menyipitkan mata mereka, mencoba untuk menelisik dari manik mata Mira. Namun, akhirnya mereka menghela napas, mencoba untuk gak ikut campur terlalu jauh dan ngasih tau ke Mira soal keadaan Chika.

"Dia gak masuk sekolah. Dari suratnya sih, dia sakit." Ucap Adel yang diangguki oleh Fiony.

"Dari semalem di hubungin gak bisa-bisa, hapenya mati terus." Sambung Fiony sambil tetap menatap Mira dengan pandangan tak bersahabat. "Kalo emang niat buat ketemu, datengin rumahnya, minta maaf sama dia."

Mira menggaruk lehernya yang entah kenapa tiba-tiba terasa gatal. Kemudian mengangguk pelan. "Iya nanti pulang sekolah gue ke rumah dia, makasih ya udah ngasih tau." Ucapnya sambil mengangguk sekali pada Adel dan Fiony kemudian berbalik pergi keluar kelas. Namun, suara Adel masih terdengar,

"Tar kasih informasi ke kita ya, Chika kenapa!"

Dan Mira cuma mengangguk tanpa berbalik badan. Serem soalnya. Daripada di tatap tajam, mending ke kantin buat makan. Kayaknya makan mie kuah pake telor setengah mateng ditambah sayur dan cabe rawit enak nih.

Duh, biasanya disuapin sama Chika nih makannya.

Tapi gapapa, pokoknya Mira bertekad hari ini dia harus minta maaf sama Chika dan ngebuat gadis itu jadi pacarnya lagi. Gak boleh enggak. Soalnya Mira cuma sayang sama Chika. Dia juga maunya cuma sama gadis cantik itu, jadi dia bakalan berusaha apapun caranya biar Chika mau balik sama dia lagi.

Kecuali kalo gadis itu minta buat dia jauhin Ratu.

(๑•﹏•)

Dan disini lah Mira sekarang. Di depan rumah klasik yang didominasi berwarna putih. Rumahnya Chika.

Dengan gugup setengah mati dia ketuk pintu rumah itu dan mengucap dengan keras, "Sore, Chika." Kemudian dia berbisik, "Main yuk, di kasur. Astaghfirullah, canda kasur."

Tak lama ada sautan dari dalam, "Iya sebentar." Dada Mira makin berdebar. Apalagi pas tau yang nyaut itu Gracia, mamahnya Chika. Berasa lagi disko di depan pintu rumah. "Eh, Mira. Nyari Chika?" Tanya perempuan setengah baya itu sambil memamerkan senyum ramah, seperti biasa.

Mira mengangguk canggung. "Iya tante, tadi saya ke kelas Chika katanya dia lagi sakit, jadi saya mutusin buat ke rumahnya aja." Jawab Mira sambil tersenyum sopan. "Chikanya ada tante?"

Gracia mengangguk. "Chikanya ada kok, di kamar. Kamu langsung ke kamarnya aja ya. Udah tau kan dimana kamarnya Chika?" Kali ini, Mira yang ngangguk. "Yaudah, ayo masuk dulu sini."

CHIMI | ENDHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin