empat

1.2K 139 7
                                    

Mira lagi asik muter-muterin pena pilot warna hitam milik Vito di meja Osis. Dia lagi bingung banget dari kemaren tuh, soalnya besok nona Chika umurnya nambah.

"Masih bingung lo?" Tanya Vito sambil mengambil chiki dari atas meja.

Mira mengangguk. "Enaknya kasih apa ya Vit?" Tanyanya pada pemuda penyuka musik itu.

"Kasih seperangkat alat sholat aja lah udah." Bukan. Itu bukan Vito yang nyaut, melainkan Zahran. Pemuda sunda itu baru saja sampai di ruang Osis dan mendengar ucapan Mira. "Eh tapi beda server ya."

Mira dan Vito mendengus.

"Yang pedekate doang, jadian kaga mah diem aje, kaga usah nyaut." Dimana setelah ngomong gitu, Vito langsung terkena lemparan chiki dari Zahran yang lagi mengumpati pemuda itu berkali-kali.

Mira terkekeh, entah kenapa melihat interaksi antara Vito dan Zahran itu jadi hiburan tersendiri untuknya.

"Yang jadian karena bantuan orang, kaga usah sok kerad." Balas Zahran.

Sambil menjulurkan lidah, Vito menjawab. "Lah yang penting jadian, udah terikat coi, daripada udah bucin tapi cuma dianggep temen doang. Terikat kaga, bego lumayan, sakit apalagi."

Lagi, Zahran kembali melempar Chiki ke arah Vito tapi kali ini lebih brutal. "Bacot banget lo Badrun." Umpatnya yang membuat Vito tertawa keras, bahagia sekali. "Dipelet nih si Oniel mau-mauan sama lo."

Vito mencibir namun langsung menyunggingkan senyuman mengejeknya. "Kenapa emang kalo gue pake pelet? Lo juga mau? Biar apa? Oh, biar Fiony bisa ngerasain kalo lo mau lebih dari temen ya?" Tanyanya sambil menaik-turunkan alisnya berkali-kali.

Mira menggeleng-gelengkan kepalanya melihat pertengakaran kedua teman dekatnya itu. Kemudian lebih memilih untuk keluar dari ruang Osis dan berjalan menuju kelasnya Chika.

"Oi, pacar!"

Chika yang lagi nulis langsung menoleh ke arah sumber suara. "Oi juga pacar." Sautnya sambil melambaikan tangan, membuat Mira terkekeh gemas.

"Lagi ngapain?" Tanyanya sambil mengacak rambut Chika pelan.

Chika memajukan bibirnya, malas. "Nih, nyalin materi buat ujian minggu depan. Gue kan banyak ketinggalan materi kemaren." Jawabnya yang dibalas anggukan oleh Mira.

"Besok sibuk gak?"

Chika menoleh ke arah Mira dan mengangguk pelan. "Lumayan. Besok gue ada acara keluarga sih, mau makan gitu bareng papi, mami, koko sama Christ." Jawabnya kemudian kembali menyalin tulisan ke buku itu. "Soalnya besok pacar lo ini ulang tahun, btw."

Mira terkekeh. "Iya tau kok, makanya mau ngajakin jalan." Ujarnya.

Chika mengangguk-anggukan kepala. "Paling kelar makannya sore sih, baru bisa jalan sama lo malem." Menatap Mira lagi, dan bertanya. "Gapapa?"

"Gapapa dong, mau malem atau subuh juga gue jabanin demi lo."

Chika mencibir. "Kemaren gue minta ke rumah jam sepuluh pagi aja lo bilang masih ngantuk ya, Amirah."

Mira tertawa renyah. "Ya gimana ya, gue baru bisa tidur jam tujuh. Gimana caranya jam sepuluh ke rumah lo." Jawabnya, membela.

"Yaudah ah, mau nyalin dulu ini jangan ganggu." Omel Chika, sedangkan Mira mengangguk-anggukan kepalanya kemudian mencium pipi Chika sekali sambil berkata,

"Ugh, gemes banget gue tuh sama lo."

Untung kelas lagi kosong, coba kalo engak. Jadi bahan tontonan kemudian ghibahan.

(~ ̄³ ̄)~

"Mau beli apalagi?"

Chika letakin jari telunjuk sama jempolnya di dagu, mikir sebentar sebelum akhirnya menjentikkan jari dan bilang, "belum tau, tar sekalian jalan aja."

Mira mengangguk. "Emang belum laper?" Tanyanya sambil mengelus punggung tangan Chika dengan ibu jarinya.

Chika menggeleng. "Kan baru makan tadi." Jawabnya sambil menatap Mira. "Lo laper emang?"

"Ohiya juga ya." Ucap Mira sambil menggeleng, "udah makan juga tadi."

Chika mengangguk. "Mau duduk, capek jalan." Rengek gadis cantik itu yang ngebuat Mira langsung mengecup singkat punggung tangannya, gemas.

Kemudian mereka mencari tempat duduk, untuk meluruskan kaki setelah hampir setengah jam berjalan mengelilingi taman kota. Dan akhirnya mereka menemukan spot tempat duduk, di ujung agak menjauh dari kerumunan.

"Chik," panggil Mira.

Chika yang sedang asik menatap orang yang sedang berlalu lalang itu tersentak dan menoleh ke arah Mira. "Iya?"

Mira mengeratkan genggaman tangan mereka dan mengecup punggung tangan gadis itu berulang kali. "Happy Birthday." Gumamnya yang masih bisa didengar oleh Chika.

Gadis itu diam, tak menjawab tapi bisa terlihat jika dia tersenyum lebar.

"Selamat ulang tahun untuk manusia yang namanya selalu ada dalam setiap permohonan pada Tuhan. Terimakasih sudah mencintai. Terimakasih sudah menjadi yang terbaik. Terimakasih sudah menjadi hal yang paling membahagiakan," jeda Mira, dimana dia menghela napas sebelum kembali bicara. "Semoga lo senantiasa bahagia. Dan semoga gue terus jadi bagian kecil dalam perjalanan hidup lo, kemarin, sekarang dan hari-hari berikutnya."

Senyum diwajah Chika makin lebar. Dia melepaskan genggaman tangan mereka dan langsung memeluk Mira erat. "Makasih Kak Mira. Makasih udah ada disini sama gue. Makasih udah ngajarin gue apa itu cinta. Dan makasih udah selalu ada buat gue selama beberapa bulan kebelakang. Lo tau, selama lo ada sama gue, hidup gue jauh lebih bahagia."

Setelah itu pelukannya terlepas, salung menatap dalam satu sama lain dan mulai mendekatkan wajah mereka. Setelah itu, bibir mereka bertemu, mengecap satu sama lain ditemani oleh cahaya malam dan riuhnya suasana taman kota malam itu.

Intinya, Chika bahagia dan itu karena Mira.

Intinya, Chika bahagia dan itu karena Mira

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kalo aku bahagianya sama kamu.

Maap maap, karon.

CHIMI | ENDWhere stories live. Discover now