|CHAPTER 6| SEPEDA

Mulai dari awal
                                    

Brum... Brum...

Sebuah motor ninja berwarna hitam tiba di parkiran. Pengendara motor itu menghentikan motornya, lalu membuka helm. Ia adalah Wicaksana Sasena. Badboy SMA Elang.

Wicak menstandarkan motor, meletakkan helm di tangki motor, kemudian ia turun. Parkiran sudah penuh. Tidak ada tempat untuknya memarkirkan motor.

"Ini pasti sepeda punyanya si tai," ujar Wicak sambil melihat sepeda berwarna kuning dengan tatapan jijik.

"Heh, lo, berenti!" Seorang siswi yang sedang melintas di parkiran tiba-tiba dihentikan oleh Wicak.

"Iya kak, ada apa?" tanyanya dengan nada bergetar karena takut. Siapa yang tidak takut dengan Wicaksana Sasena, cowok berandal dengan kedua anting di telinganya itu memang tampan, namun sangat menyeramkan.

"Panggil si Tai ke sini."

"Iya, kak."

Siswi itu kemudian melangkah meninggalkan parkiran untuk mencari keberadaan si 'tai' yang dimaksud Wicak. Tidak perlu bertanya lagi, siswi itu sudah tahu siapa 'Tai' yang Wicak maksud. Siapa lagi jika bukan Cakrawala Agnibrata. Dibandingkan dengan nama asli, cowok jenius satu itu lebih terkenal dengan panggilan Tai.

"Heh, aneh!" panggil siswi itu, ketus dan terkesan sangat tidak suka.

Cakrawala yang sedang duduk di kursi depan kelasnya sambil mencatat sesuatu, menghentikan aktivitasnya.
Ia menoleh pada siswi yang baru saja memanggilnya.

"Kamu ngomong sama aku?" Cakrawala menunjuk dirinya sendiri dengan pulpen kuning yang ia pegang.

"Ya elo lah!" siswi itu memutar bola mata malas. "Lo dipanggil sama Wicak di parkiran."

"Aku? Kenapa Wicak manggil aku?"

"Ya mana gue tahu. Mending lo buruan ke sana deh, daripada nanti gue yang dihabisi sama Wicak."

"Iya, sebentar." Cakrawala menutup buku tulis yang ditengahnya terselip sebuah pulpen, lalu memasukkan ke dalam tas.

Setelah membereskan barangnya, Cakrawala berjalan menuju parkiran. Saat sampai parkiran, belum sempat ia bicara apa-apa, Wicak menghampiri dan langsung melayangkan pukulan keras di rahangnya.

Bughk!

Brak

Cakrawala jatuh tersungkur. Wajahnya seketika mati rasa. "Argh..."

"Bangun lo anjing!" Sentak Wicak.

Wicak mencengkram kerah seragam Cakrawala, mengangkat Cakrawala dengan paksa.

"Maaf," ujar Cakrawala meskipun ia tidak tahu dimana letak kesalahannya.

Bugkh!

Murid yang ada di parkiran mengerumuni Cakrawala dan Wicak. Mereka berbisik-bisik seolah apa yang terjadi saat ini adalah sebuah hiburan yang menarik.

Seorang wanita muda bersurai hitam dengan setelan kemeja biru laut dan celana panjang abu-abu berjalan di samping Pak Haecan.

"Kok di situ rame banget ada ap—Ya ampun Pak! Itu ada murid yang sedang berkelahi." Wanita tersebut melangkah ke pusat kerumunan, namun tangannya dicekal oleh Pak Haecan.

"Ah... Bu Ambar," Pak Haecan tertawa sumbang. "Hal semacam itu sudah biasa terjadi di sini."

"Tapi Pak—"

"Saya dengar, anak Bu Ambar sedang sakit. Jika Bu Ambar tidak ingin dipecat dihari pertama ibu kerja, sebaiknya abaikan saja apa yang ibu lihat saat ini."

2. NOT ME ✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang