Cinta, Tatha, dan Amnesia

Start from the beginning
                                    

"Kamu mau kemana?" tanya Raisha seolah tak ingin Devano pergi dari pandangannya.
Devano menghentikan langkahnya dan kembali menoleh ke arah istrinya.

"Selama dua minggu kamu sakit, pekerjaan terbengkalai di perusahaan, banyak berkas yang belum aku selesaikan. Kamu tau sendiri perusahaan papah juga aku yang handle semuanya, begitu juga perusahaan kamu, Sayang." kata devano yang membuat Raisha diam dan menundukkan pandangannya.

Bukan hanya Raisha yang memiliki perusahaan besar di kawasan ibu kota. Melainkan Devano juga adalah anak tunggal di sebuah perusahaan besar, dan kekayaannya juga setara dengan milik Raisha. Memang sudah seminggu ini Devano di sibukkan dengan perusahaan milik Raisha dan juga papah nya. Dan itu membuat Devano kewalahan.

"Baiklah, aku tidak keberatan. Tapi, bawakan seseorang untuk menemaniku di sini," kata Raisha yang membuat suaminya duduk di sampingnya.

"Sayang. Aku sudah siapkan beberapa orang untuk menjaga kamu di sini. Termasuk orang yang sudah bekerja lama di rumah kita," kata Devano yang membuat Alisha tersenyum dan bisa bernapas lega. "Sebentar lagi mereka akan sampai ke Villa, jadi sekarang sebaiknya kamu istirahat." pinta Devano yang di balas anggukkan singkat Raisha.

*****

Setiap hari sebelum berangkat ke kantor sebisa mungkin Devano menyempatkan waktu untuk sarapan bersama istrinya. Bahkan devano juga selalu menyempatkan waktu untuk mengantar istrinya cek up ke dokter. Begitu juga saat weekend, Devano selalu menyempatkan waktu liburan berdua bersama istrinya. Dari mulai jalan-jalan ke pantai, ke tempat wisata, mengantarnya belanja, bahkan menemani Raisha ke salon. Bagi Raisha Devano sosok lelaki terbaik dan perhatian yang tuhan kirim untuknya.

Sudah hampir dua bulan Raisha belum memperlihatkan tanda-tanda dirinya akan sembuh dan mengingat kembali masa lalunya. Bahkan semakin hari Raisha semakin merasa bersalah pada suaminya. Bersalah karena tidak bisa memenuhi kewajibannya sebagai istri.

"Sayang, apa kamu tidak menginginkan hal itu," kata Raisha yang membuat Devano menaikan sebelah alisnya dan menoleh istrinya yang sedang memeluk dari arah belakang.

"Maksudnya?" tanya Devano bingung dengan perkataan Raisha.

"Maksudku hubungan suami istri."

Devano terdiam lalu mendekap wajah Raisha dengan tangannya. "Sayang, aku sudah berjanji pada diriku sendiri. Kalo aku tidak akan melakukan hal itu sampai kamu benar-benar pulih dan yakin kalo aku itu suamimu."

Perkataan Devano membuat Raisha terdiam seakan mengingat akan apa yang diucapkannya bulan lalu. Ucapan yang membuat dirinya ragu akan sosok Devano.

"Tapi sekarang aku yakin kalo kamu itu suamiku," kata Raisha yang membuat Devano tersenyum dan langsung memeluknya.

"Ada yang lebih penting dari itu. Yaitu kesehatan kamu," kata Devano yang di balas pelukan manja dari istrinya.

Hari-hari Raisha memang selalu di penuhi dengan cinta yang bertebaran di mana-mana. Dirinya bahkan bingung cara membalas kebaikan dan perhatian suaminya harus seperti apa.

"Alangkah baiknya aku pergi ke kantor, lagian sudah terlalu lama juga aku berdiam diri. Dan sebaiknya aku tidak memberitahukannya pada Devano. Anggap saja ini kejutan buat dia," kata Raisha bicara pada dirinya sendiri.

Perjalanan dari Villa ke kantor lumayan memakan waktu lama, butuh waktu kurang lebih tiga jam untuk sampai ke perusahaan. Dengan hati yang berbunga-bunga Raisha di sambut ramah oleh beberapa pegawainya, dan dia hanya balas dengan senyuman indah. Sampai akhirnya Raisha sampai di ruangan milik suaminya yang berada di lantai dua belas.

Raisha terkejut saat melihat perdebatan hebat Devano dengan lelaki paruh baya yang belum dia kenal. Itu membuat Raisha menghentikan langkahnya dan memilik menyimak obrolan mereka di balik pintu.

"Pah! Devano mohon hentikan permainan kotor ini. Saya tidak bisa mengambil resiko terlalu jauh, bahkan saya tidak bisa mengambil keuntungan di balik musibah besar yang di alami Raisha. Bukankah kekayaan kita sudah cukup melimpah. Kenapa Papah masih menginginkan harta Raisha," kata Devano yang membuat Raisha menutup mulutnya rapat karena terkejut dan tidak percaya.

Bahkan Raisha lebih tidak percaya lagi saat lelaki paruh baya itu bilang kalo Devano bukan suami Raisha. Mereka hanya bersandiwara untuk menjatuhkan perusahaan milik ayah Raisha, yang tak lain saingan terbesar perusahaan milik ayah Devano.

Air mata wanita cantik itu mengalir tidak terbendung lagi. Bahkan tiba-tiba saja Alisha merasakan sakit di bagian kepalanya yang teramat menyiksa dan membuat dirinya kehilangan keseimbangannya untuk berdiri. Devano yang menyadari kehadiran Raisha langsung berlari menghampiri perempuan cantik itu. Akan tetapi Raisha menepis tangan Devano saat lelaki itu hendak membantu Raisha yang sedang kesakitan. Sampai akhirnya Raisha terjatuh dan kepalanya terbentur pembatas pintu.

Devano terkejut saat Raisha terkulai lemas tak sadarkan diri. Bahkan saking khawatir nya Devano langsung membawa perempuan cantik itu ke rumah sakit.

Satu jam lebih Devano menemani Raisha di rumah sakit, sampai akhirnya Raisha tersadar dan meminta Devano keluar dari ruangannya. Terlihat jelas kekecewaan yang teramat mendalam dalam raut wajah Raisha. Bukan hanya itu Raisha juga berucap kalo dirinya begitu sangat membenci Devano dan tidak ingin melihat wajahnya.

"Raisha, ku mohon ..., maafkan aku," kata Devano tulus.

"Kamu fikir saya perempuan bodoh yang mau memaafkan orang brengsek seperti kamu. Asal kamu tau, saya sudah mengingat semuanya tentang siapa saya. Jadi saya tegaskan sekali lagi, pergi sekarang juga dari hadapan saya!" tegas Raisha menunjuk pintu arah pintu dan membuang wajahnya.

Bukannya pergi melainkan Devano malah mendekat ke arah Raisha dan kembali meminta maaf bahkan kali ini tidak hanya sekedar meminta maaf.

"Aku akan pergi, tapi ijinkan aku untuk jujur sama perasaanku dan kamu. Raisha, sudah tiga bulan aku mengenal kamu, dan itu bukanlah waktu yang singkat. Setiap hari itu sangatlah berarti buatku, karena bisa mencintai wanita kuat sepertimu. Aku memang bodoh bisa-bisanya memanfaatkan situasi ini untuk menjatuhkan perusaan kamu, tapi yakinlah, kalo aku sudah mengurungkan niatku karena aku tidak mau menyakiti wanita yang aku sayang dan cinta."

Setelah berucap panjang lebar, akhirnya devano pergi dengan hati yang terluka. Begitu juga Raisha yang teramat kecewa terhadap Devano. Baginya Devano seperti seorang parasit yang memanfaatkan Raisha.

"Hari ini, besok, dan nanti. Kebencian itu akan selalu ada. Entah sampai kapan, karena aku tidak punya batasan untuk itu." Raisha Hardi.

The End.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 27, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

KUMPULAN CERPEN @AYYANA HAORENWhere stories live. Discover now