Chapter two

90 9 11
                                    

Vote dulu yak.. Lanjot
***
“jennie,,,Jendeuki,,”

“o-oh nde,, ayah?” tanya jennie yg sadar kalau dia dipanggi oleh sang ayah

“ayo kau perkenalkan dirimu”
Ujar tuankim yg menyenggol pundak jennie

“ah nde,, Nan Kim jennie-imnida”
Ujar jennie dan karna melamun dia tak tau nama silelaki itu.

“dan kamu?”

“apa kau tadi tak dengar? Namaku Park jimin panggil saja jimin,,,” balasnya ketus membuat jennie membelak mata

“cih.. Dasar sombong jadi dia yg menikah denganku,,” gumam jennie yg tak didengar siapapun

“Maaf jika istri saya tidak disini karena dia sedang ada urusan kecil” jelas tuanPark

“ahh arra-arra, jadi kita tanya dulu apakah kalian berdua setuju untuk menerima pertunangan ini dan akan menikah secepatnya..” ujar tuankim yg diangguki oleh tuanPark dan ibuKim

“jennie? Jimin?” tanya tuanPark

“nde.. Aku setuju” ujar bersamaan jennie dan jimin yg membuat mereka berdua saling menatap

“cih” mereka mendecih dengan pelan bersamaan dan memalingkan wajah

“oh bagus! Jadi kita tentukan tanggal pernikahannya saja?” ujar ibuKim yg senang mendengarnya

“bisakah kita menikah saat aku sudah lulus sekolah dan kuliah juga?” tanya jennie yg tak ingin menikah saat yg tak tepat

“tak bisa sayang,, bagaimana jika kau lulus sekolah saja, jadi 3 bulan depan kalian menikah,,” ujat tuanKim yg menolak jennie yg ingin meluluskan semua sekolah sampai kuliah

“tapi aku ingin juga kuliah ayah,,”

“gwenchana jennie,, kau ingin kuliah saat menikah juga jadi kau bisa meneruskan apa yg kau ingin sambil memegang tanggung jawab seorang istri, arachi?” jelas TuanPark yg tak ingin kehilangan jennie menjadi mantunya

“ah ide yg bagus, jadi kalian resmi bertunangan dan akan menikah 3 bulan lagi,, Kalian bisa membeli cincin tapi jauh dari sini, besok kalian pergi membelinya bersama” ujar tuankim melihat jam dindingnya

“jadi kapan kita akan membeli cincinnya?” tanya ibuKim datang membawa teh hangat dan gula. Menaruhnya dimeja, jimin anak dari tuanPark menatap teh itu.

“em.. Bibi? Apakah tidak ada kopi disini?” ujar jimin ragu menanyakan itu

“mian-nee jimin-na disini tidak ada yg menjual bubuk kopi karna itu sangat mahal dan penjualan tidak laku disini.. Dan panggil aku ibu saja kau kan akan menjadi menantuku.. Hm?” ujar ibuKim menjelaskan

“maaf sudah bertanya ibuKim..” ujar jimin membuat jennie mengendus kesal

‘enak saja dia memanggil ibuku dengan sebutan itu, seperti ibuku..ibumu saja’

“um.. Tidak apa - apa sayang..aku mengerti kebiasaan orang kota.. Jadi kau mau ini ditambah gula atau pait saja?”
“kasih gula tiga sendok saja..”

“tuanPark?”

“tidak usah dari kecil aku dan leem suka teh pait jadi tidak usah gula..” jawab tuanPark tersenyum dan tertawa dengan sahabatnya yaitu tuanKim

“kau masih suka teh? Kukira kau tidak suka dan melupakan teh.. Baik - baik kau tak pernah lupa denganku kawan lama.. Hahahahah” ujar tuanKim mulai menepuk punggung tuanPark dan membalaa tawanya

“kau nanti malam kau bisa tidur dikamar jennie, berdua? Tidak apa - apa kan..besok saja membeli cincinnya..kalian bisa memilih sendiri besok..” ujar ibuKim membuat jennie melotot

Du hast das Ende der veröffentlichten Teile erreicht.

⏰ Letzte Aktualisierung: Jan 26, 2021 ⏰

Füge diese Geschichte zu deiner Bibliothek hinzu, um über neue Kapitel informiert zu werden!

My husband| Park Jimin |Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt