22_I KNOW I MISS YOU

533 89 1
                                    

Gedung J&J Labels kini dipenuhi oleh berbagai perwakilan media. Dari mulai surat kabar luring, surat kabar daring, bahkan sampai televisi dan radio. Jimin tak kalah sibuk dari media-media itu pula. Ponsel maupun telepon di mejanya berdering tak kenal waktu. Lingkaran hitam di bawah matanya semakin nampak jelas.

"Kami masih menunggu konfirmasi dari Jungkook dan juga yang bersangkutan. Mohon maaf."

Baru saja Jimin ingin duduk. Ponselnya kembali berdering. Dengan napas memburu, ia mengangkat panggilan dari salah satu media yang belakangan cukup mengusik. "Sudah kubilang masih menunggu konfirmasi lebih lanjut! Jangan hubungi aku lagi!"

Hal seperti ini tidak akan terjadi jika saja Reporter Byun tidak melanggar perundingan yang mereka lakukan tempo hari. Pria botak yang setiap hari hanya mengejar publik figur Korea itu, menjual potret Jungkook dan Chaeyoung tempo hari ke media terbesar di negara ini. Terlebih dengan siaran langsung instagram yang menampilkan dengan jelas keduanya dalam satu layar. Sontak saja berbagai artikel muncul di seluruh media. Bahkan kata kunci Jeon Jungkook, Park Chaeyoung, J&J Labels, dan Wings Agency menuruti tempat teratas dalam pencarian internet.

Selepas berita tersebut mencuat, agensi terpaksa membuat pengumuman bahwa perilisan lagu Jungkook akan ditunda. Sontak saja, dunia daring dibuat semakin kacau. Setiap orang seperti berusaha membuat beragam spekulasi dengan keadaan ini. Ada yang bilang bahwa Jungkook tidak bertanggungjawab, ada pula yang mengatakan bahwa Jungkook sebaiknya rehat karena skandal, dan tak sedikit yang mengatakan Jungkook tidak perlu melanjutkan kariernya.

Hal ini tidak lagi baru untuk Jungkook. Lima tahun lalu, ia mengalami hal yang jauh lebih parah. Dukungan Jin, agensi, dan kuasa hukumnya berhasil membuat kariernya tetap bertahan. Kali ini, ia harus kembali menghadapi kasus yang sama sekali tidak baru.

"Reporter Byun sialan!" maki Jimin seraya membuka pintu ruangan Jin dengan kasar.

"Aku tidak habis pikir, hyung. Dia sendiri yang sudah ke mari, menawarkan harga, dan sekarang? Hah!" Jimin kembali berucap.

Ia membanting bokongnya di sofa yang kosong di ruangan ini. Luput memperhatikan ekspresi Jin dan Chanyeol yang nampak tenang. Atau Jungkook yang hanya mengembuskan napas panjang. Ah, jangan ganggu pemuda itu. Ia sedang mengamati ke luar gedung. Di bawah sana, media dan beberapa perwakilan fan club-nya semakin bertambah banyak.

"Kau sudah memastikan Chaeyoung tidak memegang ponsel, kan?" tanya Jin. Diam-diam Jungkook bernapas lega, pertanyaan yang mengusiknya sudah diwakilkan.

Chanyeol mengangguk mantap. "Chaeng sudah dipastikan tidak memegang ponsel dan juga komputer. Pagi tadi, dia diantar ke Busan."

Giliran Jin yang mengembuskan napas panjang. Setidaknya satu hal yang ia cemaskan sudah agak teratasi. Chaeyoung yang tempo hari menemui Noh Man-bok seorang diri, juga adalah gadis biasa yang pernah hancur di masa lalu. Hal itu juga yang membuat dirinya bertemu dengan Jisoo. Wanita yang kini sudah berganti dari 'seorang rekan yang ditemuinya di psikolog Dokter Kim' menjadi 'perempuan yang menjadi ibu dari Soojin, putrinya'.

"Jimin, apa kau sudah menghubungi Reporter Han?"

Jimin mengangguk sebagai jawaban. "Konferensi pers akan dilakukan besok siang. Aku juga sudah menghubungi beberapa reporter lain."

"Apa yang di bawah juga termasuk, hyung?" timpal Jungkook. Ia beranjak lalu duduk di samping Jimin.

"Tidak. Untuk melawan Noh Man-bok, kita butuh kekuatan sekadar media penyebar gosip saja."

Jin mengangguk menyetujui. Mengundang reporter dari televisi dan media resmi merupakan salah satu cara yang akan mereka tempuh. Terlebih, skandal ini tidak hanya melibatkan Jungkook dan Chaeyoung saja. Jika mereka berhasil, kemungkinan besar Noh Man-bok dan Reporter Byun akan mendapat ganjaran karena melanggar perjanjian. Itu pulalah yang sudah dipersiapkan kuasa hukum J&J Labels, Go and Goo Law Firms.

Hari berlalu dengan lambat untuk Jungkook. Begitu kembali dari kantor J&J Labels secara sembunyi-sembunyi. Dirinya hanya bisa berdiam di kamarnya saja. Rumah keluarga Park nampak sepi. Chaeyoung dan kedua orangtuanya sedang berada di Busan, sementara Chanyeol memilih untuk menjauh sementara ini. Mencuatnya nama Chaeyoung juga berimbas dengan informasi pribadi gadis itu yang tersebar, termasuk kenyataan bahwa Park Chanyeol yang selama ini dikenal sebagai produser Jeon Jungkook merupakan kakak kandung Chaeyoung.

Walaupun begitu, Jihyun masih memperhatikannya. Terbukti dengan beberapa lauk yang disiapkan wanita itu untuknya, berikut pesan untuk tidak melewatkan makan. Pasangan menyebalkan dari rumah depan juga mengundangnya untuk makan malam tadi. Hingga berakhir dengan dirinya yang harus mengernyit ketika menyicipi spageti super aneh buatan Lisa. Alasan yang cukup jelas untuk menjawab pertanyaan 'mengapa mereka selalu bergabung di meja makan keluarga Park?'.

Jungkook memeriksa ponselnya beberapa kali. Tidak ada satu pun pesan maupun panggilan yang masuk. Chaeyoung sudah tidak memegang ponsel semenjak kemarin. Jarak gadis itu juga terlampau jauh untuk hanya ditempuh selama beberapa menit saja. Terlebih, esok adalah hal penting untuknya. Juga untuk Chaeyoung dan mereka.

***

Chaeyoung melambai kepada kedua orangtuanya yang akan segera kembali ke Seoul malam ini. Mereka tidak menginap karena pekerjaan. Terlebih lagi, esok hari Haejin harus menyiapkan diri untuk kembali berhadapan dengan Noh Man-bok. Ia tidak akan pernah membiarkan putrinya menderita lebih jauh karena pria tersebut.

"Chaeng-ah, ayo masuk. Di luar dingin."

Gadis itu tersenyum begitu neneknya menegur. Na-moni, begitu ia akrab menyapa, sedang duduk di depan televisi bersama sang kakek. Ia merebahkan diri di samping sang nenek, menggunakan paha perempuan itu untuk menyangga kepala.

"Aku suka aromamu, Nek," ucap Chaeyoung seraya mengeratkan pelukan. Membaui aroma beras dan teh hijau yang akrab dikenalinya sebagai 'aroma nenek'. Sama seperti 'aroma Jungkook', ia akan dengan mudah mengenali perempuan itu melalui aromanya yang khas.

Ia bernama Na Suwon, tetapi sudah semenjak Chaeyoung kecil, dirinya mendapat nama panggilan baru. Na-moni, begitulah gadis itu sering memanggilnya. "Kapan kau akan berhenti memanggilku seperti itu, dasar gadis bandel."

Chaeyoung menyukai ketika bercengkerama dengan mereka. Terlebih ketika tangan keriput sang nenek mengelus kepalanya lembut. Seperti mengantarkan kenangan semasa kecil dulu. Na-moni dan Ha-boji selalu melindunginya ketika berbuat salah. Juga, sering membelanya ketika Chanyeol berbuat jahil dulu. Ah, ia merindukan masa-masa itu.

Aku juga merindukanmu, Jungkook. Akunya dalam hati.

- To Be Continued -

[END] THE GUY NEXT DOORHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin