Going Home

24.1K 2.4K 400
                                    

Malam itu adalah malam yang panjang, sekaligus menjadi malam yang kelam dan mencekam dibanding malam-malam biasanya. Los Angeles, Amerika Serikat menjadi lokasi penentuan besar yang akan terjadi malam itu. Sebuah determinasi oleh para penguasa yang berkumpul di sebuah ruang rapat temaram di salah satu hotel bintang lima kawasan pusat kota.

Enam orang penguasa wilayah penting di Indonesia, duduk mengelilingi meja bundar memanjang di tengah ruangan. Tiap kursi mewakili penguasa dari enam pembagian wilayah pulau—Sumatra, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Papua, Bali dan sekitarnya. Enam keluarga konglomerat dengan pengaruh besar yang menguasai perekonomian Indonesia di balik layar.

Di belakang mereka, masing-masing berdiri beberapa pengawal bertubuh besar dan berpakaian formal, berdiri menjaga penuh kewaspadaan—sekaligus seakan menjadi saksi bisu pertemuan besar malam itu. Pertemuan enam keluarga penguasa, mengenai penetapan siapa yang akan menempati kursi Presiden Indonesia.

"Sejak awal, kita semua tahu siapa yang akan menang periode ini," penguasa Kalimantan mengangkat sebuah foto pria paruh baya dengan pakaian batik lengan panjang—seragam tetap yang selalu digunakan dalam masa kampanye, "Tapi saya ingin tahu bagaimana pendapat kalian mengenai calon oposisi lain."

"Sesungguhnya saya tidak terlalu tertarik dengan program kerja mereka berdua," penguasa wilayah Papua membuka suara, "Saya lebih tertarik mengenai penawaran yang mereka tawarkan pada kita berenam. Yang satu terlalu bertele-tele, yang satunya lagi too tricky. I don't like them both."

"Benar. Saya tidak mau sampai mengotori tangan lagi seperti dua periode lalu karena berusaha mengutak-atik kembali penawaran mereka." Penguasa wilayah Bali dan sekitarnya tersenyum masam.

"We all are businessman, though. Siapa yang lebih menguntungkan akan dipilih, bukan? Saya tidak terlalu memusingkan berapa jumlah uang yang mereka bisa berikan, atau mungkin seberapa besar pengaruh politik mereka. Bukan. Keluarga kami sudah mempunyai itu semua. Saya ingin yang terpilih adalah yang bisa memberi kita semua kekuasaan dan otoritas lebih untuk ekspansi bisnis. Yang tidak suka macam-macam membuat regulasi omong kosong dan mengutak-atik dunia kita."

Penguasa daerah Sulawesi memberikan opini—keluarga mereka baru menjadi penguasa selama satu generasi, tepatnya sembilan tahun setelah melengserkan kekuasaan keluarga penguasa Sulawesi sebelumnya. Hal yang membuat keluarga mereka sangat berhati-hati untuk dapat mempertahankan kursi penguasa ini.

"Anda benar. Yang terpenting adalah apa yang mereka bisa berikan untuk kita." Penguasa wilayah Sumatra berkomentar sangat singkat—seperti biasa, tidak suka berkelit dan banyak beralasan.

"Baik. Sudah empat pendapat. Yang terakhir, Rajendra Birawa?" Penguasa Kalimantan menoleh dan tersenyum hormat ke arah pria paruh baya yang duduk di kursi utama mereka bereenam—kursi yang terletak di tengah-tengah, pusat mereka semua. Rajendra Birawa—penguasa wilayah Jawa.

Keluarga Birawa, keluarga yang sudah menduduki kursi penguasa wilayah Jawa selama empat generasi—satu-satunya dari antara mereka yang dapat bertahan sangat lama, menunjukkan bahwa keluarga mereka bukanlah keluarga sembarangan. Keluarga berpengaruh yang memiliki kekuasaan, jangkauan luas, dan pendukung dari segala sektor.

Rajendra yang sejak tadi memejamkan mata seraya melipat tangan pada akhirnya membuka mata, menatap ke arah dua foto calon Presiden di atas meja sekaligus beberapa lembar pengajuan mengenai kontribusi apa saja yang kedua calon Presiden ini bisa berikan pada mereka untuk memenangkan pemilihan periode ini.

"Orang ini punya banyak penyokong dari banyak pebisnis," Rajendra mengangkat foto berpakaian batik lengan panjang, "Sedangkan orang ini punya keluarga pendukung penting dalam militer. Keluarga mereka sejak orde baru selalu membuka jalan bisnis untuk dunia kita," Rajendra mengangkat foto pria paruh baya berkaos kuning lambang partai, sebelum menaruhnya kembali.

DANGEROUS HUSBANDOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz