BWB 21

1.8K 286 38
                                    

Berada di teras belakang rumah menjadi kebiasaan Alesha di waktu sore, melihat matahari terbenam sangat jelas dari teras belakang. Hamparan sawah dan kebun yang luas membuat Alesha merasa tidak bosan memandangnya, bahkan ia merasa ingin terus berada di luar menikmati suasana sore dan hembusan angin sore.

Alesha menoleh kebelakang saat ia mendengar suara deru mesin mobil dari luar sana, ia tidak tahu siapa yang sedang datang, samar-samar Alesha mendengar suara Muis dan Munah bicara, setelah itu ia kembali menatap ke depan.

Di waktu-waktu seperti itulah kadang kesedihan menghampiri Alesha, kesendirian membuatnya semakin tertekan memikirkan nasibnya yang seperti itu. Kadang ia menangis karena merindukan keluarga, kadang menangis karena ia merasa dirinya yang tidak berguna, putus asa, itu yang sering Alesha rasakan, seakan tidak ada harapan untuk bahagia dan kembali sehat, padahal di ujung sana, sedikit lagi ia mencapai kebahagiaan, namun ia terlalu sibuk menilai diri sendiri yang tiada arti.

"Kuatkan lagi diri mu Sha, ini hal kecil bagi Allah, Allah akan terus mengujimu" ucap Alesha pada dirinya sendiri.

"Bolehkah mengeluh ya Allah? Aku tidak sanggup dengan ujian yang aku hadapi saat ini, aku lelah ya Allah. Sampai kapan aku akan terus seperti ini? Terpuruk dalam kesedihan yang tiada akhir" Alesha tertunduk.

Kicauan burung memecahkan keheningan di sore hari. Alesha menatap ke atas langit sambil melihat para burung berterbangan kembali pulang.

Seseorang yang baru saja datang ke rumah Muis berdiri menatap langit yang sama, Alesha tidak sadar bahwa ada orang dibelakangnya dan orang itu sudah tahu ada tamu di rumah kakeknya.

"Indah bukan, suasana sore hari" ucapnya

Mata Alesha membulat, terkejut mendengar suara itu, antara percaya dan tidak dengan suaranya.

"Apa hanya mimpi? Gak mungkin kan itu dia?" lirih Alesha

Alesha memberanikan diri untuk menoleh ke belakangnya, ia harus memastikan apakah itu benar orang yang ia kira.

Deg

Mereka saling beradu mata.

"Ma-mas Hanif?" betapa terkejutnya ia melihat orang yang di belakangnya adalah Hanif.

"Loh, Alesha?" ucap Hanif tak kalah kaget, apalagi melihat kondisi Alesha yang sedang duduk di kursi roda.

"Apa ini mimpi? Gak mungkin bertemu Mas Hanif di sini" ucap Alesha melongo melihat Hanif.

"Gak mimpi Sha, ini beneran saya"

"Ma-Mas Hanif ngapain ke sini?" tanya Alesha masih sama dengan nada gugup.

"Saya yang harusnya nanya seperti itu. Kamu kenapa bisa ada di rumah nenek saya?"

"Nenek?"

"Iya, nenek dan kakek saya" jawab Hanif

Alesha melongo tidak percaya ia berada di rumah neneknya Hanif.

"Eh, ini rumah nenek dan kakek Mas ya?"

Hanif mengangguk. "Kenapa kamu bisa ada di sini? Kakak kamu dan keluarga kamu sibuk mencari keberadaan kamu, dan kaki kamu? Apa yang terjadi Sha?"

"Kalian sudah saling kenal?" tanya Muis

"Alesha adik bos Hanif di kantor Kek"

"Pantesan dari luar kakek mendengar suara kalian asik ngobrol, ternyata saling kenal"

"Iya Kek. Kenapa Alesha bisa ada di sini Kek?" tanya Hanif beralih menatap Muis.

"Sekitar dua minggu yang lalu dia kecelakaan, terus kami suruh dia tinggal di rumah ini, sebelumnya kami sudah lama kenal Alesha, Alesha murid kakek Nif, dia sering banget ke desa ini"

Bukan wanita biasa (TAMAT)Where stories live. Discover now