14.

763 84 13
                                    

(Mohon dibaca, dear.)
[Cantuman 'Warning' yang sebelumnya itu sungguhan. Jika kalian tidak suka, langsung hubungi penulis dengan sopan. Saya hanya punya platform ini sebagai pelampiasan semua kepenatan hidup, yang sesungguhnya tidak membalas saya dengan fasilitas yang mumpuni.

Untuk itu, saya mohon sekalian pembaca budiman yang pastinya berwawasan. Tombol report itu juga bukan sembarangan. Mimpi saya bisa jadi tergantung padanya, atau sesuatu semacam itu. Mari kita hidup damai di dunia oren ini. Semua suka damai, bukan? Dunia nyata sudah cukup kejam, setidaknya di sini ada kesempatan walau hanya dalam pelampiasan sebuah tulisan/karya. Saya juga hanya berlindung dari kata sebatas 'warning'. Tolong pahamilah.

Bagi kalian, yang sekiranya sama gila dengan saya, silahkan lanjut. Namun, bagi yang mengerti seberapa dosanya yang tertera di bawah ini, silahkan mundur dengan baik-baik.

Ya. Maaf atas curhatan panjang ini. Semoga maksud saya dimengerti. Terima kasih, sayang-sayangku.]

.

.

Warning: Sudden sexual scene.
Peringatan: Adegan seksual mendadak.

.

.

Hari itu hujan turun dengan deras. Dari pagi, belum berhenti. Toddy jadi tidak bisa hadir dan nyatanya, Taehyung pun tidak nampak. Gerard yang tahu jadwal pelatihan terganggu, mendatangi ruang makan.

V sedang saling berbincang dengan Susan setelah menggantikan tugas evaluasi tata krama di atas meja makan yang harusnya dikerjakan Taehyung.

"Tuan besar," sapa Susan dengan sedikit membungkuk, menjauhi meja di mana V hanya duduk berpaling tanpa melakukan sapaan hormat, seperti biasa.

"Bagaimana?" Pria itu hanya sekilas menatap V, dagu jumawanya terangkat tinggi.

"Hasilnya baik dan sempurna, tuan besar. Tuan V bisa melakukan semua tanpa salah," tambah Susan.

V baru memperoleh perhatian, tapi tetap duduk dengan punggung lurus. Ingin sama-sama bersikap jumawa.

"Panggil Taehyung keluar. Sudah puas mainnya, bukan?"

"Aku masih bisa melakukan hal lain. Anak bodoh itu terlalu banyak keluar akhir-akhir ini dan dia butuh istirahat. Tenang saja. Aku juga sudah tahu jadwalnya. Bisa kulakukan lebih baik darinya, daddy. Kau tahu itu, 'kan?"

Gerard mendekatinya. Pakaiannya rapi dan licin seperti biasa. V yakin orang itu juga tidur pakai setelan lengkap karena terlalu formal di semua kesempatan, atau bahkan sekedar main tanah di luar. Oh. Apakah tuan besar itu tahu caranya?

"Bukan karena kau sengaja menahannya?"

V mendengkus. Dia menangkup kedua telapak tangan ke dagu. "Kalau iya, kau mau menghukumku, daddy?"

"Meminta itu, bukan pilihan tepat, baby boy."

"Karena?"

Gerard mendengkus, berpaling pergi kemudian. "Pergi lanjutkan jadwalnya. Edward sudah menunggu dan kuharap hasilmu lebih bagus lagi."

V beranjak menyusulnya, tanpa lupa berpamitan singkat pada Susan. Sedikit berlari untuk mengimbangi kaki panjang Gerard dan mereka tengah menyusuri lorong-lorong berdinding kaca, kebun bunga, juga pajangan seni lukis di satu bagian.

"Kau juga ikut ke sana, daddy? Menemaniku?"

"Ya. Hanya seperlunya. Kuminta kau tidak mengacau."

V menarik lengannya, sengaja memeluk alih-alih menahan laju yang selalu duluan.

"Kalau aku nakal sedikit, kau akan tinggal?"

to die for | vottom ✔Where stories live. Discover now