4.

1.8K 125 3
                                    

(( Peringatan terakhir: bagi penggemar Kim Taehyung yang mengharapkan kelembutan, Anda tidak dengan mudah menemukannya di sini. Sekali lagi, adegan dalam cerita bisa sewaktu-waktu sangat kasar dan melecehkan. Karena kategorinya sudah masuk dalam ranah dewasa. Perhatikan TAGS. Jika tidak suka, boleh langsung menghubungi penulis dengan bahasa yang sopan atau mundur dari laman ini.

Dan, bagi kalian pecinta bumbu sadis yang masih waras, silahkan melanjutkan. ))

°
°
°
°
°

Tidak ada gunanya melawan. Taehyung tahu itu untuk kesekian kalinya. Norah dengan dingin memberitahu jika wanita berambut cepak pirang itu memang bekerja dengan Glass bersaudara. Sesuatu yang tidak dimengerti Taehyung bagaimana seorang bisa loyal pada dua pria itu sekaligus.

"Akan kujemput nanti." Norah memang seperti itu dari awal mereka dipertemukan. Dingin dan tegas. Taehyung menghargai wanita yang tidak feminim cenderung manly, dalam berpenampilan itu karena dia wanita dan terkadang baik padanya walau tidak secara langsung. Kejadian sesaat lalu, cukup membuatnya bingung dan waspada. Karena setelah dibersihkan dari sisa pelecehan, Norah memberinya obat pahit entah apa sampai ia bisa kembali berjalan normal tanpa nyeri pasca seks.

Taehyung sungguh bingung harus bagaimana bersikap.

"Kepalamu masih pusing?" tegur Norah saat Taehyung menyentuh kenop pintu, menghentikannya. Oh, ya. Wanita itu juga menuruti keinginan Taehyung untuk mengizinkannya kembali bekerja di resto milik Dante, mengantarnya seperti biasa.

"Sudah tidak."

"Bagus. Kau masih berpikir soal tadi?"

Bagaimana tidak? Taehyung sudah diracun obat laknat yang membuatnya pasrah dilecehkan seperti pelacur, menyilahkan Darren yang jelas mempunyai nafsu kotor atas dirinya, lalu membersihkan dan mengobati seolah tak terjadi apa-apa, dan bertanya biasa apakah Taehyung masih ternganggu atau tidak, Norah seperti sama sekali tak punya hati sekarang di mata Taehyung.

"Kau berniat mengadu? Pada siapa pun?"

Taehyung meremas keras kenop pintu. Norah mengetuk-ngetuk setir mobil.

"Lakukan. Kau kabur pun, aku tak peduli. Hukuman apa pun yang kuterima, takkan membuat perbedaan. Dante tetap akan menyimpanmu dan Darren masih bernafsu merebutmu darinya. Sekali lagi kuberitahu, mereka takkan begitu jika masalahnya bukan mengenai dirimu. Bocah yang bahkan tak tahu asal usulnya. Kau masih kuawasi pun atas permintaan Dante, kalau tidak, aku sama sekali tak peduli bagaimana keadaanmu," terangnya datar, "pergilah."

Taehyung mendorong pintu dan keluar tanpa mengatakan apa pun. Dadanya sesak. Ia langsung masuk dari samping resto dan tak berbalik lagi. Para pekerja lain cenderung tak memedulikannya alih-alih sibuk dengan tugas masing-masing, begitu di dalam. Sebagian besar tak terlalu suka pada anak angkat bos mereka itu, karena iri. Hanya manager dan Sebastian yang bertanggung jawab mengelola resto, yang menjadi teman bicaranya. Selama Taehyung menjalankan kewajiban dengan benar dan pada tempatnya, ia takkan merasa terlalu kesepian di sana.

Taehyung berusaha mengabaikan rasa kotor di balik kulitnya dengan bekerja. Mendorong ke belakang kepala keinginan meraih pisau dapur untuk mengiris lengan. Sampai tiba waktunya jam istirahat, ia memilih duduk meringkuk di gang kecil dekat tempat sampah yang mengarah ke jalan. Duduk memeluk lutut sambil mengamati lalu lalang sibuk di seberang.

Sebulir air mata yang jatuh, diusap cepat sembari menelan ludah. Pikirannya sedang kalut. Taehyung merasa terlalu lemah, payah dan menyedihkan sampai bingung sendiri. Tak cukup ia tak mengingat lagi apa yang terjadi padanya sampai berakhir di kota itu, dan begitu bodoh untuk percaya jika semua akan baik-baik saja, selama bersama Dante, benar-benar di sisinya. Taehyung akui dirinya menyedihkan.

to die for | vottom ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang