The Lost of Notre Dame

45 4 0
                                    

Maurice menyusuri ruang bawah tanah Notre Dame. Ia melewati tangga kecil yang tertutupi patung Gargoyle. Dia membawa lentera kecil dan perlahan menyusuri tangga gelap itu sambil memperhatikan tiap langkahnya. Aromanya berbeda sekali dengan di luar, begitu pengap dan berdebu, karena tempat itu berabad-abad ditutup. Sebelumnya tidak ada yang mengetahui jalan ini, hanya isu yang beredar pada abad pertengahan namun tetap tak terjamah. Tangga menurun itu dipenuhi pasir dan semen tua sehingga Maurice dalam tiap langkahnya ekstra hati-hati karena lengah sedikit saja dia rentan terjatuh. Tangga itu memutar dan seperti tidak ada habisnya, rupanya ruangan itu begitu dalam. Di bagian pertengahan tangga terdapat banyak jejak kaki tua yang tertutupi pasir. Perlahan Maurice memandangi jejak itu, ketika dia mengarahkan lenteranya lebih ke depan ternyata terdapat banyak jejak kaki lainnya. Menurut cerita belum ada yang pernah memasukinya namun nyatanya pernah ada.

Begitu sampai di dasar Maurice mengarahkan lenteranya dan memandangi keadaan sekitar. Ruangan yang  luas dengan tembok berupa bebatuan yang terpahat. Dia menatap di ujung depan tepat dia berdiri, perhatiannya teralihkan terhadap benda yang memantulkan cahaya lenteranya. Perlahan dia mendekati benda itu. Tiap langkah kakinya menapak di atas pasir hasil pelapukan batu selama berabad-abad. Berulangkali dia menyingkirkan pasir itu dari sendalnya. Semakin dekat benda itu semakin jelas menyerupai permata. Ketika ia hendak meraihnya, perut bagian kanan bawahnya tersenggol sesuatu hingga membuatnya jatuh. Segera dia bangkit dan menyingkirkan pasir dari wajahnya. Rupanya yang dia tabrak tadi sarung pedang. Dia mengarahkan lenteranya lebih jauh ke sekitar permata itu dan nampak begitu jelan terdapat kumpulan peti berjejer di balik kegelapan.

Perhatiannya langsung teralih dan fokus pada peti mati yang banyak itu. Peti-peti itu terbuat dari marmer yang digosok hingga memantulkan beberapa berkas cahaya lentera yang dibawanya. Dia berjalan menyusuri dan mengamati tiap-tiap simbol yang ada di atas peti itu.

"Makam?" Gumamnya.

Simbol yang tak asing baginya. Itu simbol kematian. Sesaat dia mengingat perkataan Billy saat terakhir bersamanya, untuk membangunkan mereka yang sudah lama tertidur.

"Apa Billy menyuruhku membangkitkan mereka dari kematian?" Pikirnya, dia mengerenyitkan dahinya, "dia pikir aku apa? menyuruhku menggunakan mantra kegelapan dalam tempat suci ini? "

Api yang ada dalam lenteranya perlahan membesar dan bergolak seolah terkena angin deras. Maurice mulai risih dan beberapa kali api itu mengenai tangannya, dia meletakkan lentera itu ke atas peti yang ada di hadapannya. Dia mulai mengambil jarak dan sedikit curiga seolah api itu sedang dikendalikan. Api itu membakar peti yang ada dihadapannya tadi dan seketika simbol kematian tadi berubah bentuk dan terlengkapi. Simbol itu bukanlah simbol kematian melainkan simbol Ahmoose, simbol yang dibawa pasukan Merlin saat perang besar melawan Selena.

Ahmoose bercahaya dan meledakkan peti tersebut. Api yang ada disekitarnya disedot oleh sesosok yang bangkit darinya.

"Siapa kau?" Maurice mengambil posisi menyerang.

"Ahh.. Akhirnya aku bangkit lagi, mungkin ini tandanya dunia sedang tidak baik." Sosok itu mengibaskan jubah hitamnya dan mengambil permata yang ada di depan Maurice. Melalui pantulan cahaya wajah sosok itu semakin jelas. Alis yang menyerupai busur panah, hidung mancung, bertubuh ramping dengan postur orang asia-afrika umumnya.

"Sekali lagi siapa kau, dan bagaimana kau bisa keluar dari sana?!" Maurice meninggikan nada suaranya.

"Aku adalah Akhenaten" Jawabanya ringkas.

Maurice menurunkan tangannya. "Akhenaten? Kau yang terkenal itu? " Memang tidak meragukan ciri-cirinya sama persis dengan cerita.

Akhenaten mengangkat alis kanannya. Dia membalikkan badan dan mengangkat tinggi permata itu. Dia mengarahkannya pada berkas cahaya matahari yang masuk ke ruangan dan seketika permata itu menyinari seluruh ruangan. Dan terlihat jelas terdapat empat peti besar, yang salah satunya rusak karena Akhenaten keluar dan sembilan belas peti kecil menyertai dibelakangnya.

A Song of Light and Dark: Archmage and the DarknessUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum