Dua belas

6.1K 639 32
                                    

"Chen? Chen? Hey! Bangun sayang!" Joong membuka matanya perlahan dan yang pertama kali ia lihat adalah wajah manis milik Dunk

"Dunk?" Joong segera bangkit dan mundur sedikit ke belakang, nafasnya tidak teratur, keringat mengalir deras dipelipisnya padahal ac dikamar Joong masih menyala

"Kamu kenapa manggil nama aku hm? Disamperin ternyata kamu ngigo!" Ucap Dunk dengan wajah kesalnya

"Kamu Dunk?" Yang ditanya memiringkan kepalanya heran

"Iya Dunk, emangnya aku kaya siapa? Kaya malaikat pencabut nyawa?" Joong menyentuh dahinya dan tidak ada darah ataupun bekas luka. Jadi semuanya mimpi? Dunk meninggal itu mimpi?

"Jadi cuma mimpi?" Tanya Joong entah pada siapa. Dunk menatap pasangannya itu heran

"DUNK!" Joong menarik Dunk kedalam pelukannya, ia memeluk erat, sangat erat hingga Dunk sulit menyisihkan ruang untuk bernafas

"Joong, sesak! Aku ngak bisa nafas!" Joong melepaskannya tapi segera menangkup kedua pipi halus kekasihnya itu lalu mulai menghujaninya dengan ciuman disetiap inci wajah Dunk

"Hahaha, kamu kenapa sih?" Tanya Dunk yang berusaha menjauhkan wajahnya dari Joong, hujan cium pun berhenti

"Aku minta maaf ya." Ucap Joong sambil menatap dalam sang kekasih

"Minta maaf buat apa?" Tanya Dunk heran, Joong berpikir sejenak apa semuanya mimpi? Apa dari awal memang mimpi?

"Maaf buat semuanya."

"Apa sih Chen ngak jelas."

"PAPA!" Seorang anak laki-laki berumur 3 tahun masuk ke kamar mereka lalu melompat memeluk Joong erat.

Ah Joong ingat semuanya, mereka sudah menikah dua tahun yang lalu dan anak laki-laki ini adalah anak yang mereka adobsi setelah mereka menikah. Tidak ada aktor, tidak ada fashion stylist. Yang ada hanya pengusaha atelier dan pemilik acting school.

"Papa udah sehat?" Tanya anak kecil yang kini duduk dipangkuan Joong

"Udah sayang, emangnya kenapa? Aydin khawatir?" Yaps, anak kecil nan lucu ini mengambil nama belakang Joong

"Iyaa, Aydin pecen ketemu Papa tapi Papi ilang ngak boleh." Adu Aydin dengan kalimat nya yang belum jelas

"Siapa suruh Aydin berisik, ntar kalau Papa bangun gimana? Kan lagi istirahat."

"Yakan Aydin pecen ketemu Papa!"

"Ya kan Papa nya lagi sakit."

"Kan Aydin mau jahatin Papa."

"Heh?" Joong terkejut mendengarnya, sedangkan Dunk tertawa karna mendengar Aydin mengucapkan kata yang salah untuk kalimat nya

"Jagarin? Jahatin? Jabarin? Jalin? Jabain?" Ulang Aydin mencari kata yang ingin ia ucapkan, sedangkan tawa Dunk semakin keras dan kini diikuti Joong tapi tidak sekeras Dunk

"Ihh Papi jangan kawatin Aydin!" Aydin memukul pipi Dunk yang membuat sang empu terdiam. Tidak sakit, hanya saja mereka ingin memberikan pelajaran bahwa tidak boleh memukul orang lain

"Loh? Kok Aydin jahat?" Tanya Joong

"Papi jahat! Dia kawatin Aydin!"

"Ngak boleh mukul-mukul orang lain sayang, apalagi ini Papi kamu, gimana kalau Papi pergi? Aydin mau Papi pergi?" Aydin segera menggeleng ribut

"Engakk! Papi ngak boleh alin Aydin!" Matanya berkaca-kaca menahan tangis mendengar kalimat Joong yang menasehatinya

"Ayo minta maaf sama Papi!" Aydin segera berdiri dari pangkuan Joong lalu memeluk leher Dunk erat

"Hwuaaaa maafan Aydin, Papiii!" Dunk tersenyum mendengarnya, ia membalas pelukan itu sambil menepuk bokong anaknya sayang. Sang dominan tersenyum melihatnya

Chup

Chup

Joong mencium dahi Dunk lalu belakang kepala Aydin, setelah itu ia memeluk kedua orang tercintanya erat. Kini Joong menyadari satu hal, mau dimana pun kita berada, apapun posisi dan profesi kita, jika itu bersama orang tercinta, maka semua terasa bahagia

Aydin

Aydin

К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.



My Archen And Your JoongМесто, где живут истории. Откройте их для себя