M.T.F || 18

324 51 5
                                    

Pagi hari hadir dengan cerianya, seakan akan melupakan kesedihannya yang ditumpahkan awan kemarin hari.

Aqeela terbangun dari tidurnya. Biasanya ketika ia membuka matanya, maka akan terlihat warna tembok kamarnya buang berwarna soft purple. Namun kini yang ia lihat hanyalah warna putih, dimana mana pun putih.

Tangan kanannya terasa berat, seperti ada yang menindihnya. Kepalanya ia serongkan, guna melihat apa yang menindih tangan kanannya itu.

Lelaki dengan mata yang tertutup rapat, lebam dan luka di wajahnya masih setia berada di sana. Bibir yang menurut Aqeela lucu dan hidungnya yang mancung itu.

Tak kuasa menahan gemas, Aqeela mengarahkan tangan yang satunya untuk mencubit ujung hidung lelaki tersebut.

"Duh imut banget sih"

Lelaki itu terusik, sehingga membuatnya terbangun dari tidurnya yang lelap.

Badannya terasa pegal, ia merenggangkan tubuhnya yang merasa kaku dan pegal itu.

Aqeela menatap lekat kearah lelaki tersebut. Ketika bangun tidur ternyata dia nampak lebih fresh dan tak ada sedikitpun celah untuk melihat kejelekan di wajahnya.

"Aduduh Aca udah bangun, pegel ya?"

"Qeela..."

Rassya menggosokkan matanya, ia belum sadar sepenuhnya karena tiba tiba di bangunkan.

"Kenapa bangunin aku? Ada perlu? Laper ya, atau mau ke kamar mandi?"

"Engga kok Ca.. eh mama sama papa pulang ya?"

Aqeela mengedarkan pandangannya ke sudut ruangan. Kemarin masih ada Sarah dan Bastian kok disini, tapi kenapa sudah hilang saja.

"Iya mama sama papa kamu pulang duluan, katanya ada tugas kantor, jadinya aku yang gantiin"

"Bagus deh"

"Kok bagus?"

Aqeela menyuruh Rassya untuk mendekat, sepertinya ingin membisikkan sesuatu hal yang penting.

"Kamu serius Qeel?! Kan belum sembuh total. Ga ga, ga boleh sama sekali! Istirahat aja gausah ngelakuin hal itu"

"Ayo dong Caaa, ih masa tega sih permintaan aku ga di turutin"

Aqeela memasang wajahnya yang paling imut. Aqeela ingin meluluhkan hati Rassya sehingga apa pun yang diinginkan Aqeela bisa dipenuhi oleh Rassya.

Rassya menelan ludahnya dengan kasar. Melihat keimutan Aqeela membuatnya tak tega untuk bilang 'tidak'. Ia menghela nafasnya dengan kasar. Mau tak mau, keinginan Aqeela harus ia turuti.

"Tunggu bentar ya, aku ambil kursi roda sama makanan"

Aqeela menganggukkan kepalanya dengan cepat. Caranya berhasil, dan keinginannya terpenuhi.

Setelah Aqeela menunggu kurang lebih selama delapan menit, Rassya kembali ke ruangan Aqeela dengan membawa kursi roda dan tote bag berisi makanan.

Aqeela mencoba untuk bangun, namun luka di perutnya membuatnya merasa nyeri dan sedikit mati rasa. Rassya menyadari kalau Aqeela tengah kesakitan sekarang. Tanpa basa basi, ia mendekat dan menggendong Aqeela dengan gaya Bridal style.

Aqeela merasa senang sekaligus malu. Walaupun disini tak ada sahabat sahabatnya dan kedua orang tua mereka, namun tetap saja perlakuan Rassya membuatnya tersipu malu dan merona.

Perlahan Rassya menempatkan Aqeela di atas kursi roda. Infusnya ia pindahkan ke tempat infus bergerak.

"Nyaman? Siap?"

More Than Friend✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang