61. Kecemasan

Começar do início
                                    

"Eh?" Niura terkejut hingga ia menjatuhkan kendi berisi airnya hingga pecah.

Prakkk!

Heji tidak mempedulikan itu, ia langsung menarik lengan Niura ke taman Istana tanpa membiarkan Niura menghela sedikitpun.

"Lepas! Apa aku ada salah padamu huh?" tanya Niura geram. Ia mengelus lengannya yang memerah, terdapat bekas tangan di sana.

Plak! Plak! Plak!

Heji menampar Niura sebanyak tiga kali, membuat Niura membelak tak percaya, apa-apaan ini?

"Kau bertanya seperti itu? Apa kau sedang pura-pura lupa? Ini bahkan tidak sesuai seperti perlakuanmu padaku sehingga aku kehilangan rambutku, kau lihat ini?!" Heji menunjuk kepalanya sendiri yang ditutupi dengan sorban, lalu menunjuk lehernya yang terdapat bekas cekikkan berwarna biru.

"Apa-apaan ini? Apa yang telah kulakukan?"

"Halah! Aku tahu kau iri padaku. Aku tahu kalau saat itu kau yang melakukan ini. Kau mencekikku, melemparku, menendangku, menjenggut dan mematahkan tongkatku, benar?" seringai Heji dengan tangannya yang mulai naik menjenggut rambut Niura.

Niura mengerutkan alisnya bingung, setahunya ia tidak pernah melakukan hal itu pada Heji, sedikitpun. Apakah Heji sedang membuat masalah palsu? Menggunakannya sebagai alat?

"Aku kan membalaskan dendamku! Aku akan membuat Kaisar Hongli tidak berhasil pulih agar kau semakin menderita!" ancam Heji membuat Niura membelak.

Sedetik kemudian geli menghampiri perutnya, ia tertawa terbahak-bahak setelah mendengar itu.

Niura menghampiri Heji, menepuk pundaknya pelan, "Lakukan saja, aku mendukungmu," ucapnya seraya berjalan dan mengambil air lagi.

Heji semakin geram, ia tidak habis pikir dengan respon Niura, mungkin Niura hanya ingin terlihat baik-baik saja di depannya, agar dia lengah.

***

Niura menoleh saat seseorang memanggilnya, ia melihat seorang Pria yang membawa tanaman obat dengan potnya sekaligus, Pangeran Jiazhen.

Niura menerimanya, dan langsung masuk ke dalam ruangannya tanpa berucap sepatah katapun.

Ruangan dengan pilar berwarna emas, lantai marmer yang dilapisi karpet berwarna hijau, sangat menambah kesan kemewahan pada Istana Quon ini.

Niura memetik daun jingga itu perlahan, sedikit tak rela karena seharusnya daun itu digunakan untuk dirinya, hah sudahlah. Tangannya mulai menumbuk dedunan itu menggunakan batu, mencampurnya dengan air dan mulai merebusnya dengan elemen api.

Beberapa menit digunakannya untuk membuat ramuan, akhirnya ramuan itu berhasil dibuatnya. Bersukur sekali saat pelajaran alkemis dirinya tidak membolos, dan hari ini pelajaran di Akademi itu berguna juga. Ia pikir setiap harinya hanya akan menghitung molekul air, menghitung bakteri, dan membakar es.

Niura memindahkan ramuan di dalam panci itu ke dalam labu atau botol ramuan yang terbuat dari bambu. Ia membawanya ke ruang Kaisar yang masih sama ramainya seperti sebelumnya.

"Putri Mahkota memasuki ruangan!" Suara itu menggema di ruangan, membuat semua yang berada di dalamnya berdiri kecuali para kaisar yang merasa kedudukan mereka lebih tinggi.

Niura berjalan menghampiri Kaisar yang terlihat sangat lelah. Pangeran Jiazhen tersenyum melihat kedatangan Niura, ia pikir sebentar lagi Kaisar akan pulih dan ia akan lega.

Niura memberikan labu ramuan itu ke salah satu tabib dan menjelaskan kegunaannya secara rinci. "Gunakan ini sebagai campuran air mandi Kaisar untuk mengilangkan bintik-bintik cacar itu," jelasnya.

"Cacar?" sambung ketua tabib yang merasa asing dengan penyakit itu.

Niura menghela napasnya sabar, harus super sabar! " Iya, penyakit baru yang tidak perlu dibuat pusing."

Semua yang berada di dalam kamar Kaisar Hongli langsung beranjak pergi karena para tabib dan pelayan akan melakukan pengobatan sesuai arahan Niura di kolam air panas.

Semua orang tengah berada di Aula Istana, para bangsawan melakukan acara kecil untuk mendoakan Selir Tian Hua dan putrinya Tian Zhia agar tenang di alam sana dan keselamatan Kaisar Hongli.

Entah mengapa sedari tadi Niura melihat gelagat aneh Heji yang tengah berbincang dengan Pangeran Xiuhuan dan Xinxin, sangat mencurigakan.

Dan benar saja, beberapa lama kemudian Heji tiba-tiba meminta izin untuk melakukan kerjaan di luar sana, dan para Kaisar menyetujui. Niura yakin yang dimaksud dengan 'kerjaan' itu bukanlah pekerjaan yang baik-baik saja. Ingin rasanya ia mengikuti, namun, ia tidak bisa karena Tian Ba yang ingin selalu ditemaninya, Niura mengalah.

Sementara di tempat lain, Roh Roiden yang baru saja membantu kepindahan Yangyang dan Xincin di Pulau Chan langsung terkejut melihat seorang gadis yang pernah ia buli secara sembunyi-sembunyi dulu. Ia mengikuti gadis yang tak lain adalah Heji, sedikit bingung saat melihat arah jalannya.

Heji membawanya ikut menuju 3 akademi di Servia, sepertinya gadis itu memaksa untuk masuk akademi, namun, tidak ada satupun yang menerimanaya, membuat Heji geram.

Dan yang terakhir didatangi adalah Asoka. Terlihat jelas sekali untuk yang terakhir ini bahwa kesabaran Heji telah habis. Roiden bisa menerka bahwa Heji tengah menelepati seseorang yang tidak diketahuinya.

Di Istana, Niura melihat bahwa Xiuhuan tengah melakukan telepati entah dengan siapa dan Xinxin yang mendengarkannya. Sayang sekali Niura tidak bida membaca pikiran mereka bertiga, entah mengapa. Sial sekali nasibnya.

"Ayah, aku dan Xinxin pamit ingin membeli sesuatu di pasar untuk hadiah kepada Kaisar Hongli," ucap Xiuhuan kepada Kaisar Xingsheng.

Niura semakin penasaran. Ini sangat aneh, sangat-sangat aneh.

"Xiao Li! Apa kau akan menitip sesuatu?" tanya Xiuhuan saat melewati Niura.

"Ah ... tidak-tidak, aku tidak menginginkan sesuatu," jawab Niura waspada.

"Baiklah." Xiuhuan menyunggingkan senyumannya kepada Niura, lalu merangkul Xinxin ke luar.

Dasar.

Sekepergian Xiuhuan dan Xinxin, tiba-tiba saja pelipis Niura terasa sakit, biasanya seseorang melakukan panggilang telepati padanya, ia mengecek dan ternyata ini panggilan telepati atau kontak batin dari Roiden.

Niura berjalan menuju taman yang sepi dan muli mendengarkan ucapan Roiden yang terlihat tergesa-gesa.

"Cepatlah pergi ke salah satu akademi atau semuanya akan terlambat!" ucap Roiden dari seberang sana dengan nada yang tergesa-gesa.

"Apa yang  kau katakan sebenarnya? Aku tidak mengerti!"

"Heji, dia akan merusak tiga kekuatan magis yang berasal dari kristal yang kau temukan! Kau tahu 'kan apa yang akan terjadi bila kristal itu hancur?"

"Ya-ya, aku mengerti! Aku pergi!"

Kekacauan akan terjadi jika dirinya gagal menyelamatkan kristal akademi. Kehidupan akan berbeda, Niura takut pikiran buruknya akan menjadi kenyataan. Ketiga temannya ada di sana, Asoka dan Sakura.

Berjuanglah demi kebaikkan dan jangan takut untuk melawan dunia yang kejam ini.

Princess of Rainbow Element [Repost]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora