"Aku juga," timpal Andrea. "Dia itu memang aneh, Kai. Sebelumnya, setiap aku datang ke rumahnya dan masak untuk dia, dia nggak pernah mau temuin aku."

"Lo masak buat Pak Arya?!" tanya Kaia terkejut.

Andrea mengangguk. "Iya, dia yang minta. Aku hitung-hitung balas budi karena dia telah mempertemukan aku dan Ayahku, Kai."

"Iya, gue terharu banget dengar cerita itu. Jadi.. Secara nggak langsung, Pak Arya udah kenal lo dari bayi dong, ya?"

"Iya, Kaia. Tapi kan aku masih bayi, bahkan nggak ingat dia. Sejak umur tiga tahun, aku nggak pernah ke Jakarta lagi. Menetap di Medan sampai Ibuku bawa aku pergi ke Bandung."

Kaia mengangguk dan tersenyum. "Dan akhirnya Tuhan menyatukan lagi ya, An. Berbeda dengan orangtua gue. Ketika orangtua lo bersatu kembali, orangtua gue malah berpisah."

Andrea menatap Kaia haru. "Jangan sedih ya, Kai.. I'll be here for you, kamu teman pertamaku di Jakarta."

"Terus aja bahas itu, An. Lo ini.. Gue bukan ada alasan macam-macam, karena lo memang unik, kan? Gue suka aja temenan sama orang yang nggak banyak macam-macam kayak lo."

Andrea terkekeh pelan mendengarnya. "Ya bagus lah, oh ya datang pagi di hari H nanti ya, Kai. Kalau bisa menginap di rumah aku aja gimana? Biar nggak ribet."

Kaia mengangguk setuju. "Gampang deh soal itu, gue doain lo dan Pak Arya lancar.. Nggak ada hambatan lain, dan kalian menjadi suami istri yang sah di mata Tuhan dan negara."

"Aamiin, terima kasih ya, Kaia.."

"Anything, An. Duh, jodoh gue kira-kira nyempil dimana, ya?"

Andrea tertawa kembali mendengarnya. Dasar Kaia, ia bersyukur di tahun ini ia dipertemukan dengan orang-orang yang baik. Tidak tahu bagaimana Andrea harus membalasnya, setidaknya berada di sisi Kaia adalah hal yang benar. Andrea akan menjadi tempat bagi Kaia jika temannya itu membutuhkannya.

...

...

Andrea melihat Zoya, Ibunya yang baru saja turun mengenakan pakaian batik. Ia mengernyitkan keningnya bingung. Di saat ia baru saja pulang dari kosan, apa Ibunya akan pergi lagi?

"Ibu mau kemana?" tanya Andrea.

"Ibu mau ketemu sama teman Ibu. Kamu istirahat aja, jangan keluyuran terus dong, Ndrea. Tadi Arya telepon Ibu, katanya ponsel kamu nggak aktif."

Andrea buru-buru mengeluarkan ponselnya dan ternyata benar mati. "Hm, ponselku lowbat, Bu."

"Ya sudah masuk deh, Ibu mau keluar dulu."

"Sama Ayah?"

"Nggak, Ibu sendiri." jawab Zoya.

Andrea semakin bingung. "Ibu, nanti Ayah cari Ibu gimana?"

"Ya kamu bilang aja Ibu lagi keluar ada urusan,"

Andrea mengangguk. "Ya sudah, nanti aku jawab Ibu reuni sama teman Ibu."

"Eh jangan dong!" kata Zoya tidak setuju. "Nanti Ayahmu kepo, Ndrea."

"Terus? Masa aku harus bohong?" tanya Andrea dengan raut wajah membingungkan.

"Bohong sekali nggak apa-apa."

Apakah ini Ibunya yang asli? Kemana Ibunya, Zoya yang selalu berprinsip itu? "Ibu? Ibu nggak salah, kan?

"Lebih salah kalau kamu jujur," kata Zoya sambil mengikat rambutnya.

Andrea menggelengkan kepalanya tidak percaya. "Ih Ibu.. Jangan ngaco deh, Andrea nggak mau ada keributan ya, Bu."

The Player VS The Playing | TAMAT✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang