"Kau memang mempunyai nyali yang tinggi, Ran." Pria itu mendekat beberapa langkah ke arah Rana. "Aku memang menyukai wanita yang berterus terang, tetapi tetap saja bagiku kau tidak menarik sama sekali."

Tangan Rana terkepal, merasa geram karena dirinya selalu mendapatkan penolakan. Padahal, ia sudah melakukan berbagai macam cara untuk menarik atensi dari lelaki yang disukainya.

"Kau akan menyesal karena telah mengatakan hal demikian."

"Perlu aku tekankan bahwa tidak ada kata penyesalan dalam kamus hidupku," ujar Cakra.

Pria bertelinga seperti Yoda itu berlalu dari hadapan Rana. Ia menghampiri seorang gadis yang tengah berdiri membelakanginya lalu memeluknya. Seketika Rana tertawa sinis. Drama yang baru saja disaksikannya membuat dirinya mual. Dengan cepat ia menyambar seloki yang tadi ia letakkan di meja dan menenggak isinya hingga tandas, hingga ia merasakan tenggorokannya sangat kering dan panas.

"Pria itu, benar-benar sombong sekali," gerutu Rana. "Untuk apa aku bertingkah keren kalau dia tidak melirikku sama sekali. Sepertinya aku benar-benar harus melupakannya."

"Saat Cakra menolakku, kenapa aku semakin penasaran?" Rana menyentuh keningnya dengan punggung tangan. "Oh, ada apa denganku?"

Rana merasakan kepalanya berputar. Tubuh ringkih itu terasa limbung bersamaan dengan pendengaran yang perlahan senyap.

"Aku sudah tidak sanggup berdiri lagi," ucap Rana sebelum seluruh tubuhnya menyentuh lantai.

Saat itu pula, pandangannya berubah menjadi gelap.

Sinar mentari mengintip di balik tirai putih menyapa seorang manusia yang tengah terlelap dalam tidurnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sinar mentari mengintip di balik tirai putih menyapa seorang manusia yang tengah terlelap dalam tidurnya. Kedua obisidian yang sedang tertutup sempurna itu enggan terbuka karena cahaya yang masuk begitu mendominasi. Seluruh tubuh Rana yang tergolek di atas ranjang merasakan sensasi pegal yang luar biasa dan rasa sakit itu berhasil menghantam setiap tulangnya tanpa ampun.

Dengan kesadaran yang belum sepenuhnya pulih, tangannya meraba nakas yang berada di samping ranjangnya, mencari ponsel yang biasa ia lihat di pagi hari.

Akan tetapi, ia tidak menemukan ponsel miliknya. Dengan cepat Rana membuka mata dan terduduk. Ia merasakan sebuah selimut yang membalut tubuhnya merosot hingga sebatas dada.

"Astaga!" pekik Rana panik. "Apa yang salah dengan tubuhku?" Perempuan yang kini tidak terbalut sehelai kain itu meraba tubuhnya, dan merasakan ada sesuatu yang tidak beres.

"Apa ada orang di sana?!" teriaknya.

Saat ia berharap balasan, justru tidak ada siapa pun yang menjawabnya. Hanya hawa dingin yang berembus dari pendingin ruangan yang terletak di dinding bercat putih tulang.

Kedua bola matanya memanas. Apa yang telah terjadi dengannya semalam? Bagaimana Rana bisa berakhir di ranjang asing ini? Seingatnya, tadi ia berada di tempat reuni dan bertemu dengan Cakra.

Rana menggeleng kuat, menepis segala kemungkinan yang terjadi pada dirinya semalam. Rasanya tidak mungkin jika ia telah ... dilecehkan? Jika benar, siapa yang telah berani melecehkannya? Rana tidak bisa tinggal diam. Mungkinkah ia dijebak oleh orang yang tidak menyukainya? Jika demikian, siapa orangnya?

Sejurus kemudian, Rana memungut pakaian yang tercecer di lantai dengan gerakan kilat tanpa melepas balutan selimut di tubuhnya. Perbuataan ini sungguh memalukan. Dirinya telah ternodai dengan seseorang yang bahkan tidak ia ketahui.

Wanita itu hanya bisa menangis menahan segala sesak di dadanya. Pertahanannya seketika runtuh ketika menemukan bercak darah pada seprai yang tadi ia tiduri. Tidak hanya itu, ia juga menemukan arloji berwarna hitam yang tergeletak di lantai. Rana menyipitkan pandangannya agar fokus pada arloji tersebut.

Berusaha mengingat apakah ia pernah melihat benda itu sebelumnya. Memori demi memori terlintas di otaknya, dan sialnya ia merasa sangat familiar dengan arloji itu. Seketika ia meremas selimut dengan kuat, menyumpahi sang pemilik yang diyakininya dan berusaha membunuhnya di dalam pikiran.

"Tidak mungkin."

Perempuan bersurai hitam legam itu merasakan detak jantungnya berdegup kencang. Suhu ruangan yang menurutnya masih normal walaupun berpendingin pun berhasil membuat tubuhnya menggigil. Ia meremas rambutnya dan menggeleng tidak percaya.

Bagaimana mungkin ia tidak mengingat kejadian yang menimpa dirinya?

Bagaimana mungkin ia tidak mengingat kejadian yang menimpa dirinya?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

To be continue



Jangan lupa follow media sosialku di bawah ini, yaa:

Instagram : xilanuoyi & bunny.miracles

Twitter : sejoonxing

Bad Alive | Byun Baekhyun [Terbit]Where stories live. Discover now