1. Nangis.🌹

Zacznij od początku
                                    

Para anak-anak sudah banyak terhasut. Putra yang anak haram, ekonominya miris, lalu mentalnya yang jauh dari kata sehat. Semuanya seolah sempurna menjadi satu.

"Diem, woy! Diem! Die tu juara silat se Kota!" Bisik salah satu anak yang bertubuh cukup tinggi besar, kepada semua temannya.

"Tapi budak ini orang miskin."

'Bugh!'

Tanpa diduga, Putra pun akhirnya kehilangan kontrol. Dirinya menonjok begitu penuh kekuatan pada sisi wajah anak laki-laki yang setia berdiri disampingnya setelah tadi mengejek merendahkan dengan semangat.

'Bugh!'

"Aaaa!" Jerit para anak gadis yang sedari tadi mengejek Putra di pojokan kelas. Semuanya jelas syok dan takut kala melihat Putra membuat laki-laki itu terjungkal dan pingsan dalam dua kali tonjokan saja.

"Aaaa! Ayo laporin ibu guruu!"

Putra yang berdiri dengan napas membara sejak tadi pun seketika membeku menatap gerombolan teman kelasnya berlarian heboh keluar ruangan. Sesuai teriakannya, mereka pasti mencari guru untuk melaporkan dirinya.

"Lu ga usah gang-." Putra melongo layak orang bodoh lala tahu korbannya pingsan bagaikan patung. Lubang hidungnya mengeluarkan darah.

"Erik, lo pingsan?"

"Rasain!" Desis Putra dengan seketika berubah menakutkan setelah melongo layak anak bodoh.

Putra yang merasa terlalu hening dj kelaspun akhirnya memilih keluar. Putra tidak ingin difitnah mencuri barang lagi seperti di sekolah dulunya.

Kaki Putra melangkah lebar tanpa dosa. Semua orang sibuk mundur juga berbisik bisik kala Putra melewati mereka di koridor. Semuanya sibuk menunggu guru yang kebetulan sedang rapat.

[ALINA'S LOVE STORY]

Sedangkan itu, disisi lain, Alina berjalan dengan tak sedikitpun berminat menatap ke selain jalan yang akan ia lewati. Banyak warga kampung disini, mereka pasti banyak menggunjingkan soal dirinya sekarang.

Alina Kayla namanya, usianya 27tahun. Ibu dari satu anak ini memiliki paras rupawan yang khas. Tinggu tubuhnya 158 senti, cukup normal namun mungil untuk ukuran di Indonesia ini.

Hidup susah sudah bukan lagi hal asing. Setiap harinya Alina hidup susah, susah dalam artian secara finansial. Karena bahagianya Alina masih bisa ia bangun sendiri. Melihat anaknya makan banyak saja sudah sangat membuat dirinya bahagia.

"Neng Alin, mau kemana? Siang-siang gini, toh. Wartegnya lagi tutup, ya?" Ujar salah satu perempuan berusia lansia, dengan kerudung besar yang menutupi setengah tubuhnya. Bibirnya melengkung manis dengan ramah.

"Ini, bu, iya. Wartegnya tutup lagi." Alina sebisa mungkin tersenyum manis. Alina bukannya tak mau dan tak bisa, justru Alina sibuk memikirkan pandangan buruk orang pada dirinya sekarang.

"Terus, ini mau kemana? Rapih kayak gini, mau cari kerja?"

"Ah? Bukan, bu. Mau ke sekolah Putra. Ada panggilan dari sekolahnya."

"Halah! Palingan si Putra ketahuan nyuri. Ya, kan, ibu-ibu? Atau paling enggak, dia main kasar sama temen sekelasnya!" Ujar ibu-ibu bertubuh berisi yang ada di belakang Alina sana. Tangannya mengeluarkan suara setiap mengibas, akibat banyaknya gelang mas yang ia pakai.

Alina's Love Story [TAMAT]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz