Kalau cinta, Ya Bilang Cinta (1)

Start from the beginning
                                    

Kepala Raja bergerak pelan, kembali menatap Luna yang masih terus menatap sepasang suami istri itu.

"Tapi, semenjak gue mulai ikut kegiatan sosial kaya gini, gue jadi lebih bisa menghargai dan mensyukuri apa pun yang gue miliki. Keluarga, sahabat, kehidupan yang sederhana. Semua itu... adalah anugerah yang belum tentu dimiliki oleh setiap orang."

Luna berpaling menatap Raja. "Meskipun terkadang gue masih sering merasa hidup nggak berpihak ke gue, tapi... setiap kali gue melihat mereka, pada akhirnya gue akan menyadari jika Tuhan masih sayang banget ke gue karena telah memberikan kehidupan yang jauh lebih baik ke gue dibanding kehidupan mereka."

Luna dan Raja saling bertatapan lekat satu sama lain. Luna dengan senyuman tipisnya yang terlihat tulus, sedangkan Raja yang tampak menatap gamang.

Bersyukur... Raja merasa begitu asing dengan kata itu. Apa mungkin karena selama ini dia tidak pernah melakukannya? Raja terlalu sibuk bergelut dengan kekecewaannya terhadap Mamanya, terhadap kehidupannya dan juga nasibnya yang begitu buruk.

Raja terlalu sibuk berusaha membuat pembuktian jika dia bisa melakukan apa pun tanpa Mamanya yang telah menolaknya.

Raja terlalu sibuk dengan dirinya sendiri... hingga dia lupa bagaimana caranya bersyukur dan menghargai apa yang dia miliki. Membuatnya menjadi luar biasa angkuh.

Dan dia baru saja menyadari semua itu setelah melihat bagaimana lepasnya senyuman Luna ketika menatap pasangan Tunawisma itu. Ucapan Luna yang seolah menampar dirinya hingga membuatnya termangu.

Raja tidak pernah bisa tersenyum seperti itu, tidak pernah bisa merasa bahagia hanya karena bisa menghargai beberapa hal dalam hidupnya.

Raja tidak pernah bisa merasakan semua itu.

"Luna," ujar Raja dengan suara lirih. "seandainya... orang yang lo cintai memilih pergi, bahkan nggak pernah bisa memercayai semua usaha yang udah lo lakuin untuk membahagiakan dia, apa yang akan lo lakuin?"

Dahi Luna mengernyit samar. Dia menatap Raja lekat, menyelami tatapan goyah Raja yang terlihat menyedihkan. Cara Raja menatapnya, seolah lelaki itu sedang tersesat dan membutuhkan pertolongan darinya.

Perlahan, Luna mengulas senyuman tipisnya, berharap senyuman itu bisa menenangkan kekalutan Raja. "Kaya yang gue bilang tadi, Ja. Nggak selamanya hidup selalu berpihak pada kita. Ada kalanya hidup ini seperti sedang memusuhi kita, membuat kita merasa seperti orang yang paling menyedihkan di dunia ini. Padahal, apa yang kita alami juga banyak di alami oleh orang lain, bahkan lebih parah dari itu. Dan pertanyaan lo tadi itu, jawabannya tergantung dengan tujuan lo mencintai.

"Kalau tujuan lo mencintainya agar bisa memilikinya, saran gue... mendingan lo berhenti. Nggak ada gunanya berusaha mengejar orang yang udah menolak lo. Lo cuma bakalan capek. Tapi, kalau tujuan lo untuk membuatnya bahagia, maka yang harus lo lakuin adalah tetap berusaha, sekeras yang lo bisa. Nggak peduli sekuat apa dia pergi berlari menjauhi lo, nggak peduli sekeras apa dia menolak lo, kalau tujuan lo adalah untuk membuatnya bahagia dan lo berhasil melakukannya, cepat atau lambat dia pasti akan kembali ke elo, Ja. Terkadang kita memang sulit untuk membedakan ketulusan dan ego."

Raja mengerjap lambat. Memiliki... dan kebehagiaan. Dua kata itu bermain di kepalanya, membuatnya kembali memikirkan permasalahan hidupnya.

Selama ini Raja selalu menahan rasa sakit hati dan juga kekecewaannya terhadap Mamanya yang selalu saja menolak dirinya. Tidak peduli betapa kerasnya Raja menunjukan pada Mamanya jika dia lebih dari mampu untuk menghidupi Mamanya, tapi perempuan yang teramat dia cintai itu tetap saja menolaknya, membuat Raja semakin merasa marah.

Lalu, setelah mendengar ucapan Luna tadi, Raja kembali memikirkan semuanya. Apakah selama ini dia memang hanya ingin membuktikan pada Mamanya kalau dia lebih hebat dari bajingan itu, dia lebih bisa melakukan segalanya, melakukan apa yang tidak bisa dilakukan bajingan itu pada Mama dan adiknya.

RAJAWhere stories live. Discover now